BACAAN KELUARGA 2025: MAHKOTA KEHORMATAN
Bacaan 7, Sabat 24 Mei 2025

Saudara-saudari terkasih di seluruh dunia, saya ingin menyampaikan salam tulus saya dengan Yesaya 46:3, 4:
“Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim (hai kamu yang lahir dari kandungan, yang digendong dari rahim). Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.”
Dalam bacaan ini, kita akan mempelajari tanggung jawab jemaat terhadap orang yang telah lanjut usia dalam keluarga, jemaat, dan masyarakat.
Rencana awal Tuhan – Janji kehidupan kekal
Ketika Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, Ia menghendaki agar manusia memiliki keberadaan hidup yang kekal dengan syarat ketaatan. “Mereka dijanjikan kehidupan kekal dengan syarat ketaatan; karena pelanggaran mereka akan kehilangan hidup yang kekal. Pada hari itu juga mereka akan dihukum mati.” —Patriarchs and Prophets, hlm. 60. Oleh karena itu, sebagai akibat dari pelanggaran, Allah menyatakan: “Dengan keringat di wajahmu engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” Namun, kita dapat memahami hikmat Allah dalam melarang manusia untuk tidak memakan pohon kehidupan dan dalam memperpendek hidup kita di bumi ini.
Masyarakat terdiri dari orang-orang dari berbagai kelompok usia. Anak-anak dan kaum muda memiliki kesempatan untuk mempelajari pelajaran yang sangat penting dari orang-orang tua di masyarakat. Orang-orang tua memiliki hikmat dan pengalaman hidup mereka sendiri yang berharga. “Bertanya-tanyalah tentang orang-orang zaman dahulu, dan perhatikanlah apa yang diselidiki para nenek moyang.” (Ayub 8:8). Mari kita bayangkan sejenak bagaimana rasanya dunia yang tidak memiliki orang tua. Engkau dapat memberi tahu kelompok/jemaatmu tentang kerugian dari masyarakat yang seperti itu. Hal yang sama berlaku bagi jemaat yang tidak memiliki orang tua.
Namun seiring bertambahnya usia, tubuh manusia akan mengalami beberapa keterbatasan. Tidak semua orang memiliki hak istimewa untuk mengakhiri masa kehidupan duniawinya seperti Musa.
“Dan Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang.” (Ulangan 34:7).
Otot-otot kehilangan kekuatan, tulang-tulang pun melemah. Misalnya: “Ketika Ishak telah tua dan matanya sudah kabur sehingga ia tidak dapat melihat lagi, …” Kejadian 27:1. Salomo dalam hikmatnya menggambarkan orang tua dalam bahasa pepatah yang menggambarkan bagaimana di usia tua organ-organ tubuh menjadi kehilangan kekuatannya dan mengalami kelemahan: “Pada waktu penjaga-penjaga rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan perempuan-perempuan penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela semuanya menjadi kabur, dan pintu-pintu di tepi jalan tertutup, dan bunyi penggilingan menjadi lemah, dan suara menjadi seperti kicauan burung, dan semua penyanyi perempuan tunduk, juga orang menjadi takut tinggi, dan ketakutan ada di jalan, pohon badam berbunga, belalang menyeret dirinya dengan susah payah dan nafsu makan tak dapat dibangkitkan lagi–karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan peratap-peratap berkeliaran di jalan.” Pengkhotbah 12:3-5. Itu adalah situasi mengapa anak-anak dan tubuh Kristus (jemaat-Nya) perlu melangkah untuk merawat para oang tua dengan penuh kasih. Perlu dicatat bahwa ini adalah suatu misi yang penting.
Penyediaan utama Allah untuk merawat orang yang telah lanjut usia
Dalam keadaan kita yang telah jatuh, Allah telah membuat ketentuan yang dengannya keluarga manusia harus saling menjaga terutama dalam kedua sisi kehidupan (tua dan muda) ini. Secara alami, orang tua menjaga anak-anak mereka. Kebalikannya terjadi ketika orang tua bertambah tua dan membutuhkan pertolongan. Ketika ini terjadi, Siklus perawatan akan menjadi bagai satu lingkaran utuh. Namun dalam beberapa kasus, orang tua secara anehnya malah diabaikan oleh anak-anak mereka maupun oleh jemaat. Akibatnya, orang tua mengalami masa-masa sulit sebelum akhir kehidupan duniawi mereka.
