TEMA SEMESTER: KISAH PARA RASUL
Pelajaran 8, Sabat 24 Februari 2024
Penganiayaan yang Kejam
“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” Matius 5:10, 11.
“Sesudah kematian Stefanus bangkitlah melawan orang-orang percaya di Yerusalem suatu penganiayaan yang sangat kejam sehingga ‘mereka semua, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.’ (Kisah 8:1).” –The Acts of the Apostles, hal. 103.
SAULUS
MINGGU
1. Siapakah Saulus dari Tarsus? Bagaimana dia menganiaya orang-orang percaya di jemaat yang mula-mula?
Kisah 8:1-3. Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. (8-1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. 2 Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. 3 Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
“ ‘Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.’ Tentang semangatnya dalam pekerjaan yang kejam ini ia mengatakannya pada waktu belakangan: ‘Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak melawan nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara…. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.’ Bahwa Stefanus bukannya satu-satunya yang menderita kematian boleh kelihatan pada perkataan Saulus sendiri, ‘tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati.’ Kisah 26:9-11.” –The Acts of the Apostles, hal. 103.
SENIN
2. Bagaimana Tuhan mengubah kejahatan menjadi kebaikan? Bagaimana mereka yang tercerai-berai, khususnya Filipus, terus menyebarkan Injil?
Kisah 8:4-8. Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. 5Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. 6Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. 7Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. 8Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu.
“Penganiayaan yang datang kepada sidang di Yerusalem berhasil memberikan suatu pendorong yang besar bagi pekerjaan Injil. Kemajuan ataupun kesuksesan telah menyertai pekerjaan Injil di tempat itu, dan ada bahayanya jika murid-murid terlalu berlambat-lambat berdiam di sana, tidak mengindahkan perintah Juruselamat untuk pergi ke seluruh dunia. Melupakan bahwa kekuatan untuk melawan kejahatan paling baik diperoleh oleh pelayanan yang agresif, mereka mulai memikirkan bahwa mereka tidak mempunyai pekerjaan yang begitu penting seperti menjaga sidang di Yerusalem dari serangan musuh. Gantinya mendidik orang-orang yang baru bertobat untuk menyampaikan kabar Injil kepada orang-orang lain yang belum pernah mendengarnya, mereka ada dalam keadaan bahaya mengambil jalan yang akan menuntun semuanya untuk merasa berpuas dengan apa yang telah dilaksanakan. Untuk menyebar-luaskan wakil-wakil-Nya ke seluruh negeri, di mana mereka dapat bekerja untuk orang-orang lain, Allah mengizinkan penganiayaan datang kepada mereka. Diusir dari Yerusalem, orang-orang percaya pergi menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”
“Filipus, salah satu dari ketujuh diaken, adalah di antara mereka yang diusir dari Yerusalem. Ia ‘pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang yang di situ. Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. Sebab dari banyak orang yang kemasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu.’” –The Acts of the Apostles, hal. 105, 106.
FILIPUS DAN ORANG ETIOPIA
SELASA
3. Siapa yang memerintahkan Filipus untuk bertemu dengan pegawai ratu Etiopia yang sedang dalam perjalanan pulangnya? Bagaimana rasul melaksanakan perintah ini?
Kisah 8:26, 27. Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: “Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.” Jalan itu jalan yang sunyi. 27 Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah.
“Sementara Filipus masih di Samaria, ia dituntun oleh seorang pesuruh surga ‘berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza…. Lalu berangkatlah Filipus.’ Ia tidak mempertanyakan panggilan itu, atau pun ragu-ragu untuk menurut; sebab ia sudah mempelajari pelajaran untuk hidup seturut dengan kehendak Allah.” –The Acts of the Apostles, hal. 107.
RABU
4. Kitab apakah yang sedang dibaca orang Etiopia itu dengan lantang saat dia sedang dalam perjalanannya? Apakah yang dia katakan ketika Philip bertanya apakah dia mengerti apa yang dia baca?
Kisah 8:28-33. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya. 29Lalu kata Roh kepada Filipus: “Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!” 30Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?” 31Jawabnya: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. 32Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. 33Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi.
