MENJAGA STANDAR TINGGI UMAT PILIHAN ALLAH
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.” Kolose 3:12.
“Jika engkau adalah umat pilihan Allah, janganlah engkau membuat Dia malu terhadapmu. Nyatakanlah Dia kepada dunia.” 8LtMs, Ms 6, 1893, par. 12.
“Tetap jagalah standar yang tinggi pada pandanganmu. Kita adalah umat pilihan Allah, yang sedang menjalankan rencana-Nya, dan mencapai tujuan-Nya. Diri kita berada di bawah kendali Allah. Kita harus terus memandang kepada Yesus, percaya kepada-Nya, dan tidak mengecewakan harapan dan kepercayaan Allah. Kita harus terus ingin melakukan dan ingin menjadi apa yang Allah inginkan dari kita. Dan pelajaran yang harus kita pelajari setiap hari adalah untuk menjadi lemah lembut dan rendah hati. Dengan demikian, kita dapat menaikkan standar menjadi lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Anak-anakku, setiap hari bersembunyilah di celah Batu Karang itu di mana engkau mungkin tidak terlihat tetapi engkau dapat melihat, dan dapat mendengar pernyataan tabiat Allah. Inilah yang bernilai segalanya bagi kita.” —Letter 141, 1896. JNN 155.4.
“Put on therefore, as the elect of God, holy and beloved, bowels of mercies, kindness, humbleness of mind, meekness, longsuffering;” Colossians 3:12.
“If you are the elect of God, do not make Him ashamed of you. Represent Him to the world.” 8LtMs, Ms 6, 1893, par. 12.
“Keep in view the high standard. We are as God’s chosen, working out His plans, accomplishing His purposes. Self is under control to God. We must keep looking unto Jesus, trusting in Him, and not disappoint the hope and expectation of God. We must want to do and want to be just what God would have us to be. And the lesson we have to learn daily is to be meek and lowly of heart. Then can we raise the standard higher and still higher. My children, every day hide in the cleft of the Rock where you may not be seen but where you can see, and where you can hear the proclamation of God’s character. This is worth everything to us.” —Letter 141, 1896. JNN 155.4.