PELAJARAN SEKOLAH SABAT SEMESTER PERTAMA TAHUN 2025
TEMA SEMESTER: PEKERJAAN ALLAH MELALUI HAKIM-HAKIM
DAFTAR ISI
Pendahuluan
1. Janji Umat
2. Penaklukkan yang tidak Tuntas
3. Israel Diuji
4. Ketidaksetiaan Israel
5. Otniel, Ehud, Samgar
6. Debora dan Barak
7. Nyanyian Kelepasan
8. Panggilan untuk Gideon
Laporan Misionaris dari Departemen Penginjilan GC
9. Kemenangan dengan Sedikit Orang
10. Konflik Internal dan Eksternal
11. Abimelekh dan Yotam
12. Tola dan Yair—Hakim-Hakim Israel
13. Allah Menggunakan Yefta untuk Melepaskan Israel
14. Yefta, Ebzan, Elon, dan Abdon
15. Kelahiran Simson yang Ajaib
16. Pesta Pernikahan Simson
17. Simson Menjadi Hakim bagi Israel Selama 20 Tahun
Laporan Misionaris dari Curacao
18. Kegagalan dan Kematian Simson
19. Penyembahan Berhala Secara Pribadi dan Melalui Imam
20. Suku Dan Mencari Wilayahnya
21. Pengampunan dan Keramahan
22. Ketika Kejahatan Tidak Diperbaiki
23. Berlebihan dan Penyesalan
24. Kisah Rut
25. Eli-Imam dan Hakim
26. Samuel-Imam, Nabi, dan Hakim
Laporan Misionaris dari Honduras
…
PENDAHULUAN
Setelah kitab Yosua di Alkitab, kitab Hakim-Hakim menceritakan kisah tentang pembagian dan penaklukan Israel atas tanah perjanjian. Hal ini tidak selesai pada zaman Yosua, jadi suku-suku bertanggung jawab untuk menghadapi orang Kanaan dan mengusir mereka. Namun, sejarah Alkitab menunjukkan bahwa tidak semua suku mampu mengalahkan orang Kanaan yang tersisa yang mendiami wilayah yang ditugaskan kepada mereka. Beberapa bertahan dan menyelesaikan pekerjaan, tetapi yang lain lemah dan gagal menguasai wilayah mereka. Hal ini mengakibatkan konsekuensi yang sangat sulit, karena beberapa orang Israel tinggal berdekatan dengan orang-orang kafir dan bahkan mempraktikkan penyembahan berhala, dan melupakan Allah yang benar dan dikuasai oleh mereka.
Masa Hakim-Hakim aktif di periode pertengahan antara masuknya dan pendudukan tanah perjanjian di bawah Musa dan Yosua dan zaman raja-raja. Empat kecenderungan terus-menerus terulang selama periode ini: (1) Kemurtadan dari Allah dan kehendak-Nya, (2) invasi atau pendudukan oleh bangsa-bangsa asing yang menguasai Israel selama bertahun-tahun, (3) seruan kepada Allah untuk meminta pertolongan dan pembebasan dari musuh-musuh mereka, dan (4) panggilan Allah kepada seorang hakim untuk memimpin rakyat dan membebaskan negara dari penjajah. Hal ini berlanjut selama beberapa abad, dari sekitar tahun 1400 hingga 1050 SM. Hal lain yang menjadi ciri masa Hakim-Hakim adalah kurangnya kontinuitas atau kesinambungan. Ketika seorang hakim meninggal, hakim berikutnya tidak segera ada untuk menggantikannya. Sering kali terjadi kesenjangan selama beberapa dekade, ketika tidak ada individu yang menjadi tempat rakyat meminta bimbingan nasional. Di satu sisi, hal ini menyebabkan mereka lebih bergantung pada Allah daripada pada manusia; tetapi di sisi lain, hal ini sering kali menyebabkan ketidakstabilan dan kebingungan. Ketika seorang hakim gagal menjalankan tugasnya dengan baik, kesetiaan rakyat pun segera luntur. Itulah sebabnya Kitab Suci sering berkata, setelah menceritakan tentang situasi yang sulit dan membingungkan: “Pada zaman itu (waktu itu) tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” Hakim-Hakim 17:6; 21:25.
