“Mahkota Kehormatan”

BACAAN KELUARGA 2025: MAHKOTA KEHORMATAN

Bacaan 8, Sabat 31 Mei 2025

Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran.” (Amsal 16:31).

Orang yang bijak ini memberikan tiga perenungan mendalam tentang penuaan, hikmat, dan keadilan (kebenaran) dalam konteks Alkitab.

Mahkota Kehormatan

Dalam konteks Alkitab, “mahkota” sering kali melambangkan kemuliaan, pahala, atau keistimewaan. Mahkota kehormatan adalah metafora kuat yang meninggikan rambut yang sudah memutih (beruban), mengaitkannya dengan sesuatu yang pantas dihormati. Di Israel, umur panjang dianggap sebagai berkat dari Allah, sebagaimana tercermin dalam Keluaran 20:12 dan Mazmur 91:16.

Rambut Putih (Rambut Abu-Abu / Beruban)

Istilah ini merujuk pada rambut putih atau beruban, yang merupakan tanda penuaan. Rambut abu-abu melambangkan pengalaman ilahi, yang mewakili hikmat yang terkumpul dan kedekatan seseorang dengan Allah melalui kehidupan yang taat. Usia tua sering dikaitkan dengan hikmat, pengalaman, dan berkat dalam budaya Ibrani kuno. Tidak seperti beberapa masyarakat kontemporer (modern sekarang ini) yang mungkin lebih memprioritaskan kaum muda, orang Israel justru menganggap orang yang lebih tua sebagai sumber pengetahuan dan bimbingan yang berharga.

Jalan Kebenaran

Frasa ini menggambarkan kehidupan yang saleh, taat, dan selaras dengan prinsip-prinsip Allah. Sekedar menjadi tua saja tidaklah cukup; kemuliaan sejati dari usia tua justru terletak pada menjalani kehidupan yang setia kepada Allah. Frasa ini menekankan pentingnya hidup dengan bijaksana dan adil untuk mempersiapkan diri menghadapi usia tua yang terhormat. Rasa hormat terhadap orang yang lebih tua sering kali didasarkan pada cara hidup mereka; mereka yang mengikuti “jalan kebenaran” adalah menjadi teladan yang layak ditiru. Bagi mereka yang belum mencapai usia tua, pekabaran ini berfungsi sebagai pengingat untuk hidup sesuai dengan “jalan kebenaran” untuk mencapai usia tua yang terhormat. Pekabaran ini mendorong masyarakat untuk menghormati orang yang lebih tua, terutama mereka yang telah menjalani kehidupan yang patut dicontoh.

Di seluruh Alkitab, bagian-bagian yang serupa menekankan pentingnya menghargai saudara-saudari kita yang lebih berpengalaman: Mazmur 92:13, 15 (12, 14 KJV), “Orang benar bertunas (bahkan pada masa tua), seperti pohon aras di Libanon, tetap kuat dan subur.” Dalam 2 Timotius 4:7, 8, Paulus merenungkan hidupnya sebagai “pertandingan yang baik” dan siap untuk menerima “mahkota kebenaran.” Dalam Keluaran 20:12 dinyatakan, “Hormatilah ayahmu dan ibumu.” Sementara dalam 1 Timotius 5:1, 2, Paulus memerintahkan jemaat untuk memperlakukan orang yang lebih tua dengan hormat, seperti halnya memperlakukan orang tua kita sendiri. Imamat 19:32, “Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN.” Frasa “Akulah Tuhan” menekankan otoritas. Allah mendasarkan perintah ini pada identitas-Nya, dengan menekankan bahwa menghormati orang yang lebih tua adalah berasal dari tabiat Allah yang kudus dan bukan sekadar norma budaya. Lebih jauh, perintah ini dikaitkan dengan rasa takut akan Allah, “dan engkau harus takut akan Allahmu.” Ini menunjukkan bahwa menghormati orang yang lebih tua bukan hanya sekedar tentang hal sosial tetapi juga suatu hal rohani. Melanggar perintah ini dapat dilihat sebagai kurangnya rasa hormat kepada Allah, yang telah menegakkan kekudusan melalui hukum-hukum-Nya.

