BACAAN KELUARGA 2025: MAHKOTA KEHORMATAN
Bacaan 2, Kamis 8 Mei 2025

“Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.” Mazmur 71:9
Kehidupan orang dewasa yang lebih tua dipenuhi dengan pengalaman dan cerita yang tak ternilai yang dapat sangat bermanfaat bagi generasi muda. Dengan mendengarkan cerita-cerita ini dapat membantu mengurangi kesalahan umum yang seringkali diulangi oleh kaum muda.
“Menua itu seperti mendaki gunung; saat engkau mendaki, kekuatanmu berkurang, tetapi sudut pandang ataupun wawasanmu menjadi lebih bebas, impianmu menjadi lebih luas, dan pandanganmu menjadi lebih tenang.” Usia tua bukanlah beban; ini adalah kesempatan untuk berbagi kebijaksanaan dan pengalaman yang telah terkumpul selama bertahun-tahun.
Ketika kita mengabaikan dan tidak menghiraukan gudang pengalaman dan wawasan ini, kita tidak hanya merendahkan individu yang lebih tua sebagai pribadi tetapi juga menimpakan kepada mereka rasa sakit yang oleh banyak orang disebut sebagai “ketidakpedulian emosional.” Sayangnya, sebagian orang menganggap usia tua semata-mata sebagai masa kemunduran biologis dan psikologis, yang mengarah pada prasangka dan stereotip yang menggambarkan orang dewasa yang lebih tua sebagai yang kurang mampu memecahkan masalah, dianggap lebih kaku, kurang tertarik pada dunia, dan berjuang dengan masalah ingatan.
Apakah maksud yatim piatu secara emosi?
1 Korintus 13:4-7 menggambarkan kasih sayang dengan ciri-ciri sifatnya yang dapat meningkatkan kualitas perawatan terhadap lansia secara signifikan, yakni, sabar, baik hati (murah hati), tidak iri (cemburu), tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan atau yang merendahkan martabat, tidak mementingkan diri atau mencari keuntungan diri sendiri, tidak mudah marah (pemarah), dan tidak menyimpan dendam ataupun kesalahan orang lain. Dengan menghidupkan sifat-sifat ini dalam interaksi dalam pengasuhan / perawatan terhadap lansia dapat menciptakan lingkungan di mana lansia merasa benar-benar dihargai dan dicintai, dan bukannya ditinggalkan.
Seorang yang yatim piatu secara emosi dapat menunjukkan beberapa (atau semua) ciri karakteristik berikut: mereka sering merasa seolah-olah segalanya bergantung pada mereka, menganggap bahwa Tuhan itu jauh atau tidak ada, dan mendambakan untuk dapat diterima namun tidak yakin tentang bagaimana cara meraihnya.
Tanda umum yang dapat dilihat dari menjadi yatim piatu secara emosi adalah meliputi:
• Depresi. Gangguan mental yang umum terjadi yang ditandai dengan suasana hati yang terus-menerus buruk atau kehilangan minat dalam beraktivitas selama periode yang panjang. Individu yang pernah mengalami kekerasan, kehilangan, atau stres lebih rentan terhadap depresi, dan diketahui bahwa umumnya wanita lebih mungkin mengalami depresi daripada pria.
• Kesepian. Kondisi ini ditandai dengan perasaan terisolasi, terputus, atau terasing secara emosional dari orang lain secara terus-menerus, sering kali disertai dengan rendahnya rasa harga diri, adanya rasa tidak aman, ataupun kecemasan sosial.
• Kecemasan. Kondisi ini melibatkan perasaan khawatir, takut, atau gelisah yang berlebihan. Gejalanya dapat berupa berkeringat, mudah tersinggung, kelelahan, kurang konsentrasi, gangguan tidur, kesulitan bernapas, detak jantung cepat, pusing, dan kelelahan yang kronis.
• Resah (dalam keadaan tertekan). Perasaan takut atau ketidaknyamanan umum, sering kali disertai gejala fisik seperti tekanan pada dada, takikardia (detak jantung yang terlalu cepat, yakni lebih dari 100 kali per menit), palpitasi (sensasi ketika jantung berdebar kencang), sensasi tercekik atau sesak napas, berkeringat, dan tremor (gerakan gemetar yang tidak terkendali pada bagian tubuh).
