Pelajaran Sekolah Sabat 3 Mei 2025

TEMA SEMESTER: PEKERJAAN ALLAH MELALUI HAKIM-HAKIM

Pelajaran 18, Sabat 3 Mei 2025

Persembahan Sekolah Sabat Istimewa untuk DAERAH CURAÇAO

Kiranya persembahanmu mencerminkan berkat surgawi yang telah engkau terima!

KEGAGALAN DAN KEMATIAN SIMSON

Kegila-gilaan Simson tampaknya hampir tidak masuk akal. Awalnya dia tidak begitu tertarik untuk mengungkapkan rahasianya; tetapi dia telah dengan sengaja berjalan ke dalam jaring pengkhianat jiwa, dan jeratnya semakin dekat di sekelilingnya di setiap langkah.” —Conflict and Courage, hlm. 133

MINGGU

1. Ketika Simson pergi ke kota Gaza, yang merupakan milik orang Filistin, penyergapan apakah yang direncanakan musuh-musuhnya untuk menangkap Simson dan membunuhnya? Apa yang terjadi?

Hakim-Hakim 16:2,3 Ketika diberitahukan kepada orang-orang Gaza: “Simson telah datang ke sini,” maka mereka mengepung tempat itu dan siap menghadang dia semalam-malaman itu di pintu gerbang kota, tetapi semalam-malaman itu mereka tidak berbuat apa-apa, karena pikirnya: “Nanti pada waktu fajar kita akan membunuh dia.” 3Tetapi Simson tidur di situ sampai tengah malam. Pada waktu tengah malam bangunlah ia, dipegangnya kedua daun pintu gerbang kota itu dan kedua tiang pintu, dicabutnyalah semuanya beserta palangnya, diletakkannya di atas kedua bahunya, lalu semuanya itu diangkatnya ke puncak gunung yang berhadapan dengan Hebron.

“Simson dalam bahayanya memiliki sumber kekuatan yang sama seperti Yusuf. Ia dapat memilih yang benar atau yang salah sesuai keinginannya. Namun, bukannya berpegang teguh pada kekuatan Allah, ia malah membiarkan hawa nafsu liar dalam kodratnya menguasainya sepenuhnya. Daya nalarnya diselewengkan, moralnya dirusakkan. Allah telah memanggil Simson ke posisi yang penuh tanggung jawab, kehormatan, dan kegunaan; tetapi ia harus terlebih dahulu belajar memerintah dengan pertama-tama belajar menaati hukum-hukum Allah. Yusuf adalah agen moral yang juga bebas. Baik dan jahat ada di hadapannya. Ia dapat memilih jalan kemurnian, kekudusan, dan kehormatan, atau jalan ketidakbermoralan dan kehinaan. Ia telah memilih jalan yang benar, dan Allah pun berkenan padanya. Simson, di bawah godaan serupa, yang telah ia bawa atas dirinya sendiri, malah melampiaskan hawa nafsunya. Jalan yang ia tempuh ternyata berakhir dengan rasa malu, malapetaka, dan kematian. Sungguh kontras dengan kisah Yusuf!” —Conflict and Courage, hlm. 135.

SENIN

2. Terus-menerus menunjukkan kelemahannya terhadap perempuan asing, hal apakah yang kemudian dilakukan Simson? Memanfaatkan hal ini, perangkap apa yang dipasang orang Filistin untuknya?

Hakim-Hakim 16:4-6 Sesudah itu Simson jatuh cinta kepada seorang perempuan dari lembah Sorek yang namanya Delila. 5Lalu datanglah raja-raja kota orang Filistin kepada perempuan itu sambil berkata: “Cobalah bujuk dia untuk mengetahui karena apakah kekuatannya demikian besar, dan dengan apakah kami dapat mengalahkan dia dan mengikat dia untuk menundukkannya. Maka kami masing-masing akan memberikan seribu seratus uang perak kepadamu.” 6Lalu berkatalah Delila kepada Simson: “Ceritakanlah kiranya kepadaku, karena apakah kekuatanmu demikian besar, dan dengan apakah engkau harus diikat untuk ditundukkan?”