Ajarkan Rasa Hormat dan Sopan

“Dan secara khusus, Allah telah memerintahkan rasa hormat yang lembut terhadap orang tua. Dia berkata, ‘Kepala yang beruban adalah mahkota kemuliaan, yang didapat di jalan kebenaran.’ Amsal 16:31. Kisah ini menceritakan tentang pertempuran yang diperjuangkan, dan kemenangan yang diraih; tentang beban yang ditanggung, dan godaan yang ditolak. Kisah ini menceritakan tentang kaki yang lelah yang hampir beristirahat, tentang tempat-tempat yang akan segera kosong. Bantulah anak-anak untuk dapat memikirkan tentang hal ini, dan mereka akan memperlancar jalan orang tua dengan kesopanan dan rasa hormat mereka, dan akan membawakan ke-elokkan dan keindahan ke dalam kehidupan muda mereka saat mereka mengindahkan perintah untuk ‘bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua.’ Imamat 19:32.“ –Education, hlm. 244.

Dalam hikmat-Nya yang tak terbatas, Allah telah menjelaskan betapa pentingnya memelihara rasa hormat dan sopan santun dalam perhubungan kita, terutama terhadap orang tua. Rambut putih tidak boleh dilihat sebagai tanda kerapuhan, tetapi sebagai tanda kehormatan, yang mewakili kehidupan yang telah menghadapi tantangan, tanggung jawab yang signifikan, dan menolak godaan. Setiap garis dan tanda kerut mencerminkan pengalaman hidup, pelajaran yang dipelajari, dan kontribusi berharga yang diberikan kepada keluarga, masyarakat, dan sering kali kepada jemaat.

Kita dapat menerapkan ajaran ini dengan berbagai cara di rumah, sekolah, gereja, dan masyarakat kita. Misalnya, orang tua dapat mendorong anak-anak mereka untuk menawarkan tempat duduk mereka kepada orang tua, membantu mereka dengan tugas-tugas sederhana seperti membawa tas, atau mendengarkan cerita mereka dengan sabar. Guru dapat mempromosikan proyek atau seminar yang melibatkan wawancara dengan orang tua, menciptakan kesempatan bagi kaum muda untuk belajar tentang masa lalu dan hikmat ang dibawanya. Di gereja, kita dapat menyelenggarakan acara-acara di mana kaum muda menghabiskan waktu dengan anggota yang lebih tua, dengan demikian memperkuat ikatan antargenerasi.

Memanfaatkan pengalaman orang yang telah lanjut usianya

Penghormatan yang paling lembut harus diberikan kepada mereka yang minat hidupnya telah terikat dengan pekerjaan Allah. Para pekerja yang sudah tua ini telah berdiri teguh di tengah badai dan pencobaan. Mereka mungkin memiliki kelemahan, tetapi mereka masih memiliki bakat yang membuat mereka memenuhi syarat untuk berdiri di tempat mereka dalam pekerjaan Allah. Meskipun sudah lelah, dan tidak mampu menanggung beban yang lebih berat yang dapat dan seharusnya dipikul oleh orang yang lebih muda, nasihat yang dapat mereka berikan adalah yang paling berharga.” –Reflecting Christ, hlm. 280.

“Allah memberikan kasih karunia dan pengetahuan khusus kepada orang-orang tua yang telah memiliki pengalaman dalam pekerjaan ini sejak awal sejarahnya, dan telah menyaksikannya berkembang dalam berbagai jalur kemajuannya. Hendaknya orang-orang ini dihargai dan dihormati. Janganlah lupa bahwa di masa lalu mereka telah mengorbankan segalanya untuk memajukan pekerjaan ini. Karena mereka semakin tua, bukan berarti mereka harus berhenti memberikan pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh orang-orang yang kurang mempelajari Firman, kurang berpengalaman dalam hal-hal ilahi, kurang memiliki pengetahuan tentang komunikasi Kristus kepada umat-Nya.”–The Retirement Years, hlm. 34.