• Ketidakpastian. Emosi ini muncul dari kurangnya rasa kejelasan, yang menyebabkan keadaan bimbang atau keragu-raguan. Ini adalah salah satu emosi yang lebih menantang untuk dikelola, karena dapat menciptakan perasaan bahwa segala sesuatu di sekitar kita tidak stabil, membuat kita tidak yakin dengan apa yang harus dipegang untuk melangkah maju. Ini juga merupakan bentuk pemikiran yang provokatif. Beberapa orang membandingkannya dengan semacam stres yang bermanfaat. Saat engkau sedang merasa tidak yakin, maka tubuhmu akan bereaksi terhadap apa yang disampaikan oleh pikiranmu. Penting untuk diingat bahwa pikiran dan tubuh saling bersimpati. Mengelola bahaya, menghadapi sesuatu yang baru, atau menghadapi masalah, bisa sangat menantang.
Pada bacaan ini, penting untuk menekankan, “Kita tidak boleh melupakan para orang tua.” Mereka memiliki banyak sekali kebijaksanaan dan pengalaman untuk dibagikan kepada kita, dan mereka layak mendapatkan rasa hormat dan perhatian kita. Dengan meluangkan waktu untuk mendengarkan dan membantu mereka, maka kita dapat memperkaya kehidupan kita dan belajar dari pengalaman mereka.
Para lansia memiliki hak, saudara-saudari terkasih, sahabat-sahabat, untuk tidak didiskriminasi karena usia mereka. Mereka memiliki hak untuk dianggap berharga dan produktif, baik di masyarakat maupun di dalam keluarga. Mereka memiliki hak suci untuk dihargai dan, yang terpenting, untuk dihormati. Sebagaimana dinyatakan dalam Mazmur 71:9 “Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.”
Alkitab juga telah memberikan anjuran yang akan menjadi berkat luar biasa jika diamalkan: “Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” Ulangan 5:16.
Dahulu kala, tepatnya pada tahun 1998, saya mengunjungi seorang wanita tua berusia 89 tahun di Pulau Curacao. Kami memanggilnya Tantán. Meskipun ia terbaring di tempat tidur dengan mobilitas yang sangat terbatas, ia memiliki sesuatu yang jarang terlihat pada orang muda dengan kesehatan yang lebih baik. Setiap kali saya menjenguknya, ia akan berkata, “Puji Tuhan! Sekarang saya akan menyanyikan lagu-lagu rohani saya bersama saudara saya.” Lagu rohani favoritnya adalah “Amazing Grace.” Ia menyemangati saya dengan penerimaannya terhadap kehendak Allah dan bagaimana ia mengelola usia tuanya. Ia sering berkata, “Saya bahagia karena Kristus hidup di hati saya, dan yang paling saya rindukan di dunia ini adalah agar Dia memanggil saya untuk beristirahat sehingga saya dapat segera melihat-Nya secara langsung, sebagaimana Dia adanya.”
Saya tidak meragukan bahwa banyak orang lanjut usia saat ini memiliki kerinduan yang sama. Namun, saya juga yakin bahwa ada orang lain yang tidak yakin tentang apa yang akan terjadi di masa depan terkait dengan masalah, kecemasan, rasa tidak aman, dan kesepian mereka. Oleh karena itu, hari ini kami memohon kepada Anda untuk menjangkau orang-orang ini dan memberi tahu mereka bahwa ada Tuhan yang penuh kasih yang jauh lebih berkuasa daripada kekhawatiran mereka. Yesus mengingatkan kita, “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.” Matius 18:10.
Bapa leluhur Ayub mencontohkan bakat dan karunia yang Allah tempatkan di tangannya, seperti yang ditunjukkan dalam Alkitab: “Aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh; aku menjadi bapa bagi orang miskin, dan perkara orang yang tidak kukenal, kuselidiki.” Ayub 29:15, 16.
