TEMA SEMESTER: KISAH PARA RASUL
PELAJARAN 25 Sabat, 22 Juni 2024
Kapal Terkandas
“Dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat.” Kisah 27:44.
“Setiap orang akan melakukan segala yang ia dapat untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Namun demikian jika ada seorang dari tahanan-tahanan itu yang lolos, maka kehidupan dari orang-orang yang bertanggung jawab terhadap para tahanan ini akan dikorbankan. Sebab itu prajurit-prajurit ingin untuk membunuh orang-orang tahanan itu. Hukum Roma menyetujui kebijakan yang kejam ini, dan rencana itu akan dijalankan dengan segera, namun bagi Dia, semua orang mempunyai kewajiban yang sama besarnya. Yulius perwira itu mengetahui bahwa Paulus telah menjadi alat untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dari semua yang ada di kapal itu, dan tambahan pula, meyakini bahwa Tuhan beserta dengan dia, sehingga ia takut untuk menyusahkan dia. Sebab itu ia ‘memerintahkan supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dulu terjun ke laut dan naik ke darat, dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat.’ Ketika nama-nama dipanggil, tidak ada seorang pun yang hilang.” –The Acts of the Apostles, hal. 445.
LUKAS AND ARISTARKHUS
MINGGU
1. Siapakah yang menemani Paulus dalam perjalanannya ke Italia? Siapakah Yulius, dan bagaimana dia memperlakukan sang rasul?
Kisah 27:1-3. Setelah diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Paulus dan beberapa orang tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan Kaisar. 2 Kami naik ke sebuah kapal dari Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami. 3 Pada keesokan harinya kami singgah di Sidon. Yulius memperlakukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya.
“Rasul itu sekarang dipanggil untuk menderita pengalaman yang sulit yang akan menjadi nasibnya sebagai seorang tahanan, terbelenggu selama perjalanan yang panjang dan membosankan ke Italia. Satu kesempatan untuk meringankan kesulitan nasibnya adalah ketika ia diizinkan untuk bersahabat dengan Lukas dan Aristarkhus. Dalam suratnya kepada orang Kolose sesudahnya itu menyebutkan yang terakhir itu sebagai ‘temanku sepenjara (Kolose 4:10); tetapi dari pilihannva sendiri Aristarkhus turut merasai perhambaan Paulus, supaya ia boleh melayani dia dalam penderitaannya.
“Perjalanan itu mulai dengan aman. Pada keesokan harinya mereka membuang sauh di pelabuhan Sidon. Di sinilah Yulius, perwira itu, ‘memperlakukan Paulus dengan ramah,’ dan setelah diberitahu bahwa ada orang Kristen di tempat itu, ia ‘memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya.’ Izin ini sangat dihargai oleh rasul itu, yang sedang sangat lemah kesehatannya.” –The Acts of the Apostles, hal. 439, 440.
DI PELABUHAN INDAH
SENIN
2. Semula awak kapal dan penumpangnya berangkat dengan kapal yang berasal dari Adramyttium, kemudian berganti menjadi kapal Aleksandria. Mengapa? Apakah yang membuat perjalanan ini sangat berbahaya?
Kisah 27:4-10. Oleh karena angin sakal kami berlayar dari situ menyusur pantai Siprus. 5Dan setelah mengarungi laut di depan Kilikia dan Pamfilia, sampailah kami di Mira, di daerah Likia. 6Di situ perwira kami menemukan sebuah kapal dari Aleksandria yang hendak berlayar ke Italia. Ia memindahkan kami ke kapal itu. 7Selama beberapa hari berlayar, kami hampir-hampir tidak maju dan dengan susah payah kami mendekati Knidus. Karena angin tetap tidak baik, kami menyusur pantai Kreta melewati tanjung Salmone. 8Sesudah kami dengan susah payah melewati tanjung itu, sampailah kami di sebuah tempat bernama Pelabuhan Indah, dekat kota Lasea. 9Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya: 10“Saudara-saudara, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.”