Teladan Yohanes

Kisah Yohanes menjadi ilustrasi yang kuat tentang bagaimana Alah dapat menggunakan pekerja yang lebih tua. Ketika Yohanes diasingkan ke Pulau Patmos, banyak orang melihatnya sebagai seseorang yang sudah melewati masa pengabdiannya—buluh yang tua, lemah, patah, dan hampir runtuh. Namun, Tuhan, dalam hikmat-Nya, memilih untuk menggunakan Yohanes dengan cara yang luar biasa.

“Inilah roh dan kehidupan dari pekabaran yang Yohanes sampaikan kepada semua orang di usia tuanya, ketika ia hampir berusia seratus tahun. Para pembawa panji memegang erat panji-panji mereka. Mereka tidak akan mengendurkan tangan mereka pada panji kebenaran sampai mereka menanggalkan baju zirah mereka. Satu per satu suara para prajurit tua itu menjadi sunyi. Tempat mereka menjadi kosong. Kita tidak melihat mereka lagi, tetapi mereka yang telah meninggal masih berbicara, karena pekerjaan mereka mengikuti mereka. Marilah kita memperlakukan dengan sangat lembut beberapa peziarah tua yang tersisa, menghargai mereka karena pekerjaan mereka. Ketika kekuatan mereka menjadi usang dan lemah, apa yang mereka katakan sangatlah berharga. Sebagai kesaksian yang berharga, biarlah kata-kata mereka dihargai. Janganlah orang-orang muda dan pekerja baru justru mengabaikan atau dengan cara apa pun menunjukkan ketidakpedulian kepada orang-orang yang rambutnya sudah beruban, tetapi biarlah mereka bangkit dan menyebut orang-orang itu berbahagia. Mereka hendaknya menganggap bahwa mereka sendiri telah ikut serta dalam pekerjaan orang-orang ini. Kami berharap agar ada lebih banyak lagi kasih Kristus di dalam hati orang-orang percaya kita bagi mereka yang telah menjadi pionir dalam mewartakan pekabaran ini.” —Manuscript 33, 1890.” –Selected Messages, buku 2, hlm. 223.

“Kepada seluruh rakyat (umat) kita, dan kepada para pekerja kita yang lebih muda dan kurang berpengalaman, saya diperintahkan untuk mengatakan, ‘Perlihatkan dengan jelas bahwa kalian menghormati dan menghargai para pekerja kita yang sudah tua, para orang tua yang sudah beruban, yang telah lama mengabdi dengan setia di jalan Allah, dan yang diakui dan dihormati di surga sebagai pekerja bersama Allah.’—Letter 152, 1903.” –The Retirement Years, hlm. 38.

Topik yang Sangat Penting

Penting bagi kita untuk tidak mengecilkan hati para pionir dan pendeta kita atau membuat mereka merasa bahwa sumbangsih mereka tidak berarti. Pengaruh mereka tetap kuat dalam pekerjaan Allah. Allah senantiasa mengawasi para pembawa panji-Nya yang setia dan berdedikasi, meyakinkan mereka bahwa mereka berada di bawah perlindungan Pribadi yang tidak pernah tidur ataupun beristirahat. Mereka dijaga oleh para penjaga yang tak kenal lelah dan dirawat oleh Allah. Pada usia 82 tahun, hamba Allah ini menerima undangan untuk berkhotbah di pertemuan perkemahan, pertemuan-pertemuan konferensi, dan jemaat-jemaat. Dengan menunjukkan tekad dan dedikasi yang luar biasa, ia melintasi seluruh benua Amerika Utara untuk berpartisipasi dalam sesi Konferensi Sedunia pada tahun 1909.