Peran Keluarga dan Jemaat
Alkitab sering berbicara tentang peran komunitas jemaat dalam mendukung tiap pribadi, termasuk orang-orang tua. Dalam 1 Timotius 5:3-4 kita diperintahkan: “Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda. Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah.” Bagian ini menyoroti bahwa keluarga memiliki tanggung jawab untuk merawat anggotanya yang sudah lanjut usia. Bagian ini menyarankan sebuah model di mana perawatan bukan hanya tugas primata saja tetapi merupakan praktik bersama yang mencerminkan nilai-nilai Kristen tentang kasih dan pelayanan.
Selain itu, dalam Kisah 6:1-6, jemaat para rasul membahas perawatan para janda dengan menunjuk diaken-diaken untuk memastikan distribusi makanan dan perawatan yang adil untuk kebutuhan lainnya juga. Contoh ini menunjukkan bahwa gereja secara aktif terlibat dalam perawatan sosial, dengan menekankan bahwa tanggung jawab untuk orang-orang tua harus menjadi perhatian segenap jemaat, bukan hanya keluarganya masing-masing.
Kasih sebagai Prinsip
Yesus meringkas hukum Allah dan kitab para nabi dengan dua perintah: mengasihi Allah dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Matius 22:37-40). Prinsip kasih ini menjadi dasar dalam merawat para orang tua. Mengasihi orang-orang yang sudah berusia seperti mengasihi diri sendiri berarti mengingat akan kebutuhan, keinginan, dan martabat mereka yang unik. Hal ini melibatkan lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan dasar; hal ini mencakup menyediakan persahabatan, mendengarkan, dan memastikan mereka menjalani kehidupan yang memuaskan.
Hikmat yang Bermanfaat
Hikmat orang tua sangat dihargai dalam Alkitab. Ayub 12:12 menyatakan, “Hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya.” Bagian ini menunjukkan rasa hormat terhadap wawasan dan pengalaman yang datang seiring bertambahnya usia. Dengan berinteraksi dengan orang tua, meminta nasihat mereka, dan mendengarkan cerita mereka tidak hanya bermanfaat bagi generasi muda, tetapi juga menegaskan pentingnya nilai dan kontribusi orang tua.
Amsal 16:31 menambahkan, “Rambut putih (kepala yang beruban) adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran.” Ucapan ini menyoroti bahwa penuaan adalah proses yang bermartabat dan bahwa ada kehormatan dalam hikmat yang seiring menyertai lanjutnya usia.
Kegunaan Orang Tua Tidak Berhenti
“Para orang tua juga memerlukan pengaruh yang membantu dari keluarga. Di rumah saudara-saudari seiman dalam Kristus, kehilangan yang mereka rasakan di rumah mereka sendiri dapat ditebus dengan cara yang paling mendekati. Jika didorong untuk ikut serta dalam aktivitas dan pekerjaan rumah tangga, maka itu akan membantu mereka merasa bahwa kegunaan mereka belum berakhir. Buat mereka merasa bahwa bantuan mereka dihargai, bahwa masih ada sesuatu yang dapat mereka lakukan dalam melayani orang lain, dan itu akan menghibur hati mereka dan memberikan gairah semangat pada kehidupan mereka.” —The Ministry of Healing, hlm. 204.
Lingkungan Serasa Rumah Yang Didambakan
“Sebisa mungkin, biarlah orang-orang yang rambutnya telah memutih dan langkah-langkahnya yang goyah dapat ditunjukkan bahwa sementara mereka semakin dekat dengan liang lahat namun mereka tetap berada di antara teman-teman dan pergaulan yang akrab dengannya. Biarlah mereka beribadah di antara orang-orang yang mereka kenali dan kasihi. Biarlah mereka dirawat oleh tangan-tangan yang penuh kasih dan lembut.” —The Ministry of Healing, hlm. 204.
