Renungan Petang 6 Februari 2025

DIKUDUSKAN OLEH ROH DALAM KEBENARAN

Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.” 2 Tesalonika 2:13.

“Melalui kebenaran, dan oleh kuasa Roh Kudus, kita akan dikuduskan—diubahkan menjadi serupa dengan Kristus. Dan agar perubahan ini terjadi dalam diri kita, maka harus ada penerimaan kebenaran yang tulus dan tanpa syarat, yakni penyerahan jiwa yang sepenuhnya kepada kuasa pengubahnya.”

“Tabiat kita pada dasarnya telah terdistorsi dan menyimpang. Karena kurangnya pengembangan yang tepat, tabiat kita tidak lagi memiliki keselarasan… Bahkan setelah mereka mengaku menerima kebenaran, dan mengaku menyerahkan diri kepada Kristus, kebiasaan lama yang sama masih dimanjakan, harga diri yang sama terwujud, gagasan palsu yang sama dianut. Meskipun orang-orang seperti itu mengaku telah bertobat, jelaslah bahwa mereka sebenarnya belum menyerahkan diri kepada kuasa kebenaran yang mengubahkan.”

“Hal-hal ini tidak hanya merugikan jiwa mereka sendiri, tetapi juga menyesatkan orang lain, yang terlanjur menganggap mereka sebagai wakil kebenaran yang mereka akui… Mereka belum sepenuhnya berserah kepada Allah. Mereka tidak menyadari dosa karena berpegang teguh pada cara mereka sendiri, mengikuti ide-ide pemikiran mereka sendiri, yang kasar dan sempit, dan tidak simetris. Mereka berpegang teguh pada sekedar teori kebenaran, dan mencoba menyajikannya kepada orang lain, tetapi teori itu begitu dikaburkan oleh cara mereka sendiri sehingga terangnya menjadi kabur; tampak tidak menarik, dan terlalu sering menjadi ditolak.”

“Orang-orang yang menerima kebenaran yang tidak populer ini harus menerimanya dengan berhadapan dengan banyak pengaruh yang berlawanan. Tradisi, adat istiadat, dan prasangka hendak menghalangi jiwa mereka terhadap terang. Sehingga, para pembawa kebenaran harus memberikan bukti dalam tabiat mereka sendiri tentang kekuatannya yang membaharui dan mengubahkan, jika tidak kerja keras mereka tidak akan banyak berpengaruh…”

“Semua orang yang menerima kebenaran harus berdiri sebagai para wakil dan pembela kebenaran; tanggung jawab yang sama ada pada semua anggota jemaat, baik pendeta maupun orang awam. Setiap jiwa yang menerima kebenaran harus menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah,—yakni penyerahan yang digambarkan sebagai jatuh di atas Batu Karang dan hancur. Kebiasaan lama kita, sifat-sifat tabiat yang kita warisi dan kembangkan, semuanya harus diserahkan kepada kuasa Kristus yang mengubahkan jika kita ingin menjadi bejana-bejana yang terhormat, yang layak untuk digunakan oleh Sang Guru, yang dipersiapkan untuk setiap pekerjaan yang baik.” RH 12 April 1892, par. 1-6.

But we are bound to give thanks alway to God for you, brethren beloved of the Lord, because God hath from the beginning chosen you to salvation through sanctification of the Spirit and belief of the truth.” 2 Thessalonians 2:13.

“It is through the truth, by the power of the Holy Spirit, that we are to be sanctified,—transformed into the likeness of Christ. And in order for this change to be wrought in us, there must be an unconditional, whole-hearted acceptance of the truth, an unreserved surrender of the soul to its transforming power.”

“Our characters are by nature warped and perverted. Through the lack of proper development they are wanting in symmetry… Even after they profess to accept the truth, to yield themselves to Christ, the same old habits are indulged, the same self-esteem is manifested, the same false notions entertained. Although such ones claim to be converted, it is evident that they have not yielded themselves to the transforming power of the truth.”

“These things are not only harming their own souls, but are misleading others, who look to them as representatives of the truths which they profess to believe… They have not made an entire surrender to God. They do not realize the sinfulness of clinging to their own ways, following their own ideas, which are crude and narrow, and without symmetry. They hold tenaciously to the theory of the truth, and try to present it to others, but it is so beclouded by their own peculiarities that its brightness is obscured; it appears unattractive, and too often is refused.”

“Those who accept unpopular truth must receive it in the face of many opposing influences. Tradition, custom, and prejudice barricade their souls against the light. The advocates of truth must give evidence in their own character of its reforming, transforming power, or their labors will have little effect…”

“All who receive the truth are to stand as its representatives and advocates; the same responsibility rests in a degree upon all members of the church, whether ministers or laymen. Every soul who receives the truth should make the fullest possible surrender of himself to God,—a surrender represented as falling upon the Rock and being broken. Our old habits, our hereditary and cultivated traits of character, must all be yielded to the transforming power of Christ if we would become vessels unto honor, meet for the Master’s use, prepared unto every good work.” RH April 12, 1892, par. 1-6.