BACAAN KELUARGA 2025 (Edisi Anak-Anak)

“Dan Abraham memberikan segala harta miliknya kepada Ishak.” Kejadian 25:5.
Suatu malam yang hangat dan damai di desa kecil Hebron. Mikha muda, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun yang bersemangat, duduk di samping kakeknya, Eliezer, yang tangannya yang keriput bekerja dengan mantap pada tongkat kayu. Aroma minyak zaitun dan roti segar tercium dari dapur di dekatnya, tempat ibu Mikha menyiapkan makan malam mereka.
“Kakek,” tanya Mikha dengan rasa ingin tahu, “bagaimana mungkin beberapa orang kaya, sementara yang lain begitu miskin?”
Eliezer berhenti sejenak, menatap cucunya dengan mata yang bijak, baik, dan cerah. “Ah, Mikha,” katanya. “Kekayaan datang dalam berbagai bentuk. Izinkan saya menceritakan sebuah kisah tentang seorang pria bernama Ishak dan warisan yang diterimanya dari ayahnya, Abraham.”
Mikha senang mendengar cerita-cerita lama. Dia mencondongkan tubuh lebih dekat, matanya yang cokelat melebar karena antusias.
Kisah Ishak
Dahulu kala, hiduplah seorang pria bernama Abraham, yang mencintai dan menaati Tuhan dengan segenap hatinya. Abraham diberkati dengan banyak harta benda: kawanan domba, ternak, perak, dan emas. Namun, harta terbesarnya adalah janji yang Tuhan berikan kepadanya—bahwa melalui keturunannya, semua bangsa di bumi akan diberkati.
Ketika Abraham sudah tua, ia tahu sudah waktunya untuk mewariskan berkat-berkatnya. Ia memiliki seorang istri yang bernama Sarah, dan seorang putra bernama Ishak. Abraham sangat mencintai Ishak dan ingin dia berjalan di jalan Tuhan.
Kejadian 25:5 menyatakan,
“Abraham memberikan segala harta miliknya kepada Ishak,”
Ini berarti lebih dari sekadar kekayaan. Abraham mewariskan imannya, kepercayaannya kepada Tuhan, dan teladan ketaatannya.
Lebih dari Sekedar Uang
Eliezer berhenti sejenak dan bertanya kepada Mikha, “Menurutmu, apa hadiah terbesar Abraham untuk Ishak?”
Mikha berpikir sejenak. “Hewan-hewannya? Atau emasnya?”
Eliezer terkekeh. “Itu sebagian dari hadiahnya, tetapi hadiah terbesar yang diberikan Abraham adalah imannya kepada Tuhan. Ishak mewarisi lebih dari sekadar kekayaan; ia mewarisi warisan rohani. Abraham menunjukkan kepada Ishak cara memercayai Tuhan, bahkan di saat-saat keadaan yang sulit.”
Mikha memiringkan kepalanya. “Bagaimana ia melakukannya?”
Eliezer tersenyum. “Ingatkah ketika Tuhan meminta Abraham untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban?”
Mikha terkesiap. “Ya! Tetapi Tuhan menghentikannya tepat pada waktunya!”
“Tepat sekali,” kata Eliezer. “Kepatuhan Abraham mengajarkan Ishak pelajaran yang sangat penting: bahwa Tuhan selalu menyediakan. Ishak membawa pelajaran itu bersamanya selama sisa hidupnya. Itu adalah hadiah yang jauh lebih besar daripada emas.”
Warisan Rohani
“Kakek,” tanya Mikha, “apakah anak-anak zaman sekarang bisa mendapatkan warisan rohani seperti yang diterima Ishak?”
“Tentu saja bisa,” jawab Eliezer. “Ketika orang tua atau kakek-nenek hidup dengan setia, anak-anak mereka belajar dari teladan mereka. Bahkan, iman leluhur kita dapat menguatkan generasi mendatang, bahkan setelah mereka tiada.”
Dia mengambil Alkitab lamanya yang sudah usang dan membuka Kitab Wahyu, “Dengarkanlah ini,” katanya.
“Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan… supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.” Wahyu 14:13.
Mikha tampak berpikir. “Jadi, bahkan ketika orang meninggal, perbuatan baik mereka tidak hilang?”