Para pendeta yang telah dengan setia melakukan pekerjaan mereka tidak boleh dilupakan atau diabaikan ketika kesehatan mereka menjadi lemah. Konferensi kita tidak boleh mengabaikan kebutuhan mereka yang telah menanggung beban pekerjaan.” –Selected Messages, buku 1, hlm. 33.

Pria dan wanita yang telah mengabdikan hidup mereka untuk tujuan mulia ini terkadang diperlakukan seolah-olah mereka telah kehilangan nilai atau telah melewati tanggal kedaluwarsa. Sebagai sebuah organisasi, kita memiliki kewajiban moral dan rohani untuk mengakui dan menghargai para pekerja ini, yang seringkali telah mengorbankan hidup mereka dan kesejahteraan keluarga mereka untuk misi ini. Sangatlah menyedihkan untuk menyadari bahwa banyak pendeta kita yang sudah lanjut usianya justru diabaikan dan ditinggalkan, padahal kontribusi mereka yang tak ternilai telah ada selama bertahun-tahun.

Tunjukkanlah kebaikan bahkan kepada orang tua yang tidak benar sekalipun

“Jika anak-anak berpikir bahwa mereka diperlakukan dengan keras di masa kecil mereka, apakah itu akan membantu mereka untuk bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengetahuan tentang Kristus, apakah itu akan membuat mereka mencerminkan citra-Nya, untuk memelihara semangat pembalasan dan dendam terhadap orang tua mereka, terutama ketika mereka sudah tua dan lemah? Tidakkah ketidakberdayaan orang tua itu sendiri justru akan memohonkan kasih sayang anak-anak? Tidakkah kebutuhan ayah dan ibu yang sudah tua akan membangkitkan perasaan hati yang mulia, dan melalui kasih karunia Kristus, tidakkah orang tua akan diperlakukan dengan perhatian dan rasa hormat yang baik oleh anak-anak mereka? Oh, janganlah hati menjadi keras kepala seperti baja terhadap ayah dan ibu! Bagaimana seorang putri yang mengaku nama Kristus dapat memelihara kebencian terhadap ibunya, terutama jika ibu itu sedang sakit dan tua? Biarlah kebaikan dan kasih, yang adalah buah-buah termanis dari kehidupan Kristen, menemukan tempat di hati anak-anak terhadap orang tua mereka.

Anak-anak, biarlah orang tuamu, yang lemah dan tidak mampu mengurus diri sendiri, menemukan hari-hari terakhir mereka dipenuhi dengan kepuasan, kedamaian, dan kasih. Demi Kristus, biarlah mereka turun ke liang lahat dengan menerima dari-mu hanya kata-kata kebaikan, kasih, belas kasihan, dan pengampunan.” –The Adventist Home, hlm. 362, 363. 

Merupakan suatu hak istimewa untuk merawat orang tua yang sudah lanjut usia

Cara terbaik untuk mendidik anak agar menghormati ayah dan ibu mereka adalah dengan memberi mereka kesempatan untuk melihat ayah memberikan perhatian yang baik kepada ibu, dan ibu memberikan rasa hormat dan penghormatan kepada ayah. Dengan melihat kasih sayang pada orang tua, anak-anak dituntun untuk menaati perintah Hukum yang kelima.” –The Retirement Years, hlm. 53.

Orang tua berhak atas tingkat kasih sayang dan rasa hormat yang tidak diberikan kepada orang lain. Allah sendiri, yang telah memberikan tanggung jawab kepada mereka atas jiwa-jiwa yang dipercayakan kepada mereka, telah menetapkan bahwa selama tahun-tahun awal kehidupan, orang tua akan berdiri di tempat Allah bagi anak-anak mereka. Dan dia yang menolak otoritas yang sah dari orang tuanya berarti menolak otoritas Allah. Perintah Hukum yang kelima mengharuskan anak-anak untuk bukan hanya menunjukkan rasa hormat, ketundukan, dan kepatuhan / ketaatan kepada orang tua mereka, tetapi juga untuk memberi mereka kasih sayang dan kelemahlembutan, untuk meringankan beban mereka, untuk menjaga nama baik (reputasi) mereka, dan membantu serta menghibur mereka di masa tua.”  –Patriarchs and Prophets, hlm. 308.