“Sesudah meninggalkan Sidon, kapal itu menemui angin sakal; dan didorong dengan angin yang berlawanan arah, dan geraknya menjadi sangatlah lambat. Di Mira, di daerah Likia, perwira itu mendapat sebuah kapal Aleksandria yang besar, menuju ke pantai Italia, dan ke atas kapal ini ia memindahkan orang-orang tahanannya dengan segera. Tetapi angin masih berlawanan arah dengan kapal, sehingga laju kapal itu menjadi amat sulit.
“Di pelabuhan Indah mereka terpaksa tinggal beberapa waktu, menunggu angin yang baik. Musim dingin mulai tiba dengan cepatnya; ‘sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran;’ dan mereka yang menjaga kapal itu harus menghentikan pengharapannya untuk mencapai tujuan mereka sebelum musim perjalanan melalui laut harus ditutup selama tahun itu. Satu-satunya pertanyaan yang sekarang harus ditentukan ialah, apakah mau tinggal di Pelabuhan Indah, atau berusaha mencapai tempat yang lebih menyenangkan untuk mana mereka harus tinggal selama musim dingin.
“Pertanyaan ini diperbincangkan dengan sungguh-sungguh, dan akhirnya diserahkan oleh perwira kepada Paulus, yang telah mendapat kepercayaan pelaut-pelaut dan serdadu-serdadu. Rasul itu dengan tidak ragu-ragu menasihati untuk tinggal di mana mereka berada. ‘Saudara-saudara,’ katanya, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.’” –The Acts of the Apostles, hal. 440, 441.
SELASA
3. Mengapa nakhoda kapal tidak ingin menghabiskan musim dingin di sana? Perubahan cuaca apakah yang menyebabkan mereka mengambil keputusan yang salah?
Kisah 27:11-13. Tetapi perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus. 12Karena pelabuhan itu tidak baik untuk tinggal di situ selama musim dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus dan mencoba mencapai kota Feniks untuk tinggal di situ selama musim dingin. Kota Feniks adalah sebuah pelabuhan pulau Kreta, yang terbuka ke arah barat daya dan ke arah barat laut. 13Pada waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa maksud mereka sudah tentu akan tercapai. Mereka membongkar sauh, lalu berlayar dekat sekali menyusur pantai Kreta.
“Tetapi ‘perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nakhoda daripada kepada perkataan Paulus,’ dan kebanyakan penumpang-penumpang dan awak kapal, tidak rela untuk menerima nasihat ini. Sebab pelabuhan di mana mereka berlabuh ‘tidak baik untuk tinggal di situ selama musim dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus dan mencoba mencapai kota Feniks untuk tinggal di situ selama musim dingin. Kota Feniks adalah sebuah pelabuhan pulau Kreta yang terbuka ke arah barat daya dan ke arah barat laut.’” –The Acts of the Apostles, hal. 441.
ANGIN BADAI
RABU
4. Kesulitan apakah yang muncul segera setelah mereka berangkat? Apakah yang terpaksa harus dilakukan para kru kapal?
Kisah 27:14-19. Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin “Timur Laut”. 15Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. 16Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu. 17Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja. 18Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut. 19Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri.
“Dihempaskan oleh angin ribut, kapal itu menghampiri sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan sementara dalam perlindungannya pelaut-pelaut telah bersiap untuk datangnya kemungkinan yang terburuk. Sekoci penolong itu, satu-satunya alat mereka untuk menyelamatkan diri jika kapal itu akan tenggelam, adalah dalam lumbung kapal dan dapat kapanpun dapat terhempas. Pekerjaan mereka yang mula-mula ialah untuk menarik kapal ini ke darat. Segala tindakan yang mungkin harus diambil untuk menguatkan kapal itu dan menyediakannya untuk melawan angin topan. Perlindungan yang tidak cukup yang diberikan oleh pulau kecil itu tidak banyak membantu mereka, dan tidak lama lagi mereka tidak terlindung dari keganasan angin topan itu.
