CARILAH PERKARA YANG DI ATAS
“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.” Kolose 3:1.
“Hal-hal duniawi tidak boleh menyita seluruh perhatian kita, atau menyita pikiran kita sampai pikiran kita sepenuhnya tertuju pada bumi dan hal-hal duniawi. Kita harus melatih, mendisiplinkan, dan mendidik pikiran agar kita dapat berpikir dalam saluran surgawi, agar kita dapat merenungkan hal-hal yang tidak terlihat dan kekal, yang akan terlihat oleh penglihatan rohani. Dengan melihat Dia yang tidak terlihat, kita dapat memperoleh kekuatan pikiran dan semangat. Inilah cara Daniel memperoleh kekuatan. Pertama-tama, ia dipanggil untuk berperan di kerajaan Babel, dan membuktikan dirinya sebagai negarawan yang mulia dalam semua hubungannya dengan istana. Ia menjalani kehidupan yang mulia, dan memberikan contoh yang baik. Pandangannya tertuju pada hal-hal yang tidak terlihat dan kekal. Ia menyadari bahwa ia sedang berjuang di hadapan para makhluk surgawi, dan ketergantungannya ada pada Allah.”
“Kita mungkin tidak dipanggil untuk berperan dalam urusan publik, tetapi di tempat mana pun kita dipanggil oleh pemeliharaan Allah, kita dapat dengan yakin berharap bahwa Allah akan menjadi penolong kita. Kita tidak boleh menjadi mainan bagi keadaan, tetapi harus berada di atas keadaan. Kita tidak boleh dikendalikan oleh keadaan. Ketika kita ditempatkan dalam posisi yang sulit, dan menemukan hal-hal tentang kita yang tidak kita sukai, yang menguji kesabaran kita, dan menguji iman kita, maka kita tidak boleh tenggelam dalam keputusasaan, tetapi harus berpegang teguh pada Allah, dan membuktikan bahwa kita tidak mengarahkan kasih sayang kita pada hal-hal di bumi, tetapi pada hal-hal di atas; bahwa kita memandang kepada Yesus, sang Pencipta dan Penyempurna iman kita. Yesus harus menjadi yang awal dan yang akhir, yang pertama dan yang terakhir. Dia harus menjadi kekuatan kita dalam setiap masa pencobaan. Allah harus menjadi satu-satunya tempat bergantung kita. Ketika kita menyingkirkan Allah dari perhitungan kita, dan berhenti menaruh kasih sayang kita kepada-Nya, maka kita menghilangkan manfaat besar bagi diri kita sendiri. Kita tidak mampu melakukan ini, dan Allah tidak mampu membiarkan kita melakukannya! Mengapa?—Karena kita telah dibeli dengan harga yang tak terbatas, bahkan dengan darah yang mahal dari Anak-Nya yang tunggal. Allah tidak mau membiarkan kita memuliakan kuasa kegelapan dengan mengarahkan mata kita kepada hal-hal yang terlihat dan sementara; karena gantinya menjadi pekerja bersamanya, kita malah memberikan pengaruh kita kepada pihak musuh.” ST 9 Januari 1893, par. 3-4.
“If ye then be risen with Christ, seek those things which are above, where Christ sitteth on the right hand of God.” (Colossians 3:1).
“Temporal things are not to engage our whole attention, or engross our minds until our thoughts are entirely of the earth and the earthly. We are to train, discipline, and educate the mind so that we may think in a heavenly channel, that we may dwell on things unseen and eternal, which will be discerned by spiritual vision. It is by seeing Him who is invisible that we may obtain strength of mind and vigor of spirit. This is the way in which Daniel received strength. He was called to act a part in the first place in the kingdom of Babylon, and proved himself a noble statesman in all his connection with the court. He lived a noble life, and presented a worthy example. His eye was fastened on things unseen and eternal. He realized that he was fighting in the sight of the heavenly intelligences, and his dependence was in God.”
“We may not be called upon to act a part in public affairs, but in whatever place we are called by the providence of God, we may confidently expect that God will be our helper. We are not to be a toy to circumstances, but to be above circumstances. We are not to be controlled by circumstances. When we are placed in trying positions, and find things about us that we do not like, that try our patience, and test our faith, we are not to sink down in despondency, but to take a firmer hold upon God, and prove that we are not setting our affection on things on the earth, but on things above; that we are looking unto Jesus, the author and finisher of our faith. Jesus is to be the beginning and the end, the first and the last. He is to be our strength in every time of trial. God must be our sole dependence. When we drop God out of our reckoning, and cease to place our affections upon him, we deprive ourselves of great benefit. We cannot afford to do this, and God cannot afford to have us do it! Why?—Because we have been bought with an infinite price, even with the precious blood of his only-begotten Son. God cannot afford to have us glorify the powers of darkness by turning our eyes upon things seen and temporal; for instead of being workers together with him, we cast our influence on the side of the enemy.” ST January 9, 1893, par. 3-4.