“Yesus dan Doa”

Bacaan 2 Minggu Sembahyang 2024 “Berdoalah Setiap Waktu”

(Dibacakan pada Sabat, 7 Desember 2024)

YESUS DAN DOA

“Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” Lukas 11:1.

Mengapa murid-murid-Nya meminta Yesus untuk mengajar mereka cara berdoa? Mungkinkah mereka tidak tahu cara berdoa atau tidak melakukannya dengan baik? Mereka menyaksikan Yesus berdoa dan ingin berdoa seperti yang Dia lakukan. Ini seharusnya menjadi permintaan kita juga yang terus-menerus, khususnya selama Minggu Sembahyang ini: “Tuhan, ajarlah kami berdoa.” Bagi orang Yahudi, doa merupakan bagian integral yakni yang tak terpisahkan dari kehidupan dan ibadah. Banyak doa muncul dalam Kitab Mazmur dan di tempat lain dalam Kitab Suci Ibrani. Itu bukanlah sesuatu yang tidak diketahui oleh para murid. Mereka mengetahui doa-doa seremonial para pemimpin agama Yahudi. Namun, ketika mereka mengamati Yesus, mereka menyadari bahwa ada perbedaan besar antara doa para rabi itu dengan doa Yesus, yang memotivasi mereka untuk membuat permintaan itu, “Tuhan, ajarlah kami berdoa.” Yesus adalah Teladan kita dalam berdoa, karena itu merupakan bagian penting dari pelayanan-Nya. Dia berdoa sangat pagi ketika hari masih gelap, dan pada siang hari, dan pada banyak kesempatan sepanjang malam. Sungguh teladan yang luar biasa bagi kita! Lebih jauh lagi, kata-kata doa-doa-Nya berbeda dari doa-doa yang biasa didengar oleh para murid.

Para murid Kristus sangat terkesan dengan doa-doa-Nya dan kebiasaan-Nya untuk bersekutu dengan Allah. Suatu hari setelah beberapa saat tidak bertemu dengan Tuhan mereka, mereka mendapati-Nya asyik berdoa. Seolah-olah tidak menyadari kehadiran mereka, Ia terus berdoa dengan suara keras. Hati para murid menjadi sangat tersentuh. Ketika Ia berhenti berdoa, mereka berseru, ‘Tuhan, ajarilah kami untuk berdoa.’” –Review and Herald, Au­gust 11, 1910.

Saudara-saudari terkasih, kehidupan Juruselamat di dunia adalah kehidupan persekutuan dengan Bapa-Nya, yakni kehidupan doa. Itu adalah contoh bagi kita, karena Dia telah menyatakan rahasia kehidupan yang penuh kuasa. Mari kita lihat beberapa aspek penting tentang Yesus dan doa.

Yesus berdoa memohon kekuatan untuk menanggung cobaan

Yesus, Anak Manusia, berdoa kepada Bapa-Nya, menunjukkan kepada kita bahwa manusia membutuhkan setiap dukungan ilahi agar dikuatkan untuk menjalani tugas dan menghadapi pencobaan. “Hanya sedikit yang bersedia meniru kekurangan-Nya yang luar biasa, menanggung penderitaan dan penganiayaan-Nya, dan berbagi kerja keras-Nya yang melelahkan untuk membawa orang lain kepada terang…. Kristus adalah Panglima keselamatan kita, dan melalui penderitaan dan pengorbanan-Nya sendiri, Dia telah memberikan contoh kepada semua pengikut-Nya bahwa kewaspadaan dan doa, dan usaha yang tekun, adalah yang diperlukan di pihak mereka jika mereka ingin dengan tepat mewakili kasih yang tinggal di pangkuan-Nya bagi umat yang jatuh.” –Testimonies for the Church, jilid 2, hlm. 664.