“Kalau saja kepala Simson telah dicukur tanpa kesalahan di pihaknya, maka kekuatannya akan tetap ada. Namun, perbuatannya telah menunjukkan penghinaannya terhadap kasih karunia dan otoritas Allah, sama seperti ibarat ia sendirilah yang telah memotong rambutnya dengan hina. Oleh karena itu, Allah membiarkannya menanggung akibat dari kebodohannya sendiri.” — Conflict and Courage, hlm. 134.

SELASA

3. Apakah posisi yang Delila ambil antara Simson dan orang Filistin?

Hakim-Hakim 16:13-14 Berkatalah Delila kepada Simson: “Sampai sekarang engkau telah mempermain-mainkan dan membohongi aku. Ceritakanlah kepadaku dengan apakah engkau dapat diikat.” Jawabnya kepadanya: “Kalau engkau menenun ketujuh rambut jalinku bersama-sama dengan lungsin lalu mengokohkannya dengan patok, maka aku akan menjadi lemah dan menjadi seperti orang lain manapun juga.” 14Kemudian perempuan itu mengokohkan lagi tenunan itu dengan patok, lalu berserulah ia kepadanya: “Orang-orang Filistin menyergap engkau, Simson.” Tetapi ketika ia terjaga dari tidurnya, disentaknya lepas patok tenunan dan lungsin itu.

“Dalam masyarakat perempuan yang menyihir hatinya, hakim Israel itu telah menyia-nyiakan waktu-waktu berharga yang seharusnya dikhususkan untuk kesejahteraan rakyatnya. Namun, hawa nafsu yang membutakan yang membuat orang yang paling kuat sekalipun dapat menjadi lemah, telah menguasai akal dan hati nurani.” — Conflict and Courage, hlm.133.

RABU

SIMSON MENGKHIANATI ALLAH

4. Sejauh manakah Delila telah memengaruhi Simson dengan desakannya yang licik? Apakah Simson menyadari konsekuensi yang akan dihadapinya dengan mengungkapkan misteri kekuatannya kepada seorang kafir yang berasal dari bangsa musuh?

Hakim-Hakim 16:15-17 Berkatalah perempuan itu kepadanya: “Bagaimana mungkin engkau berkata: Aku cinta kepadamu, padahal hatimu tidak tertuju kepadaku? Sekarang telah tiga kali engkau mempermain-mainkan aku dan tidak mau menceritakan kepadaku, karena apakah kekuatanmu demikian besar.” 16Lalu setelah perempuan itu berhari-hari merengek-rengek kepadanya dan terus mendesak-desak dia, ia tidak dapat lagi menahan hati, sehingga (jiwanya menjadi gelisah seperti) mau mati rasanya. 17Maka diceritakannyalah kepadanya segala isi hatinya, katanya: “Kepalaku tidak pernah kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibuku aku ini seorang nazir Allah. Jika kepalaku dicukur, maka kekuatanku akan lenyap dari padaku, dan aku menjadi lemah dan sama seperti orang-orang lain.”

“Hari demi hari Delila mendesaknya, sampai ‘jiwanya menjadi gelisah seperti mau mati rasanya;’ namun suatu kekuatan halus membuatnya tetap berada di sisinya. Akhirnya, karena tak berdaya, Simson mengungkapkan rahasianya: ‘Kepalaku tidak pernah kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibuku aku ini seorang nazir Allah. Jika kepalaku dicukur, maka kekuatanku akan lenyap dari padaku, dan aku menjadi lemah dan sama seperti orang-orang lain.’ Seorang utusan segera dikirim kepada para penguasa Filistin, mendesak mereka untuk segera datang kepadanya. Sementara prajurit itu tidur, rambutnya yang lebat pun dicukur dari kepalanya. Kemudian, seperti yang telah dilakukannya tiga kali sebelumnya, dia berseru, ‘Orang Filistin menyergap (menyerangmu), Simson!’ Tiba-tiba terbangun, dia berpikir untuk kembali mengerahkan kekuatannya seperti sebelumnya, dan menghancurkan mereka; tetapi lengannya yang tak berdaya menolak untuk melakukan perintahnya, dan dia sadarlah bahwa ‘TUHAN telah meninggalkan dia.’” — Conflict and Courage, p.134.

