“Menua dengan Bermartabat”

BACAAN KELUARGA 2025: MAHKOTA KEHORMATAN

Bacaan 1, Sabat 3 Mei 2025

Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis. (Sekarang) juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang.” Mazmur 71:9, 18.

Ketakutan untuk Menjadi Tua

Banyak pria dan wanita, bahkan yang masih di usia muda, mengalami ketakutan dan depresi tentang penuaan. Mereka memandang penuaan sebagai nasib buruk. Namun, kita harus belajar untuk menua dengan bermartabat kehormatan.

Menua adalah suatu hak istimewa; itu memberi kita kesempatan untuk memperoleh pengalaman, kebijaksanaan, dan kenikmatan berkat dari hari ke hari. Sebagaimana yang dinyatakan,

Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Lukas 2:52

“Daud pun menyadari bahwa meskipun kehidupan beberapa orang ketika masih muda sudah benar, ketika usia tua mereka tampaknya kehilangan kendali diri. Setan masuk dan menuntun pikiran mereka, membuat mereka gelisah dan tidak puas.…

“Daud sendiri sangat terganggu dan tertekan oleh pikiran tentang usia tuanya sendiri. Ia takut bahwa Allah akan meninggalkannya dan bahwa, seperti orang-orang tua menyedihkan lainnya yang pernah ia amati, ia mungkin menghadapi celaan dari musuh-musuh Allah. Menyadari kekhawatirannya, ia berdoa dengan sungguh-sungguh, ‘Janganlah membuang aku pada masa tuaku; ketika kekuatanku habis, janganlah meninggalkan aku.’” —Testimonies for the Church, jilid 1, hlm. 422.

Saudara-saudari terkasih, Alkitab menggambarkan penuaan sebagai bagian normal dan alami dari kehidupan di dunia ini. Proses penuaan merupakan suatu kehormatan, karena sering kali disertai dengan hikmat dan pengalaman yang lebih besar. Amsal 16:31 mengingatkan kita bahwa, “Rambut putih adalah mahkota yang indah, jika diperoleh pada jalan kebenaran.” Demikian pula, Amsal 20:29 menyatakan, ” Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah ubannya.” Penuaan tidak boleh dilihat sebagai sesuatu yang harus ditakuti atau dicemaskan; sebaliknya, penuaan adalah tentang pembelajaran untuk bagaimana menjadi tua dengan bermartabat kehormatan.

Allah ingin kita mengingat bahwa hidup ini singkat, yang datang dan pergi dengan cepat. Yakobus 4:14 memperingatkan, “Karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.

Bagaimana dengan kecantikan masa muda? Itu adalah bersifat sementara dan pada akhirnya akan cepat berlalu: “Kemolekan adalah bohong (tipu daya) dan kecantikan adalah sia-sia.” (Amsal 31:30). Rasul Petrus membandingkan hidup kita dengan rumput di ladang: “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur.” 1 Petrus 1:24.

Seiring bertambahnya usia, perubahan lahiriah pada tubuh kita menjadi lebih jelas—seperti kerutan, lingkaran hitam, dan kerutan di sekitar mata di wajah, serta peningkatan kelembekan di perut, kaki, dan lengan. Perubahan ini dapat menyebabkan perasaan tidak bahagia saat bercermin. Menjadi semakin penting untuk mengadopsi kebiasaan gaya hidup sehat, termasuk olahraga teratur dan diet yang seimbang, untuk menjaga struktur tubuh tetap kencang dan sehat. Sangat penting untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan yang datang seiring bertambahnya usia. Pada akhirnya, yang terpenting adalah menjaga pikiran terbuka tentang perubahan ini dan mengakui bahwa penuaan adalah bagian dari kehidupan.

Seiring bertambahnya usia, hikmat yang diperoleh dari pengalaman hidup dapat memberdayakan dan memperkuat kita. Ini adalah kesempatan untuk merenungkan hidup kita dan memilah serta memilih pengalaman yang membantu kita menjadi diri kita yang terbaik. Penuaan adalah proses perubahan biologis yang alami, bertahap, berkelanjutan, dan tidak dapat dihindari yang berjalan seiring dari waktu ke waktu, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sejarah, budaya, dan sosial ekonomi.