“Ketika Yesus dibawa ke padang gurun untuk dicobai, Ia dituntun oleh Roh Allah. Ia tidak mengundang godaan. Ia pergi ke padang gurun untuk menyendiri, untuk merenungkan misi dan pekerjaan-Nya. Dengan berpuasa dan berdoa, Ia harus mempersiapkan diri-Nya untuk menempuh jalan berlumuran darah yang harus Ia tempuh. Bagaimana Ia harus memulai pekerjaan-Nya untuk membebaskan para tawanan yang disiksa oleh si perusak? Selama puasa-Nya yang panjang, seluruh rencana pekerjaan-Nya sebagai pembebas manusia terbentang di hadapan-Nya.” –Selected Messages, buku 1, hlm. 227.

Waktu-waktu doa malam yang dihabiskan Juruselamat di gunung atau di padang gurun sangat penting untuk mempersiapkan-Nya menghadapi pencobaan-pencobaan yang harus dihadapi-Nya di hari-hari berikutnya. Ia merasakan perlunya penyegaran dan penguatan jiwa dan tubuh, agar Ia dapat menghadapi godaan Setan; dan barangsiapa yang berusaha untuk menjalani hidup yang seperti hidup-Nya akan merasakan kebutuhan yang sama ini.” –Maranatha, hlm. 85.

Bacaan Minggu Sembahyang 2024 “Berdoalah Setiap Waktu” 

Yesus berdoa untuk mempersiapkan tugas-tugas tertentu

Berikut ini adalah hal menarik dari kehidupan doa Yesus yang perlu direnungkan: Kita semua membuat keputusan penting dalam kehidupan sehari-hari kita—di rumah, di gereja, di tempat kerja, dan di tempat lain. Pertanyaannya adalah: Berapa banyak waktu yang kita curahkan untuk berdoa sebelum membuat keputusan ini atau melaksanakan pekerjaan kita?

Seperti yang telah kita lihat, ketika Yesus hendak memulai pelayanan-Nya, menurut Kitab Suci, Roh Kudus menuntun-Nya ke padang gurun. Di sana, Ia mendedikasikan empat puluh hari untuk berpuasa dan berdoa memohon kekuatan untuk misi penting dan menantang yang ada di hadapan-Nya. Namun, itu bukan satu-satunya kesempatan ketika Tuhan Yesus meluangkan waktu ekstra dalam doa; Ia juga berdoa sebelum memulai pekerjaan penting. “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul.” Lukas 6:12, 13.

Kisah ini menarik perhatian saya ketika mengatakan, “dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.” (Lukas 6:12). Ayat tersebut tidak mengatakan, “dan Ia menghabiskan beberapa menit dalam doa,” atau “Ia mengambil beberapa saat untuk berdoa.” Tidak, Ia menghabiskan sepanjang malam dalam doa. Keesokan harinya, Ia akan mempersembahkan kedua belas murid, dan Ia ingin membuat pilihan yang baik. Pertanyaannya, saudara dan saudari terkasih, adalah: Kapan terakhir kali engkau sampai menghabiskan sepanjang malam dalam persekutuan dengan Allah? Atau mungkin satu jam dalam doa? Bagaimana dengan hari ketika engkau akan memilih istri atau suami-mu, atau ketika engkau memutuskan untuk dibaptis? Hari ini, kita berbicara tentang Yesus dan doa. Sungguh banyak yang harus kita pelajari dari Guru kita ini!

Yesus, ketika mempersiapkan diri untuk suatu ujian besar atau suatu pekerjaan penting, akan pergi ke tempat terpencil di pegunungan dan menghabiskan malam dalam doa kepada Bapa-Nya. Satu persatu malam doa telah mendahului pentahbisan para rasul dan khotbah di bukit, penjelmaan pemuliaan-Nya, dan penderitaan di balai pengadilan dan salib, dan kemuliaan kebangkitan.” –The Ministry of Healing, hlm. 509.