“Filipus telah dipimpin untuk pergi kepada orang Etiopia itu dan menerangkan kepadanya nubuatan yang sedang dibacanya.” –The Acts of the Apostles, hal. 107.
SATU KERINDUAN YANG MENYELAMATKAN
KAMIS
5. Kerinduan besar apakah yang dimiliki orang Etiopia ini? Bagian indah manakah dari kitab Yesaya yang sedang dia baca?
Kisah 8:34, 35. Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: “Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?” 35 Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
“‘Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Tulisan yang sedang dibacanya adalah nubuatan Yesaya yang menceritakan tentang Kristus: ‘Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang menceritakan asal usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi.’” –The Acts of the Apostles, hal. 107.
JUMAT
6. Hati pria Etiopia itu tersentuh. Dengan kata sederhana apakah dia meminta untuk dibaptis?
Kisah 8:36-38. Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: “Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?” 37Sahut Filipus: “Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh.” Jawabnya: “Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.” 38Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.
“Hati orang itu sangat tergerak dengan ketertarikan sementara Kitab Suci diterangkan kepadanya; dan bila murid itu sudah selesai, ia sudah sedia untuk menerima terang yang diberikan. Ia tidak menjadikan kedudukan yang tinggi secara duniawi suatu maaf untuk menolak Injil. ‘Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: ‘Lihat, di situ ada air; apakah halangannya jika aku dibaptis?’ Sahut Filipus: ‘Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh.’ Jawabnya: ‘Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.’ Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus, maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.’” –The Acts of the Apostles, hal. 108.
SABAT
7. Bagaimana kita tahu bahwa pengalaman seperti itu bukanlah suatu kebetulan ketika jiwa-jiwa menunjukkan kerinduan mereka terhadap Injil?
Kisah 8:39. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.
“Orang Etiopia ini menggambarkan suatu segolongan besar orang yang memerlukan penginjil-penginjil sukarela seperti Filipus – yakni orang-orang yang mau mendengar suara Allah dan pergi ke mana Ia mengutus mereka. Ada banyak yang membaca Kitab Suci yang tidak dapat mengerti maksud yang sebenarnya. Di seluruh dunia pria dan wanita memandang dengan penuh perhatian ke surga. Doa dan air mata dan pertanyaan naik dari jiwa-jiwa yang merindukan terang, untuk anugerah, untuk Roh kudus. Banyak yang sedang berada di batas kerajaan itu, hanya menunggu untuk dikumpulkan.
“Seorang malaikat menuntun Filipus kepada seorang yang sedang mencari terang dan yang sedia untuk menerima Injil; dan pada dewasa ini malaikat-malaikat menuntun langkah-langkah dari pekerja-pekerja yang akan mengizinkan Roh Kudus untuk menyucikan lidah mereka dan menghaluskan serta memuliakan hati mereka. Malaikat yang dikirim kepada Filipus dapat melakukan pekerjaan bagi orang Etiopia itu tetapi hal ini bukanlah cara kerja Allah. Adalah rencana-Nya bahwa manusia harus bekerja untuk sesama mereka.” –The Acts of the Apostles, hal. 109.
Untuk Direnungkan
“Pekerjaan yang tidak mementingkan diri dari orang-orang Kristen pada masa yang lampau harus menjadi suatu pelajaran dan inspirasi kita. Anggota-anggota sidang Allah haruslah bersemangat dalam perbuatan yang baik, memisahkan diri dari cita-cita duniawi dan berjalan mengikuti jejak langkah-Nya yang telah berkeliling berbuat kebaikan. Dengan hati yang diisi dengan simpati dan belas kasihan, mereka harus melayani orang-orang yang perlu ditolong, membawa kepada orang-orang berdosa suatu pengetahuan tentang kasih Juruselamat. Perbuatan yang demikian menuntut usaha yang gigih, tetapi menghasilkan suatu upah yang limpah. Mereka yang mengambil bagian dalamnya dengan niat yang sungguh akan melihat jiwa-jiwa dimenangkan kepada Juruselamat karena pengaruh yang menyertai pelaksanaan yang praktis akan perintah Ilahi itu tidak dapat ditahan.” –The Acts of the Apostles, hal. 109.