Memahami perintah Hukum kelima
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.” Keluaran 20:12.
Kita bersyukur kepada Allah atas perintah Hukum kelima (tetapi adalah perintah pertama) pada loh batu kedua ini. Salah satu cara terbaik untuk menghormati para lansia atau orang tua kita adalah dengan merawat mereka ketika mereka merasa lebih sulit untuk merawat diri mereka sendiri.
“Perintah Hukum yang kelima mengharuskan anak-anak untuk bukan hanya menunjukkan rasa hormat, ketundukan, dan kepatuhan / ketaatan kepada orang tua mereka, tetapi juga untuk memberi mereka kasih sayang dan kelemahlembutan, untuk meringankan beban mereka, untuk menjaga nama baik (reputasi) mereka, dan membantu serta menghibur mereka di masa tua. Perintah itu juga memerintahkan rasa hormat kepada para pendeta ataupun hamba Allah dan pemerintah (penguasa / atasan) dan kepada semua orang siapapun yang kepadanya Allah telah melimpahkan wewenang (otoritas).” — Patriarchs and Prophets, hlm. 308.
Keluarga berperan sebagai sumber komunikasi utama bagi para orang tua dan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Merawat para orang tua merupakan wujud kepedulian, kesetiaan, dan memberikan kontribusi bagi keseimbangan psikologis mereka. Mari kita lihat beberapa contoh dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: “Lalu meninggallah Abraham pada waktu ia telah sangat tua, tua dan suntuk umur, lalu dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. Lalu anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela, di ladang Efron bin Zohar, orang Het itu, yang di sebelah timur Mamre.” (Kejadian 25:8, 9). “Lalu meninggallah Ishak, lalu mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya; ia telah tua dan suntuk umur, lalu dikuburkanlah dia oleh anak-anaknya, Esau dan Yakub.” Kejadian 35:29.
Tuhan Yesus dan Maria ibu-Nya
“Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya berdiri di dekatnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di rumahnya.” (Yohanes 19:26, 27).
“Ketika mata Yesus menjelajahi orang banyak di sekeliling-Nya, satu sosok menarik perhatian-Nya. Di kaki salib berdiri ibu-Nya, ditopang oleh murid-Nya, Yohanes. Dia tidak tahan untuk tetap menjauh dari Putranya; dan Yohanes, yang tahu bahwa akhir sudah dekat, telah membawanya kembali ke salib. Pada saat-saat terakhir-Nya, Kristus mengingat ibu-Nya. Sambil menatap wajah sedihnya dan kemudian kepada Yohanes, Dia berkata kepadanya, ‘Ibu, inilah anakmu!’ lalu kepada Yohanes, ‘Inilah ibumu!’ Yohanes mengerti kata-kata Kristus, dan menerima kepercayaan itu. Dia segera membawa Maria ke rumahnya, dan sejak saat itu merawatnya dengan lembut. Ya Juruselamat penuh belas kasihan dan kasih sayang; Di tengah segala rasa sakit fisik dan penderitaan mental-Nya, Ia sangat peduli pada ibu-Nya! Ia tidak punya uang untuk menghiburnya; tetapi Ia diabadikan dalam hati Yohanes, dan Ia memberikan ibu-Nya kepadanya sebagai warisan yang berharga. Jadi, Ia menyediakan apa yang paling dibutuhkannya, yaitu simpati lembut dari seseorang yang mengasihinya karena ia mengasihi Yesus. Dan dengan menerima dia sebagai amanat yang suci, Yohanes pun menerima berkat yang besar. Ia (Ibu Yesus – Maria) selalu mengingatkannya akan Guru terkasihnya.
“Teladan sempurna kasih Kristus sebagai seorang anak bersinar dengan kilau yang tak pudar dari kabut zaman. Selama hampir tiga puluh tahun, Yesus dengan kerja keras-Nya setiap hari telah membantu menanggung beban rumah tangga. Dan sekarang, bahkan dalam penderitaan terakhir-Nya, Ia ingat untuk menyediakan bagi ibu-Nya yang berduka dan menjadi janda. Semangat yang sama akan terlihat dalam setiap murid Tuhan kita. Barangsiapa yang mengikuti Kristus akan merasakan bahwa menghormati dan menyediakan bagi orang tua mereka adalah bagian dari agama mereka. Dari hati yang penuh kasih-Nya, ayah dan ibu tidak akan pernah gagal menerima perhatian yang penuh perhatian dan simpati yang lembut.” —The Desire of Ages, hlm. 752.