Janganlah takut menjadi tua; sebaliknya, renungkanlah adanya orang-orang yang telah kehilangan nyawa mereka terlalu cepat dan tidak pernah memiliki kesempatan untuk hidup lama, berbagi, atau menikmati. Engkau adalah anak Allah, yang dipenuhi dengan berkat dan harapan akan kehidupan kekal. Sementara kita semua menghadapi proses penuaan yang tak terelakkan, cara kita menghadapi tahap penting ini dapat berdampak signifikan baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang-orang di sekitar kita.

Berikut ini adalah beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan untuk menua dengan bermartabat:

1. Mazmur 118:24 mengingatkan kita bahwa: “Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” Dengan mengadopsi sikap bersyukur dan bersukacita untuk setiap hari dan pada tiap tahapan kehidupan baru dapat mengubah pandangan kita dan membantu kita untuk menghadapi tantangan dengan sikap dan pikiran yang optimis.

2. Alkitab mendorong kita untuk mencari hikmat dan membagi-bagikannya kepada orang lain. Amsal 1:7 menyatakan: “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan secara murah hati, maka kita dapat memberi pengaruh positif terhadap kehidupan orang-orang di sekitar kita.

3. Yesus mengajarkan kita untuk menjadi penyayang yakni bermurah hati, seperti yang disebutkan dalam Lukas 6:36: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” Dengan menghidupkan empati dan kasih sayang terhadap orang lain, kita menunjukkan kasih Allah dalam perbuatan dan membangun hubungan yang bermakna.

4. Tubuh kita adalah anugerah dari Allah, dan karenanya, adalah penting untuk merawatnya dengan baik. 1 Korintus 6:19 mengingatkan kita bahwa: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?Menjaga kesehatan fisik dan mental kita memungkinkan kita untuk terus melayani orang lain dan menikmati kehidupan yang memuaskan.

5. Galatia 6:5 menyatakan kepada kita, “Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.” Dengan menanggung tanggung jawab atas hidup kita sendiri, kami menunjukkan kedewasaan dan kekuatan. Saat kita menjadi semandiri mungkin sesuai kemampuan kita, maka kita dapat mencapai banyak hal sesuai usia kita.

6. Persahabatan dan dukungan orang lain sangat penting untuk kesejahteraan emosional kita. 1 Tesalonika 5:11 mendorong kita: “Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.” Membangun hubungan yang bermakna membawa kita pada kebahagiaan, penghiburan, dan pembangunan rohani.

7. Alkitab memanggil kita untuk melayani orang lain dengan kemurahan hati dan kasih. Roma 12:6 menyatakan, “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.” Dengan berkontribusi pada kesejahteraan jemaat kita, kita meninggalkan warisan kekal dan menghormati tujuan Allah bagi hidup kita.

Tujuan hidup

Marilah kita selalu mengingat bahwa setiap hari adalah anugerah yang berharga dari Allah—yakni sebagai kesempatan untuk berbagi kasih, kebijaksanaan, dan belas kasih dengan orang-orang di sekitar kita. Marilah kita melangkah maju dengan keyakinan iman, mengetahui bahwa kita telah dipanggil untuk menjadi terang di tengah kegelapan dan meninggalkan warisan kasih yang kekal bagi generasi-generasi yang mendatang.

Semoga setiap kerutan menjadi bukti senyuman yang telah dibagikan bersama, setiap uban menjadi pengingat hikmat yang telah diperoleh, dan setiap hari menjadi kesempatan untuk hidup dengan kenikmatan berkat dan dipenuhi oleh rasa syukur. Menua dengan bermartabat adalah perjalanan pertumbuhan kerohanian dan pribadi yang menuntun kita pada hubungan yang lebih dekat dengan Allah dan dampak positif pada dunia di sekitar kita.

Banyak orang yang merasa khawatir, cemas, atau bahkan takut tentang penuaan, sering kali karena kaitannya dengan pengalaman negatif seperti kerutan, uban, kelelahan, kehilangan ingatan, dan rasa sakit. Terlepas dari kesehatan kita, kita semua ingin menua dengan bermartabat dan mempertahankan rasa sukacita kita. Untuk mencapai hal ini sebagiannya adalah bergantung pada sikap dan kemampuan kita sendiri untuk beradaptasi dengan tiap tahap kehidupan baru ini.

Amsal 24:10 menyatakan bahwa, “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.” Amsal 15:15 menambahkan, “Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.” Ada banyak hal yang dapat kita lakukan bahkan di usia lanjut. Allah telah menggunakan orang-orang yang lebih tua untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, dan seperti kata pepatah, kita dapat menikmati rasa “pesta yang terus-menerus” dan melayani Allah dengan penuh makna.