“Tepat sekali,” kata Eliezer. “Pikirkan nenek buyutmu. Dia selalu berdoa untuk keluarga kita, bukan?”
Mikha mengangguk. “Ya, dan dia selalu menyuruh kita untuk percaya kepada Tuhan.”
“Benar sekali,” kata Eliezer. “Meskipun ia sudah tiada, doa dan kesetiaannya masih memberi semangat kepada kami hingga saat ini. Itulah warisan rohaninya bagi kami.”
Tantangan Kesetiaan
Eliezer melanjutkan. “Mikha, warisan bukan hanya sesuatu yang kita terima; tetapi juga sesuatu yang kita persiapkan untuk generasi berikutnya. Menurutmu, bagaimana kita mempersiapkannya?”
Mikha mengerutkan kening, berpikir keras. “Dengan… bersikap baik?”
Eliezer tersenyum. “Dengan bersetia. Itu berarti memercayai Tuhan, menaati-Nya, dan memberi kembali kepada-Nya. Tahukah kamu bahwa memberi persepuluhan dan persembahan adalah salah satu bagian dari kesetiaan ini?”
Mikha mengernyitkan dahinya. “Tetapi…apakah Tuhan benar-benar membutuhkan uang kita?”
Eliezer tertawa. “Tuhan tidak membutuhkan uang, Mikha. Tetapi persepuluhan dan persembahan menunjukkan bahwa kita percaya kepada-Nya untuk menyediakan bagi kita. Ketika kita setia dengan apa yang kita miliki, Tuhan memberkati kita dan menggunakan karunia kita untuk membantu orang lain. Ini adalah jenis warisan lain yang dapat kita tinggalkan—contoh kemurahan hati dan kepercayaan kepada Tuhan.”
Meninggalkan Warisan (Harta Pusaka)
Saat matahari mulai terbenam, suara Eliezer semakin lembut. “Mikha, saat kita bersetia, kita berarti sedang mempersiapkan berkat bagi orang lain, seperti yang Abraham lakukan untuk Ishak. Itu tidak selalu mudah. Terkadang, kita menghadapi cobaan dan rintangan. Namun, saat kita terus percaya kepada Tuhan, kita akan meninggalkan warisan iman, keberanian, dan kepatuhan.”
Mikha mengangguk pelan. “Kurasa aku mengerti, Kakek. Ini bukan hanya tentang apa yang kita miliki—ini tentang bagaimana kita hidup.”
“Benar,” kata Eliezer. “Dan suatu hari nanti, kamu juga akan meninggalkan warisan bagi mereka yang datang setelahmu. Jadikan itu warisan yang menghormati Tuhan!”
Mikha tersenyum. “Aku akan melakukannya, Kakek!”
Pelajaran untuk Hari ini
Saat bintang-bintang muncul di langit malam, Mikha memikirkan Ishak dan Abraham, tentang iman dan berkat. Ia menyadari bahwa ia juga dapat mewarisi lebih dari sekadar barang atau materi—ia dapat mewarisi iman, keberanian, dan cinta kepada Tuhan. Dan suatu hari nanti, ia dapat mewariskan harta karun itu kepada orang lain (pada generasi penerusnya).
Mikha belajar bahwa ada warisan Bapa (melalui ayah / orang tua kita) yang bernilai lebih dari sekadar kekayaan. Itu adalah warisan iman, sebagai harta karun yang bertahan selamanya.
Pertanyaan untuk Perenungan
1. Apakah warisan terpenting yang diberikan Abraham kepada Ishak?
2. Bagaimana kalian dapat menciptakan warisan rohani bagi generasi mendatang?
3. Mengapa kesetiaan dan kemurahan hati (kebaikan) adalah penting dalam mempersiapkan masa depan?
4. Kualitas tabiat (sifat) apa yang paling kalian kagumi dari kakek-nenek atau orang tua kalian, dan bagaimana kalian dapat mengembangkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan kalian sendiri?
5. Bagaimana kalian dapat mewariskan kepada orang lain pelajaran dan nilai-nilai rohani yang telah diajarkan oleh kakek-nenek ataupun orang tua kalian?
***

