BACAAN KELUARGA 2025: MAHKOTA KEHORMATAN
Bacaan 4, Sabat 10 Mei 2025

Perintah “Hormatilah ayahmu dan ibumu” merupakan salah satu perintah dari Sepuluh Hukum Allah yang terdapat dalam Alkitab, khususnya dalam Keluaran 20:12 dan Ulangan 5:16. Perintah ini memiliki makna yang dalam dan lengkap, meliputi rasa hormat, ketaatan, kepedulian, dan rasa terima kasih kepada orang tua.
Ingatlah bahwa mereka telah menyambut kita dengan penuh semangat dan kasih sayang saat kita lahir. Mereka menggandeng tangan kita, menghabiskan malam-malam tanpa tidur, dan menghujani kita dengan kasih sayang. Sepanjang masa kecil kita, mereka menghadapi ribuan tantangan, dan dalam banyak kasus, mereka telah menanggung semuanya dengan kasih sayang dan perhatian. Doa-doa mereka, saat-saat pengabdian, penerapan disiplin, nasihat, dan ketekunan mereka tidak terhitung banyaknya, yang semuanya memberikan nilai yang tak terhitung bagi kehidupan kita dan patut kita syukuri. Saat kita tumbuh dan menjadi orang muda dan dewasa, hampir tanpa menyadarinya, kita pun bertambah dalam usia. Kita terus disibukkan dengan begitu banyak hal dalam hidup kita, dan, sayangnya, kita tidak berencana untuk meramalkan apa yang akan kita lakukan terhadap orang tua kita saat mereka membutuhkan bantuan.
Namun, kita perlu merenungkan bagaimana kita melakukan sesuatu dan bagaimana kita ingin memenuhi perintah yang telah Allah berikan kepada kita ini. Kasih dan rasa hormat kepada orang tua merupakan pilar dasar iman Kristen. Tuhan kita Yesus, yang mempercayakan ibu-Nya, Maria, kepada rasul Yohanes sebelum Ia wafat, memberi kita contoh luhur tentang tugas bakti ini. Tindakan ini menyingkapkan hubungan yang mendalam antara ibu dan anak serta menjadi pedoman bagi semua orang Kristen karena menghormati dan merawat orang tua merupakan panggilan ilahi. Sepanjang sejarah, Jemaat telah menafsirkan bagian ini sebagai undangan bagi anak-anak untuk merawat dan melindungi orang tua mereka, terutama di saat-saat dibutuhkan. Tugas ini didasarkan pada perintah Hukum kelima. Kita perlu memahami bagaimana anak-anak dapat menghormati orang tua mereka saat ini dan mempertimbangkan manfaat rohani dan emosional dari memenuhi tugas ini. Hubungan antara orang tua dan anak merupakan salah satu hubungan yang paling mendasar dalam kehidupan setiap manusia. Di dalamnya, anak-anak tidak hanya menerima perawatan dan pendidikan, tetapi mereka juga memiliki tugas khusus untuk dipenuhi terhadap orang tua mereka. Baik dalam Alkitab maupun tulisan Ellen G. White, kita menemukan petunjuk yang jelas tentang ketaatan, rasa hormat, kasih, dan perhatian yang harus dimiliki anak terhadap orangtua mereka.
1. Kepatuhan kepada Orang Tua
Sebagai Amanat Ilahi, Alkitab menekankan pentingnya ketaatan anak kepada orang tua mereka. Prinsip ini telah ada sejak Perjanjian Lama, khususnya dalam Sepuluh Perintah Hukum Allah.
Dalam Keluaran 20:12, kita membaca: “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.” Perintah ini bukan hanya sekedar sebagai perintah moral tetapi juga merupakan janji berkat. Menghormati orang tua berarti menaati mereka, menghormati otoritas mereka, dan tunduk pada bimbingan mereka. Dalam Perjanjian Baru, rasul Paulus juga menekankan ajaran ini: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.” Efesus 6:1.
Dalam Kolose 3:20, tertulis, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.” Kepatuhan dan rasa terima kasih kepada orang tua juga merupakan cara untuk menyenangkan Tuhan.
“Di dalam bait di rumah keluarganya, Yesus menerima pendidikannya, bukan hanya dari orang tuanya, tetapi juga dari Bapa Surgawinya. Seiring bertambahnya usianya, Allah pun semakin membukakan baginya pekerjaan besar yang ada di hadapannya. Namun, meskipun ia mengetahui hal ini, ia tidak bersikap lebih angkuh. Ia tidak pernah membuat orang tuanya kesakitan ataupun cemas karena rasa tidak hormatnya. Ia senang menghormati dan menaati mereka. Meskipun ia tidak mengabaikan misinya yang besar, ia meminta nasihat mereka, dan tunduk pada wewenang mereka.” –Youth’s Instructor, 22 Agustus, 1901.
2. Rasa Hormat dan Penghargaan (Rasa Segan)
Menghormati orang tua merupakan salah satu hal penting dalam hubungan antara anak dan orang tua mereka. Menghormati berarti tidak hanya menaati tetapi juga menghargai ajaran dan pendapat mereka. Kurangnya rasa hormat ini merupakan masalah yang disebutkan dalam Alkitab dan dikutuk oleh Allah. Amsal 30:17 berbunyi: “Mata yang mengolok-olok ayah, dan enggan mendengarkan ibu akan dipatuk gagak lembah dan dimakan anak rajawali.”