Kutipan ini menyoroti pentingnya rasa hormat dan perhatian emosional bagi orang tua di usia lanjut, selain dari penyediaan materi. Kutipan ini juga menekankan bahwa menghormati orang tua mendatangkan sukacita, tidak hanya bagi mereka tetapi juga bagi anak-anak. Sikap ini dihargai baik di masyarakat maupun dalam “kitab-kitab Surga.” Ini adalah refleksi yang jelas dan kuat dari nilai-nilai keluarga dan tanggung jawab sebagai orang tua.

Apa yang dapat memberikan kesedihan yang lebih besar di hatimu selain dari menyaksikan pengabaian dari pihak anak-anakmu? Dosa apakah yang dapat lebih besar bagi seorang anak daripada menyebabkan ketidaksenangan bagi ayah dan ibu yang sudah tua dan tak berdaya? Barangsiapa yang menyebabkan ketidaksenangan bagi orang tua mereka yang sudah tua dicatat dalam kitab-kitab Surga sebagai pelanggar perintah, seperti halnya mereka yang tidak menghormati Tuhan Surga. Dan kecuali mereka bertobat dari jalan mereka yang jahat dan meninggalkannya, maka mereka tidak akan ditemukan layak mendapat tempat dalam warisan orang-orang kudus. Perintah Hukum yang kelima adalah melampaui sekedar rasa hormat kepada orang tua kita. Perintah itu juga menyatakan bahwa, “Penghormatan harus ditunjukkan kepada wakil-wakil Allah—kepada para pendeta, guru, dan orang tua yang telah dipanggil untuk berbicara dan bertindak atas nama-Nya. Dalam rasa hormat yang ditunjukkan kepada mereka, Dia dihormati.” –Counsels for the Church, hlm. 252.

Menghormati “wajah orang tua” melibatkan lebih dari sekadar gerakan yang dangkal: itu berarti menghargai perjalanan, sejarah, dan ajaran yang dapat dibagikan oleh orang tua. Penghormatan ini tidak terbatas pada kata-kata tetapi merupakan undangan untuk bersikap tulus yang mengakui peran orang tua dalam keluarga, masyarakat, dan komunitas iman.

Hamba Kristus yang sejati harus terus-menerus melakukan perbaikan. Matahari sore dalam hidupnya mungkin lebih lembut dan menghasilkan buah daripada matahari pagi. Matahari itu mungkin terus bertambah besar dan terang sampai terbenam di balik bukit-bukit barat. Saudara-saudaraku dalam pelayanan, adalah lebih baik, dan jauh lebih baik, untuk mati karena bekerja keras di beberapa ladang misi di dalam negeri atau di luar negeri, daripada menjadi tua karena tidak bertindak. Janganlah gentar menghadapi kesulitan; janganlah puas untuk menetap tanpa belajar dan tanpa melakukan perbaikan. Selidikilah Firman Allah dengan tekun untuk topik-topik yang akan mengajar orang-orang yang tidak tahu dan memberi makan kawanan domba Allah. Jadilah begitu penuh dengan bekal ataupun pelajaran-pelajaran sehingga engkau akan dapat mengeluarkan dari perbendaharaan Firman-Nya hal-hal yang baru dan yang lama.” –Selected Messages, buku 2, hlm. 221.

Kiranya kita dapat merenungkan kata-kata ini dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, yakni dengan menghormati mereka yang telah mendahului kita dan memperkuat ikatan kasih dan rasa hormat yang diajarkan Allah dalam Firman-Nya. Kiranya Allah memberkati sikap kita dan membimbing kita menuju kehidupan yang sejahtera, yang dijalani dengan ketaatan penuh kepada para pendahulu (leluhur) kita, dan kepada-Nya, Bapa surgawi kita. Amin.

* * * * *

BACAAN KELUARGA 2025: MAHKOTA KEHORMATAN