Ketika Yohanes sudah tua dan beruban, ia diberikan pekabaran untuk disampaikan kepada jemaat-jemaat yang teraniaya. Orang-orang Yahudi beberapa kali mencoba membunuhnya, tetapi Allah menyatakan: ‘Biarkan dia hidup. Aku yang telah menciptakannya akan menyertainya dan akan menjaganya.’ Murid yang sudah tua ini terus-menerus memberikan kesaksian bagi Sang Guru. Dengan bahasa yang indah, dengan suara yang merdu, berbicara dengan cara yang menyentuh hati semua orang yang mendengarnya, ia menceritakan tentang perkataan dan karya Kristus. Ia dikirim sebagai orang buangan ke Patmos, tetapi Kristus mengunjunginya di tempat pembuangannya, dan menyampaikan kepadanya kebenaran agung yang dapat ditemukan dalam Kitab Wahyu.” —Testimonies for the Church, jilid 7, hlm. 288.

Pengampunan sangat penting untuk menua dengan bermartabat

Menurut Lukas 17:3, 4, dinyatakan, “Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.” “Pengampunan datang dari Allah dan akan membawakan kedamaian, kebahagiaan, dan umur panjang.” Selain itu, Kolose 3:12, 13 menasihati kita: “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”

Dengan menyukai pengampunan akan mencegah kepahitan, yang dapat merusak hubungan apa pun. Seiring bertambahnya usia, penting untuk menyelesaikan kesalahpahaman dengan keluarga, teman, ataupun anggota gereja. Ibrani 12:14, 15 menyatakan: “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.

Suatu hari, seorang wanita tua mendatangi saya, mengungkapkan kekhawatirannya tentang kematian bila tanpa mendamaikan perbedaan pendapatnya dengan saudara-saudara dan keluarganya. Dia bertanya, “Apa yang harus saya lakukan?” Saya menasihatinya, “Jika engkau ingin berdamai, berdamailah dengan mereka.” Dengan mengikuti nasihat Alkitab ini, dia pun menghubungi semua orang yang menurutnya perlu diajak bicara. Beberapa hari kemudian, dia memberi tahu saya bahwa dia merasakan kebahagiaan luar biasa dan kedamaian surgawi setelah mengikuti saran yang saya sampaikan. Memang, sangat penting untuk berdamai dengan Allah dan dengan satu sama lain; ini adalah bagian dari menua dengan bermartabat. Ingatlah Ibrani 12:14: “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.”

Kesimpulan

Ketika orang-orang yang telah menjalani hidup mereka dalam pelayanan kepada Allah mendekati akhir sejarah hidup mereka di dunia, maka mereka akan terkesan oleh Roh Kudus untuk menceritakan kembali pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami sehubungan dengan pekerjaan-Nya. Catatan tentang perlakuan-Nya yang ajaib terhadap umat-Nya, tentang kebaikan-Nya yang besar dalam melepaskan mereka dari pencobaan, harus diulang-ulangi kepada jiwa-jiwa yang baru datang kepada iman. Pencobaan-pencobaan juga yang telah ditimpakan kepada para hamba Allah oleh kemurtadan beberapa orang yang pernah bersatu dengan mereka dalam pekerjaan, dan pekerjaan Roh Kudus untuk meniadakan pengaruh kepalsuan yang diceritakan terhadap mereka yang memegang teguh keyakinan mereka yang mula-mula sampai akhir, harus diceritakan.” —Testimonies for the Church, jilid 7, hlm. 288.

Kiranya Tuhan memberkati dan menopang para senior kita, memberi mereka hikmat untuk menjaga kemampuan fisik, mental, dan kerohanian mereka. Tuhan menghendaki mereka untuk tetap teguh, berkontribusi pada keselamatan jiwa-jiwa yang sedang dalam risiko tersapu oleh kejahatan. Dia ingin mereka tetap mengenakan baju zirah mereka sampai saatnya tiba untuk menanggalkannya, karena pahala mereka sudah dekat. Ingatlah perkataan rasul ini: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” (2 Timotius 4:7, 8). Semoga Tuhan selalu memberkati kita. Amin.

* * * * *

BACAAN KELUARGA 2025: MAHKOTA KEHORMATAN