KAMIS

5. Dengan cintanya yang pura-pura, apakah yang Delila persiapkan untuk Simson? Begitu dia mengungkapkan rahasia kekuatannya, apakah akibatnya?

Hakim-Hakim 16:18-22 Ketika dilihat Delila, bahwa segala isi hatinya telah diceritakannya kepadanya, disuruhnyalah memanggil raja-raja kota orang Filistin, katanya: “Sekali ini lagi datanglah ke mari, sebab ia telah menceritakan segala isi hatinya kepadaku.” Lalu datanglah raja-raja kota orang Filistin itu kepadanya sambil membawa uang itu. 19Sesudah itu dibujuknya Simson tidur di pangkuannya, lalu dipanggilnya seorang dan disuruhnya mencukur ketujuh rambut jalinnya, sehingga mulailah Simson ditundukkan oleh perempuan itu, sebab kekuatannya telah lenyap dari padanya. 20Lalu berserulah perempuan itu: “Orang Filistin menyergap engkau, Simson!” Maka terjagalah ia dari tidurnya serta katanya: “Seperti yang sudah-sudah, aku akan bebas dan akan meronta lepas.” Tetapi tidaklah diketahuinya, bahwa TUHAN telah meninggalkan dia. 21 Orang Filistin itu menangkap dia, mencungkil kedua matanya dan membawanya ke Gaza. Di situ ia dibelenggu dengan dua rantai tembaga dan pekerjaannya di penjara ialah menggiling. 22Tetapi rambutnya mulai tumbuh pula sesudah dicukur.

“Ketika pengkhianat itu menghujani Simson dengan pertanyaan-pertanyaannya, Simson menipunya dengan menyatakan bahwa kelemahan orang lain akan menimpanya jika proses-proses tertentu dicoba. Ketika ia (perempuan) itu menguji pernyataan-pernyataan itu, tipuan itu pun ketahuan. Kemudian ia (perempuan itu) menuduhnya berdusta, katanya, ‘Bagaimana engkau dapat berkata, Aku mencintaimu, padahal hatimu tidak bersamaku?’… Tiga kali Simson memiliki bukti yang sangat jelas bahwa orang Filistin telah bersekongkol dengan pemikat hatinya itu untuk menghancurkannya; tetapi ketika tujuan dia (perempuan itu) gagal, ia malah memperlakukan masalah itu sebagai lelucon, dan ia dengan membabi butanya justru mengusir rasa takutnya.” —Conflict and Courage, hlm.133.

JUMAT

6. Sejauh manakah orang Filistin melangkah hingga membanggakan kemenangan mereka dan mempermalukan Simson?

Hakim-Hakim 16:23-25 Sesudah itu berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untuk mengadakan perayaan korban sembelihan yang besar kepada Dagon, allah mereka, dan untuk bersukaria; kata mereka: “Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita Simson, musuh kita.” 24Dan ketika orang banyak melihat Simson, mereka memuji allah mereka, sambil berseru: “Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita musuh kita, perusak tanah kita, dan yang membunuh banyak teman kita.” 25Ketika hati mereka riang gembira, berkatalah mereka: “Panggillah Simson untuk melawak bagi kita.” Simson dipanggil dari penjara, lalu ia melawak di depan mereka, kemudian mereka menyuruh dia berdiri di antara tiang-tiang.

“Allah telah dengan jelas memerintahkan umat-Nya dalam firman-Nya untuk tidak mempersatukan diri dengan barangsiapa yang tidak memiliki kasih dan rasa takut kepada-Nya. Teman-teman seperti itu jarang merasa puas dengan kasih dan rasa hormat yang seharusnya mereka terima. Mereka akan terus-menerus berusaha menuntut dari istri atau suami yang takut akan Allah suatu perbuatan yang mereka sukai yang bahkan sampai melibatkan pengabaian terhadap persyaratan ataupun perintah ilahi. Bagi orang saleh, dan bagi jemaat tempat ia berhubungan, istri duniawi atau teman duniawi yang seperti ini adalah seperti mata-mata musuh di perkemahan, yang akan mencari setiap kesempatan untuk mengkhianati hamba Kristus, dan mengeksposnya terhadap serangan-serangan musuh.