“Setelah pekerjaan-Nya selesai pada hari itu, Ia pergi, malam demi malam, menjauh dari hiruk pikuk kota, dan wujud-Nya membungkuk di suatu hutan terpencil dalam permohonan kepada Bapa-Nya. Kadang-kadang sinar terang bulan menyinari wujud-Nya yang membungkuk. Dan kemudian lagi awan dan kegelapan menutup semua cahaya. Embun pagi dan embun malam menempel di kepala dan janggut-Nya sementara Dia sedang dalam sikap seorang pemohon. Ia sering melanjutkan permohonan-Nya sepanjang malam. Ia adalah teladan kita. Jika kita dapat mengingat akan ini, dan meniru-Nya, maka kita akan jauh lebih kuat di dalam Tuhan.” –Prayer, hlm. 174.

Yesus memiliki tempat khusus untuk berdoa

Ketika membahas tempat yang unik untuk berdoa, saya ingat semasa saya di sekolah misionaris, saya punya sebuah tempat di hutan tempat saya suka pergi dan berdoa di malam hari. Itu cukup menarik, karena disaat itu saya bisa berbicara sendiri dengan Allah, bahkan menangis dan mencurahkan isi hati saya, dan menceritakan segalanya kepada Yesus. Kadang-kadang ketika saya tiba di tempat itu, seorang teman sekelas sudah mendahului saya, dan dia sedang berdoa di sana. Kami kemudian berdoa bersama.

Tuhan Yesus juga telah memilih tempat-tempat di mana Dia berdoa; ketika para murid ingin bertemu dengan Guru mereka, mereka tahu di mana harus mencari-Nya.

Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau.” Markus 1:35-37.

Ayat-ayat ini berbicara tentang pengkhususan diri-Nya ke tempat-tempat yang sunyi. Artinya, Yesus mencari tempat-tempat yang tepat dan sunyi sehingga Ia dapat dengan khidmat mendekati Bapa-Nya.

“Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.”  Matius 14:23.

“Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa.” Lukas 22:39-41.

Sediakan tempat untuk berdoa secara pribadi dan rahasia. Yesus memiliki tempat-tempat tertentu untuk bersekutu dengan Allah, dan kita pun seharusnya demikian. Kita perlu sering kali menyendiri di suatu tempat, betapapun sederhananya, di mana kita dapat menyendiri untuk bersekutu dengan Allah.” –Thoughts from the Mount of Blessing, hlm. 84.

Ketika bekerja sebagai pekerja Alkitab di negara saya, saya mengunjungi sebuah kota kecil tempat tinggal beberapa perintis gereja yang sudah lanjut usia dan di sana ada sebuah ruangan di rumah itu yang menarik perhatian saya. Ruangan itu ditata dengan sangat apik, dengan sebuah meja, beberapa kursi, dan beberapa poster yang memuat ayat-ayat Alkitab. Itulah tempat mereka berdoa. Tiga kali sehari, pagi, siang, dan malam, mereka pergi ke sana untuk berdoa. Jika ada orang yang mengunjungi mereka pada waktu itu, mereka mengundangnya untuk bergabung di sana, dan mereka tidak menggunakan tempat itu untuk hal lain. Tidak ada hal lain selain Alkitab yang dibahas di tempat itu, dan hal itu meninggalkan kesan yang mendalam pada saya sampai hari ini. Betapa pentingnya, saudara-saudari terkasih, dan teman-teman, bagi kita untuk memiliki tempat khusus untuk berdoa, tempat untuk berbicara kepada Tuhan, dan tempat bagi kita untuk mendengarkan Dia setiap hari.