Panti Jompo Bukanlah Solusinya
“Masalah merawat saudara-saudari kita yang sudah lanjut usia yang tidak memiliki rumah, terus-menerus didesak. Apa yang dapat dilakukan bagi mereka? Terang yang telah Allah telah berikan kepada saya telah diulangi: Tidaklah baik mendirikan lembaga untuk merawat orang lanjut usia, agar mereka dapat berkumpul bersama. Mereka juga tidak boleh disuruh pergi dari rumah untuk menerima perawatan. Biarlah setiap anggota keluarga melayani saudara-saudari mereka sendiri. Bila ini tidak memungkinkan, pekerjaan itu menjadi milik jemaat, dan itu hendaknya diterima dengan baik sebagai kewajiban maupun sebagai hak istimewa. Semua orang yang memiliki roh Kristus akan memandang orang yang lemah dan lanjut usia dengan rasa hormat dan kelemah-lembutan yang khusus.” –Testimony Treasures, jilid 2, hlm. 509.
Mempermanis dan Menyempurnakan Kehidupan
“Kehadiran salah satu dari mereka yang tak berdaya ini di rumah kita adalah kesempatan yang berharga untuk bekerja sama dengan Kristus dalam pelayanan belas kasihan-Nya dan untuk mengembangkan sifat-sifat tabiat yang seperti Dia. Ada berkat dalam pergaulan antara yang tua dengan yang muda. Yang muda dapat membawakan sinar matahari ke dalam hati dan kehidupan yang tua. Sementara orang tua yang pegangan hidupnya melemah membutuhkan manfaat dari kontaknya dengan harapan dan semangat dari yang muda. Dan yang muda dapat dibantu oleh hikmat dan pengalaman yang tua. Di atas segalanya, yang muda perlu mempelajari pelajaran tentang pelayanan yang tidak mementingkan diri sendiri. Kehadiran seseorang (yang tua) demikian yang membutuhkan simpati dan kesabaran serta kasih yang rela berkorban akan menjadi berkat yang tak ternilai bagi banyak rumah tangga. Itu akan mempermanis dan memurnikan kehidupan rumah tangga, dan membangkitkan dalam diri orang tua dan orang muda kasih karunia yang seperti Kristus yang akan membuat mereka elok dengan keindahan ilahi dan kaya dengan harta surgawi yang tidak akan binasa.” –The Ministry of Healing, hlm. 204.
Orang Muda dan Orang Tua Harus Bersatu
“Betapa mengharukannya melihat orang muda dan orang tua saling bergantung, orang muda memandang orang tua untuk meminta nasihat dan hikmat, orang tua memandang orang muda untuk meminta bantuan pertolongan dan simpati. Begitulah seharusnya. Allah memang menghendaki orang muda memiliki nilai-nilai tabiat yang sedemikian rupa sehingga mereka akan menemukan kesenangan dalam persahabatan dengan orang tua, sehingga mereka dapat bersatu dalam ikatan kasih sayang yang penuh kasih sayang kepada orang-orang tua yang sedang mendekati ambang batas usianya.” –Sons and Daughters of God, hlm. 161.
Kesimpulan
Perawatan terhadap orang-orang yang sudah lanjut usianya, yang dipandu oleh prinsip-prinsip Alkitab, merupakan tanggung jawab yang beragam yang mencakup rasa hormat, kehormatan, kasih, dan perawatan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini melibatkan komitmen dari tiap pribadi dan masyarakat dan berakar kuat dalam panggilan Kristen untuk mengasihi dan melayani orang lain. Dengan mematuhi prinsip-prinsip ini, orang Kristen tidak hanya sedang menaati Allah tetapi juga berkontribusi pada masyarakat yang mencerminkan kasih dan keadilan-Nya.
Dalam merawat orang orang-orang tua, orang Kristen dipanggil untuk mencerminkan hati Yesus yang penuh belas kasih, memastikan bahwa tahun-tahun terakhir kehidupan seseorang ditandai dengan martabat, rasa hormat, dan kasih sayang. Perawatan ini merupakan bukti nilai dari seluruh kehidupan setiap orang, yang diciptakan menurut gambar Allah, dan menjadi saksi bagi dunia tentang kuasa kasih Kristen yang mengubahkan, memastikan mereka untuk jangan sampai merasakan hidup seperti beban atau yatim piatu secara emosional dan kerohanian. Amin.
* * * * *