Renungan Petang 25 Maret 2025

JANGAN ADA KETIDAKPERCAYAAN DAN KEBIMBANGAN

Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” … Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Matius 14:27, 31.

“Memang benar bahwa kita sedang menghadapi bahaya moral yang besar; memang benar bahwa kita berada dalam bahaya untuk dirusak. Namun bahaya ini mengancam kita hanya jika kita mengandalkan diri sendiri, dan tidak melihat lebih tinggi dari usaha manusiawi kita sendiri. Dengan melakukan ini kita akan membuat iman kita karam. Harapan kita akan keselamatan adalah sauh bagi jiwa, yang pasti dan teguh, ketika jiwa memasuki apa yang ada di balik tabir. Oleh berlabuh di dalam Kristus, jiwa, tidak tergoyahkan, seperti kapal yang kokoh meski di tengah unsur-unsur yang mengamuk, diombang-ambingkan badai dan gelombang. Jiwa yang berada di atas batu karang ini tidak akan terombang-ambing atau terseret ke dalam pusaran air. “Mengapa engkau bimbang?” kata Kristus kepada Petrus yang sedang tenggelam. Pertanyaan yang sama dapat ditujukan kepada kita. Mengapa kita tidak menghormati Allah dengan ketidakpercayaan kita yang memalukan? Allah telah berjanji untuk memberi kita kekuatan agar kita mampu berdiri teguh. Ketika kita menyelidiki Alkitab, maka kita akan menemukan dasar bagi diri untuk percaya, dan persediaan untuk kecukupan kita. Merupakan hak istimewa kita untuk berkata dengan berani, namun dengan rendah hati, Allah adalah penolongku, oleh karena itu aku tidak akan goyah dari keteguhanku. Hidupku tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah. Karena Ia hidup, maka aku pun akan hidup. Marilah kita berjanji di hadapan Allah dan para malaikat di surga bahwa kita tidak akan menghina Allah dengan mengucapkan kata-kata kekecewaan atau yang tidak percaya. Jika kita berbicara tentang iman, maka kita akan memiliki iman; kita pun akan diteguhkan dalam iman. Tutuplah pintu bagi ketidakpercayaan, dan bukalah pintu lebar-lebar untuk iman. Undanglah Tamu surgawi ke dalam bait jiwa. Biarlah setiap kata yang kita ucapkan, setiap baris yang kita buat dengan pena, memberikan bukti iman yang tak tergoyahkan. Janganlah kita berpikir bahwa Yesus adalah Juruselamat orang lain, tetapi, bahwa Ia adalah sahabat pribadi kita. Peliharalah pikiran yang berharga bahwa Yesus mengasihi saya. Dengan cara ini awan keputusasaan dan kesuraman akan disingkirkan dari jiwa, dan kita akan dimampukan untuk membuat melodi di dalam hati kita bagi Allah. Kita dapat menang di dalam Allah, setiap hari mengakui kenyataan bahwa harta surgawi kita, yakni bagian kita yang kekal, adalah pasti bagi kita melalui penebusan dan kebenaran Yesus Kristus. Dengan memercayai hal ini, maka kita akan dapat membantu orang lain untuk melihat bahwa satu-satunya pertolongan mereka adalah di dalam Allah, dan mendorong mereka untuk mencari perlindungan kepada Kristus, berpegang teguh pada harapan yang ditetapkan di hadapan kita dalam Injil.” RH 9 Juni 1896, par. 3.

But straightway Jesus spake unto them, saying, Be of good cheer; it is I; be not afraid… And immediately Jesus stretched forth his hand, and caught him, and said unto him, O thou of little faith, wherefore didst thou doubt?” Matthew 14:27, 31.

“It is true that we are exposed to great moral peril; it is true that we are in danger of being corrupted. But this danger threatens us only as we trust in self, and look no higher than our own human efforts. In doing this we shall make shipwreck of faith. Our hope of salvation is an anchor to the soul, both sure and steadfast, when it entereth into that which is within the vail. Anchored in Christ, the soul, like a ship amid the raging elements, tempest-tossed and driven, is immovable. It is not driven on the rocks or drawn into the whirlpool. “Wherefore didst thou doubt?” said Christ to the sinking Peter. The same question may be addressed to us. Why do we dishonor God with our shameful unbelief? The Lord has pledged himself to give us strength to enable us to stand. As we search the Scriptures, we find ground for confidence, provision for sufficiency. It is our privilege to say boldly, yet humbly, The Lord is my helper, therefore I shall not be moved from my steadfastness. My life is hid with Christ in God. Because he lives, I shall live also. Let us pledge ourselves before God and the angels of heaven that we will not dishonor God by speaking words of discouragement or unbelief. If we talk faith, we shall have faith; we shall be confirmed in faith. Close the door to distrust, and open the door wide to faith. Invite into the soul temple the heavenly Guest. Let every word we utter, every line we trace with the pen, give evidence of unwavering faith. Let us not think that Jesus is the Saviour of some one else, but that he is our personal friend. Entertain the precious thought that Jesus loves me. In this way the cloud of despondency and gloom will be rolled back from the soul, and we shall be enabled to make melody in our hearts unto God. We may triumph in the Lord, every day acknowledging the fact that our heavenly treasure, our everlasting portion, is sure to us through the atonement and righteousness of Jesus Christ. Believing this ourselves, we shall be able to aid others to see that their only help is in God, and encourage them to flee for refuge to Christ, laying hold on the hope set before us in the gospel.” RH June 9, 1896, par. 3.

***