Pria dan wanita yang datang untuk memantulkan tabiat Kristus dan yang telah menjadi teladan yang sangat baik bagi dunia adalah mereka yang menghabiskan banyak waktu bersama Allah, sedemikian rupa, sehingga kebiasaan ini menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Martin Luther mengungkapkan pengalamannya seperti ini: “Jika seseorang gagal meluangkan dua jam untuk berdoa setiap pagi, musuh akan memperoleh kemenangan di siang hari. Saya memiliki banyak masalah yang tidak dapat saya tangani sendiri tanpa meluangkan tiga jam sehari untuk berdoa.” Ucapannya adalah: “Dia yang berdoa dengan baik berarti telah belajar dengan baik.”

Kegelapan si jahat melingkupi barangsiapa yang lalai berdoa. Godaan bisikan si musuh itu sungguh membujuk mereka untuk berbuat dosa; dan itu semua karena mereka tidak memanfaatkan hak istimewa yang telah diberikan Allah kepada mereka dalam tugas ilahi untuk berdoa. Mengapa putra dan putri Allah kini enggan berdoa, padahal doa adalah kunci di tangan iman untuk membukakan gudang perbendaharaan surga, di mana tersimpan segala sumber daya Mahakuasa yang tak terbatas?” –Steps to Christ, hlm. 94.

“Jika saja jiwa-jiwa yang bertanggung-jawab untuk membunyikan nada peringatan yang khidmat untuk masa sekarang ini dapat menyadari pertanggungjawaban mereka kepada Allah, maka mereka akan melihat perlunya doa yang sungguh-sungguh. Ketika kota-kota terdiam dalam tidur tengah malam, ketika setiap orang telah pergi ke rumahnya masing-masing, Kristus, teladan kita, akan pergi ke Bukit Zaitun, dan di sana, di tengah-tengah pohon-pohon yang rindang, akan menghabiskan sepanjang malam dalam doa….

“Ketika manusia berada di dekat-Nya, Ia merasakan kebutuhan-Nya akan kekuatan dari Bapa-Nya. Ia memiliki tempat-tempat doa yang terpilih. Ia senang bersekutu dengan Bapa-Nya dalam kesunyian di gunung. Dalam latihan ini, jiwa manusia-Nya yang kudus dikuatkan untuk tugas-tugas dan pencobaan-pencobaan hari itu.” –Prayer, hlm. 18, 173.

Yesus berdoa untuk orang lain

Bacaan Minggu Sembahyang 2024 “Berdoalah Setiap Waktu” 

Tuhan Yesus terus-menerus menerima kuasa dari atas untuk dapat berhadapan dengan manusia. Kitab Suci memberi tahu kita: “… dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.” Yohanes 14:24. Maka, Dia menerima firman keselamatan untuk dibagikan kepada orang lain, tiap-tiap hari.

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Markus 10:45.

Bukan untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk orang lain, Dia hidup, berpikir, dan berdoa. Dari jam-jam yang dihabiskan bersama Tuhan, Dia keluar pagi demi pagi, untuk membawa terang surga kepada manusia. Setiap hari Dia menerima baptisan Roh Kudus yang baru. Pada dini hari di hari yang baru Tuhan membangunkan-Nya dari tidur-Nya, dan jiwa-Nya serta bibir-Nya diurapi dengan kasih karunia, agar Dia dapat membagikannya kepada orang lain. Kata-kata-Nya diberikan kepada-Nya langsung dari istana surgawi, kata-kata yang dapat Dia ucapkan pada waktunya kepada yang lelah dan tertindas. ‘Tuhan Allah telah memberikan kepadaku,’ katanya, ‘lidah seorang murid, sehingga aku dapat mengetahui bagaimana mengucapkan perkataan pada waktunya kepada dia yang lelah: Ia membangunkan setiap pagi, Ia membangunkan telinga-Ku untuk mendengar seperti orang yang terpelajar.’ Yesaya 50:4.” –Christ’s Object Lessons, hlm. 139.