Jemaat dan Kepeduliaan kepada Orang yang sudah Tua
“Setiap kali mereka mampu melakukannya, hendaknya menjadi hak istimewa setiap anggota keluarga untuk melayani kaum kerabat mereka sendiri. Jika hal ini tidak dapat dilakukan, pekerjaan itu menjadi milik jemaat, dan hendaknya diterima baik sebagai hak istimewa maupun sebagai kewajiban. Semua orang yang memiliki roh Kristus akan memiliki perhatian yang lembut terhadap yang lemah dan yang lanjut usia.” —The Ministry of Healing, hlm. 204.
Secara alamiah merupakan suatu berkat untuk memiliki orang yan lanjut usia di jemaat, tetapi semakin tua usia mereka, semakin sulit bagi banyak dari mereka untuk menghadiri kebaktian gereja. Hal ini dapat memengaruhi kerohanian mereka. Beberapa dari mereka mungkin memiliki tantangan kesehatan dan keuangan.
Beberapa orang mengalami kelahiran baru di usia tua mereka. Ini menunjukkan bahwa meskipun tubuh mereka lemah, pikiran mereka dapat diperbaharui. Hubungan mereka dengan Allah dapat bertumbuh. Pelayanan jemaat adalah luas adanya. Rasul Yakobus berkata:
“Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” Yakobus 1:27.
Peduli terhadap pengerja yang lanjut usia
“‘Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN.‘” (Imamat 19:32).
“Kisah Yohanes memberikan gambaran yang mencolok tentang cara Allah untuk dapat menggunakan para pengerja yang sudah tua. Ketika Yohanes diasingkan ke Pulau Patmos, banyak orang yang menganggapnya sudah tidak berguna lagi, seperti buluh yang sudah tua dan patah, yang siap jatuh kapan saja. Namun, Allah ternyata tetap berkenan menggunakannya. Meskipun diasingkan dari tempat-tempat pekerjaannya sebelumnya, dia tidak berhenti memberi kesaksian tentang kebenaran. Bahkan di Patmos, dia justru mendapatkan teman-teman dan pengikut baru…” —Reflecting Christ, hlm. 280.
“Penghormatan harus ditunjukkan kepada wakil-wakil Allah—para pendeta, guru, dan orang tua yang dipanggil untuk berbicara dan bertindak atas nama-Nya. Dalam penghormatan yang ditunjukkan kepada mereka, Dia dihormati.” —My Life Today, hlm. 285. Untuk memberikan bantuan kepada orang tua kita tercinta, sangat penting untuk berbicara dengan mereka agar lebih memahami kebutuhan mereka dan menanggapinya dengan tepat. Jemaat dapat memberikan perawatan kepada para orang tua melalui:
• Kunjungan rumah. Seperti semua orang Kristen, para lansia membutuhkan persahabatan dan dorongan dari orang-orang percaya lainnya untuk memperkuat iman mereka. Penting untuk menunjuk anggota untuk mengunjungi para lansia yang tidak dapat menghadiri perbaktian jemaat. Ini dilakukan dengan bernyanyi, berdoa, dan membacakan firman Allah untuk mereka. Penting juga untuk melibatkan mereka dalam kebaktian. Mereka dapat memanjatkan doa, berbagi pengalaman hidup, dll.
• Menawarkan layanan peribadatan di rumah.
• Bantuan keuangan saat muncul kebutuhan misalnya untuk membayar tagihan listrik.
• Menawarkan layanan perawatan kesehatan terutama dalam kasus penyakit kronis.
• Penyediaan makanan atau memasak, bantuan perbaikan rumah, pakaian, transportasi, kunjungan, belanja, membersihkan halaman, mencuci,… Engkau dapat menambahkan lebih banyak lagi cara yang mungkin ke dalam daftar tersebut.
Kesimpulan
Kiranya Tuhan membantu kita memahami tugas kita kepada para senior yang kita kasihi. Amin.
* * * * *