Oleh karena itu, kita melihat, seperti ketika orang-orang berada di padang gurun, bahwa periode Hakim-Hakim adalah periode terang dan gelap. Allah melakukan peristiwa-peristiwa luar biasa dan ajaib bagi umat-Nya; dan kemudian, segera setelah orang kuat yang dipakai Allah pergi, orang-orang jatuh kembali ke dalam kemurtadan. Kita dapat mengatakan bahwa ini adalah sejarah, di satu sisi, tentang kelemahan dan kerapuhan manusia, yang menjanjikan kesetiaan dan ketaatan tetapi tidak menepati janji-Nya, sementara di sisi lain kesetiaan Allah terlihat dalam menepati janji-janji-Nya meskipun orang-orang tidak layak. Dalam hal ini, pelajaran yang dapat dipetik dari kitab Hakim-Hakim—beralih dari kesulitan menuju pembebasan—adalah penerapan praktis dari ayat: “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” Mazmur 50:15.
Pada fase ini, umat Israel dipimpin oleh para pemimpin yang dipanggil oleh Allah dan melalui kuasa-Nya membawa pembebasan bagi umat-Nya. Peristiwa-peristiwa seperti itu tidak tampak semujizat yang terjadi selama eksodus; tetapi ini tetap merupakan periode di mana tangan Allah terlihat berulang kali dalam peristiwa-peristiwa yang menakjubkan. Kisah Debora dan Barak, kemenangan Gideon dengan hanya 300 orang, pengalaman Simson, yang menerima kekuatan supranatural untuk dapat membebaskan Israel, dan mukjizat-mukjizat lainnya terjadi selama periode ini. Akan tetapi, ketika kita mempelajari tentang Hakim-Hakim, kita hendaknya tidak berpikir tentang pejabat seperti yang kita kenal sekarang—mereka yang telah belajar hukum selama bertahun-tahun dan kemudian, setelah memperoleh sertifikasi, bekerja di sistem pengadilan untuk menjalankan hukum negara. Hakim-Hakim dalam Alkitab adalah orang-orang karismatik yang dipanggil langsung oleh Allah; mereka diberkahi dengan keberanian, iman, dan terkadang bahkan kekuatan luar biasa untuk menunjukkan bahwa keselamatan, pembebasan, dan kemerdekaan datang secara eksklusif dari Allah. Ayat-ayat berikut menjelaskan bagaimana orang-orang ini dipanggil, dibimbing, dan dikualifikasikan oleh Allah. “Maka TUHAN membangkitkan hakim-hakim, yang menyelamatkan mereka dari tangan perampok itu. Tetapi juga para hakim itu tidak mereka hiraukan, karena mereka berzinah dengan mengikuti allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Mereka segera menyimpang dari jalan yang ditempuh oleh nenek moyangnya yang mendengarkan perintah TUHAN; mereka melakukan yang tidak patut. Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka.” Hakim-Hakim 2:16-18.
Hal ini sungguh mengherankan. Dewasa ini, masalah pengaruh dunia terhadap umat Allah tidak kalah hebatnya dengan masalah orang Kanaan kafir terhadap umat Israel dahulu. Saat itu, Hakim-Hakim dan umat itu memiliki musuh yang harus dikalahkan; dan demikian juga kita pun memiliki musuh. Bagaimana kita akan berhubungan dengan situasi ini? Apakah kita akan seperti suku-suku yang menyerah dan kehilangan kepastian pemilihan ilahi, ataukah kita mau mengikuti contoh orang-orang yang mengandalkan pertolongan Allah dan bekerja keras untuk meraih kemenangan? Allah, yang membangkitkan Hakim-Hakim pada waktu itu dan memberi mereka kuasa-Nya, masih dapat dan akan melakukan hal yang sama di zaman kita.
Oleh karena itu, semoga pengalaman-pengalaman yang disajikan dalam Kitab Hakim-Hakim dan dipelajari di sekolah Sabat dalam setengah tahun mendatang ini akan membawa kita lebih dekat kepada Allah sehingga kita juga akan menjadi pemenang dan pada akhirnya berkata seperti mereka dan seperti rasul Paulus: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” 2 Timotius 4:7, 8.
–Saudara dan Saudari di GC dan Departemen Penginjilan