“Sepanjang malam angin topan mengganas, dan meskipun tindakan pencegah yang telah diambil, kapal itu kemasukan air. ‘Pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut.’ Malam pun datanglah, tetapi angin tidak berhenti. Kapal yang dipukul oleh angin ribut, dengan tiang yang hancur dan layar yang koyak-koyak, dilemparkan kian ke mari oleh keganasan angin ribut. Setiap saat tampaknya kayu yang mengerang harus mengalah sementara kapal itu terhuyunghuyung dan gemetar oleh getaran angin ribut. Kebocoran itu bertambah dengan cepatnya, dan penumpang-penumpang dan anak buah kapal bekerja dengan tiada henti-hentinya pada pompa itu. Tidak ada waktu istirahat bagi siapapun yang ada di dalam kapal.’” –The Acts of the Apostles, hal. 441, 442.
KAMIS
5. Setelah badai mematikan itu berlanjut selama dua minggu, apakah yang Paulus desak agar dilakukan oleh para penumpang di kapal itu?
Kisah 27:22-25, 33, 34. Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. 23 Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, 24 dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. 25 Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku…. 33 Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: “Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. 34 Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.”
“Pada malam yang keempat belas dari terombang-ambing pada gelombang yang hitam dan bergelora, ‘kira-kira tengah malam’ pelaut-pelaut, yang mendengar bunyi dari gelombang besar, ‘merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. Dan karena takut, Lukas menulis, ‘bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang.’” –The Acts of the Apostles, hal. 443.
SATU UPAYA UNTUK MELARIKAN DIRI
JUMAT
6. Apakah yang coba dilakukan beberapa awak kapal? Apakah yang Paulus peringatkan kepada perwira itu?
Kisah 27:30-32. Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. 31Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.” 32Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut
“Pada waktu fajar menyingsing garis batas pantai yang berangin keras itu mulai kelihatan dengan samar-samar, tetapi belum ada batas tanah yang kelihatan. Begitu suram pemandangan itu sehingga pelaut-pelaut yang masih kafir itu, kehilangan keberanian mereka, sehingga mereka ‘berusaha untuk melarikan diri dari kapal,’ berpura-pura untuk mengadakan persiapan untuk membuangkan ‘sauh di haluan,’ mereka telah menurunkan sekoci penolong, bila Paulus, memperhatikan rencana mereka yang hina, dikatakan kepada perwira itu dan prajurit-prajuritnya, ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ Prajurit-prajurit itu dengan segera ‘memotong sekoci dan membiarkannya hanyut’ ke dalam lautan.” –The Acts of the Apostles, hal. 443.
SABAT
7. Akhirnya, kapal tersebut terkandas di “tempat bertemunya dua lautan”. Bagaimana Paulus menyemangati para penumpang dan awak kapal?
Kisah 27:41. Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat.
“Mengambil kesempatan dalam keteduhan dalam angin topan, Paulus berdiri di geladak dan, sementara mengangkat suaranya, ia berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorang pun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (Kisah 27:21-26).
“Dari perkataan ini, pengharapan hidup kembali. Penumpang-penumpang dan awak kapal dibangkitkan dari kelesuan mereka. Masih banyak yang harus dilakukan, dan setiap tenaga dalam kuasa mereka harus diusahakan untuk mengelakkan kebinasaan.” –The Acts of the Apostles, hal. 444, 443.
Untuk Direnungkan
“Paulus dan tahanan-tahanan lainnya sekarang diancam oleh sesuatu nasib yang lebih hebat daripada kapal karam. Prajurit-prajurit itu melihat bahwa sementara mencoba tiba di daratan tidaklah mungkin bagi mereka untuk menjaga tahanan-tahanan itu. Setiap orang akan melakukan segala yang ia dapat untuk menyelamatkan dirinya sendiri.” –The Acts of the Apostles, hal. 445.
“Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorangpun yang melarikan diri dengan berenang.” Kisah 27:42.