Dalam Roh Nubuat, kita juga menemukan hal berikut ini:
“Orang tua berhak atas sejumlah bagian kasih sayang dan rasa hormat yang tidak boleh diberikan kepada orang lain. Allah sendiri, yang telah memberikan tanggung jawab kepada mereka atas jiwa-jiwa yang telah dipercayakan kepada mereka, telah menetapkan bahwa selama tahun-tahun awal kehidupan, orang tua akan berdiri di tempat Allah bagi anak-anak mereka. Dan barangsiapa yang menolak otoritas yang sah dari orang tuanya berarti menolak otoritas Allah. Perintah Hukum yang kelima mengharuskan anak-anak untuk bukan hanya menunjukkan rasa hormat, ketundukan, dan kepatuhan / ketaatan kepada orang tua mereka, tetapi juga untuk memberi mereka kasih sayang dan kelemahlembutan, untuk meringankan beban mereka, untuk menjaga nama baik (reputasi) mereka, dan membantu serta menghibur mereka di masa tua. Perintah itu juga memerintahkan rasa hormat kepada para pendeta ataupun hamba Allah dan pemerintah (penguasa / atasan) dan kepada semua orang siapapun yang kepadanya Allah telah melimpahkan wewenang (otoritas).” –Patriarchs and Prophets, 308.
Kepatuhan dan rasa hormat adalah dua sifat yang tidak dapat dipisahkan. Rasa hormat adalah sikap hati batiniah yang menuntun pada kepatuhan dan cinta yang sejati kepada orang tua.
3. Merawat Orang Tua di Masa Tuanya
Aspek ini merupakan tugas penting lainnya lagi. Dalam Alkitab, perintah untuk menghormati orang tua juga menyiratkan tentang kepedulian terhadap mereka saat mereka membutuhkannya. Rasul Paulus juga menyebutkan tugas ini dan menulis: “Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek (dan kakek) mereka, karena itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah.”1 Timotius 5: 4-6 kjv.
Merawat orang tua di masa tua merupakan salah satu cara membalas kasih sayang dan pengorbanan yang telah mereka berikan kepada kita.
“Kewajiban yang dibebankan kepada anak untuk menghormati orang tua mereka berlaku seumur hidup. Jika orang tua menjadi lemah dan tua, kasih sayang dan perhatian anak-anak harus diberikan sesuai dengan kebutuhan ayah dan ibu mereka ini. Dengan mulia dan keteguhan hati, anak-anak harus membentuk arah tindakan mereka bahkan jika itu memerlukan penyangkalan diri, sehingga setiap pikiran tentang kecemasan dan kebingungan dapat disingkirkan dari benak orang tua…. Anak-anak harus dididik untuk mengasihi dan merawat ayah dan ibu mereka dengan penuh kasih sayang. Rawatlah mereka olehmu sendiri, hai anak-anak; karena tidak ada tangan lain yang dapat melakukan perbuatan kebaikan kecil dengan penerimaan sedemikian yang dapat kalian lakukan. Manfaatkanlah kesempatan berharga kalian untuk menyebarkan benih-benih kebaikan.” –The Adventist Home, hlm. 360.
4. Rasa Syukur dan Kasih Sayang
Kedua aspek ini membentuk dasar hubungan keluarga.
Yesus Kristus bersukacita dalam mengasihi dan bersyukur kepada Bapa, seperti yang kita lihat dalam Yohanes 11:41: ” Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.“
Rasa syukur merupakan ungkapan rasa kebahagiaan; yakni mengakui dan menghargai segala sesuatu yang diberikan kepadamu dengan sukacita dan kasih sayang.
Anak-anak juga harus menumbuhkan rasa syukur kepada orang tua mereka. Rasa syukur ini diungkapkan tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga dalam tindakan kasih sayang dan kemurahan hati. Rasa syukur adalah kebajikan yang membuka hati dan memungkinkan anak-anak untuk melihat pengorbanan dan usaha orang tua mereka.
Rasa syukur, rasa hormat, dan kasih sayang berkontribusi dalam menciptakan rumah menjadi tempat Allah tinggal dan merupakan berkat bagi anak-anak dan orang tua.
5. Doa dan Syafaat untuk Orang Tua
Selain ketaatan, rasa hormat, dan perhatian, anak-anak juga hendaknya berdoa bagi orang tua mereka. Doa merupakan cara yang ampuh untuk mendukung orang tua secara rohani, terutama saat mereka mengalami kesulitan atau bertambah tua.
Alkitab mengajarkan kita untuk saling mendoakan, termasuk juga dalam keluarga. Dalam Efesus 6:18, Paulus berkata, “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.“
6. Jadilah teladan yang baik dan hiduplah dengan integritas
Anak-anak memiliki kewajiban untuk menjadi teladan positif bagi orang tua mereka, dengan menunjukkan melalui perbuatan mereka bahwa nilai-nilai yang diajarkan telah dipelajari dan dipraktikkan dalam kehidupan. Integritas anak-anak dinyatakan dalam menghormati orang tua mereka dan menghormati Allah. Amsal 23:24 menyebutkan: “Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak; yang memperanakkan orang-orang yang bijak akan bersukacita karena dia.”
Kesimpulan
Alkitab dan Roh Nubuat dengan jelas mendefinisikan tugas anak-anak terhadap orang tua mereka. Mematuhi, menghormati, merawat, berdoa, dan menjadi teladan yang baik adalah tanggung jawab yang memperkuat hubungan keluarga dan yang menyenangkan Allah.
Dengan memenuhi tugas-tugas ini akan mendatangkan berkat dan kedamaian bagi rumah tangga dan merupakan kesaksian hidup tentang prinsip hidup yang ilahi. Jadi, anak-anak yang menghormati orang tua mereka berarti mengikuti teladan Yesus Kristus, yang menghormati Maria dan Yusuf selama hidup-Nya di Bumi.
“Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.” Lukas 2:51.
Ketaatan dan kasih ini mencerminkan hubungan yang Allah kehendaki agar kita miliki dengan Dia sebagai Bapa Surgawi kita. Amin.
* * * * *