“Sejarah Simson menyampaikan pelajaran bagi barangsiapa yang tabiatnya belum terbentuk, yang belum memasuki tahap kehidupan yang aktif. Kaum muda yang memasuki sekolah dan perguruan tinggi kita akan menemukan di sana berbagai jenis kelas ataupun kelompok yang dapat mereka tentukan sesuai pikiran mereka. Jika mereka menginginkan permainan dan kebodohan, jika mereka berusaha menghindari kebaikan dan ingin bersatu dengan kejahatan, mereka memiliki kesempatannya. Dosa dan kebenaran ada di hadapan mereka, dan mereka harus memilih sendiri. Namun hendaknya mereka ingat bahwa ‘Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.’ (Galatia 6:7).” — Conflict and Courage, hlm. 135.

SABAT

ORANG-ORANG BERDOSA MEMBAYAR HARGANYA

7. Meskipun diejek oleh semua orang, bagaimana Simson membalaskan dendam kepada orang Filistin yang telah membutakan matanya? Bagaimana ia menjatuhkan hukuman yang sepantasnya kepada mereka?

Hakim-Hakim 16:26-30 Berkatalah Simson kepada anak yang menuntun dia: “Lepaskan aku dan biarkanlah aku meraba-raba tiang-tiang penyangga rumah ini, supaya aku dapat bersandar padanya.” 27Adapun gedung itu penuh dengan laki-laki dan perempuan; segala raja kota orang Filistin ada di sana, dan di atas sotoh ada kira-kira tiga ribu orang laki-laki dan perempuan, yang menonton lawak Simson itu. 28Berserulah Simson kepada TUHAN, katanya: “Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin.” 29Kemudian Simson merangkul kedua tiang yang paling tengah, penyangga rumah itu, lalu bertopang kepada tiang yang satu dengan tangan kanannya dan kepada tiang yang lain dengan tangan kirinya. 30Berkatalah Simson: “Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini.” Lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya, maka rubuhlah rumah itu menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orang banyak yang ada di dalamnya. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya.

“Betapa besar perubahan yang terjadi padanya yang sebelumnya adalah hakim dan pembela Israel—sekarang menjadi lemah, buta, dipenjara, dan direndahkan derajatnya hingga menjadi pelayan yang paling rendah! Sedikit demi sedikit ia telah melanggar syarat-syarat panggilan sucinya. Allah telah lama bersabar terhadapnya; tetapi ketika ia telah menyerahkan dirinya kepada kuasa dosa hingga mengkhianati rahasianya, Tuhan pun meninggalkannya. Sesungguhnya tidak ada kebajikan dalam rambutnya yang panjang, tetapi itu adalah tanda kesetiaannya kepada Allah; dan ketika lambang itu dikorbankan dalam pemanjaan hawa nafsu, berkat-berkat yang menjadi tandanya juga hilanglah.” — Conflict and Courage, hlm.134.

UNTUK PELAJARAN TAMBAHAN

Bangsa Israel mengangkat Simson sebagai hakim, dan ia memerintah Israel selama dua puluh tahun. Namun, satu langkah yang salah membuka jalan bagi langkah berikutnya…. Ia terus mencari kesenangan-kesenangan sensual yang menggodanya untuk hancur. ‘Ia mencintai seorang perempuan di lembah Sorek,’ tidak jauh dari tempat kelahirannya sendiri. Namanya Delila, ‘si pemakan.’… Bangsa Filistin terus mengawasi pergerakan musuh mereka, dan ketika ia merendahkan dirinya sendiri karena keterikatan baru ini, mereka memutuskan, melalui Delila, untuk menghancurkannya.” —Conflict and Courage, hlm. 133.