Kristus adalah Panglima keselamatan kita, dan melalui penderitaan dan pengorbanan-Nya sendiri, Dia telah memberikan contoh kepada semua pengikut-Nya bahwa kewaspadaan dan doa, dan usaha yang tekun, adalah yang diperlukan di pihak mereka jika mereka ingin dengan tepat mewakili kasih yang tinggal di pangkuan-Nya bagi umat yang jatuh.”  –Testimonies for the Church, jilid 2, hlm. 664

“Ia sering menghabiskan malam-malamnya untuk berdoa. Sementara kota-kota terdiam dalam tidur, para malaikat mendengarkan permohonan Sang Penebus. Lihatlah Juruselamat tertunduk dalam doa, jiwa-Nya diliputi kesedihan. Ia tidak berdoa untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk jiwa-jiwa yang Ia telah datang untuk selamatkan. Di pegunungan Galilea dan di kebun Zaitun, Yang Dikasihi Allah berdoa untuk orang-orang berdosa. Kemudian Ia datang untuk melayani mereka, lidah-Nya tersentuh lagi dengan api yang hidup.” –Signs of the Times, September 5, 1900. 

Kesimpulan

Saudara-saudari terkasih, Tuhan Yesus Kristus memberikan kita undangan karena kita hanya tinggal beberapa hari lagi menuju akhir tahun 2024 ini. Mungkin kita sedang menemukan diri kita dalam situasi sulit, sedang menanggung berbagai masalah, dan sedang berada jauh dari Sang Guru Ilahi. “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah sejenak...” Markus 6:31.

Jika kita mau mendengarkan firman-Nya, kita akan menjadi lebih kuat dan lebih berdaya-guna. Para murid mencari Yesus, dan memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya; dan Dia memberi semangat dan petunjuk kepada mereka. Jika hari ini kita mau meluangkan waktu untuk datang kepada Yesus dan memberitahukan kebutuhan kita kepada-Nya, maka kita tidak akan kecewa; Dia akan berada di sebelah kanan kita untuk menolong kita.” –The Desire of Ages, hlm. 36 3.

“Taman Getsemani adalah salah satu tempat yang sering dikunjungi. Di tempat inilah, ketika kota Yerusalem sunyi dalam keheningan tengah malam, Yesus sering kali pergi untuk bersekutu dengan Bapa-Nya. Ketika mereka yang telah Ia layani sepanjang hari pergi masing-masing ke rumahnya, Yesus, kita baca, ‘pergi ke Bukit Zaitun.’ Kadang-kadang Ia membawa serta murid-murid-Nya bersama-Nya ke tempat peristirahatan ini, agar mereka dapat menggabungkan doa-doa mereka dengan doa-Nya. Dalam doa, Kristus memiliki kuasa dengan Allah, dan menang. Pagi demi pagi, dan petang demi petang, Ia menerima kasih karunia agar Ia dapat membagi-bagikannya kepada orang lain. Kemudian, jiwa-Nya diisi kembali dengan kasih karunia dan semangat untuk melayani jiwa-jiwa manusia.” –Signs of the Times, 15 Juli 1908.

Pelajaran Kristus tentang doa harus direnung-renungkan dengan saksama. Ada ilmu ilahi dalam doa, dan ilustrasi-Nya telah memperlihatkan prinsip-prinsip yang perlu dipahami oleh semua orang. Dia menunjukkan apa sebenarnya roh doa, Dia mengajarkan pentingnya ketekunan dalam menyampaikan permohonan kita kepada Tuhan, dan meyakinkan kita tentang kesediaan-Nya untuk mendengar dan menjawab doa.” –Christ’s Object Lessons, hlm. 142.

Saudara-saudari terkasih di mana pun, hari ini, lebih dari sebelumnya, kita perlu memiliki pengalaman yang lebih mendalam, yakni pengalaman doa yang seperti yang dialami Yesus. Semoga Minggu Sembahyang ini membawa kita lebih dekat kepada Teladan ilahi kita. Dan ingatlah, Juruselamat akan segera datang! Bersiaplah! Amin.