TEMA SEMESTER: PEKERJAAN ALLAH MELALUI HAKIM-HAKIM
Pelajaran 25, Sabat 21 Juni 2025
ELI–IMAM DAN HAKIM
“Eli telah melakukan kesalahan besar dengan mengizinkan anak-anaknya untuk melayani dalam jabatan suci. Dengan memaafkan perbuatan mereka, dengan berbagai dalih, ia menjadi buta terhadap dosa-dosa mereka; tetapi akhirnya mereka mencapai titik di mana ia tidak dapat lagi menyembunyikan matanya dari kejahatan anak-anaknya. Orang-orang mengeluhkan perbuatan mereka yang kejam, dan imam besar itu pun merasa sedih dan tertekan. Ia tidak berani untuk tetap diam lebih lama lagi. Tetapi anak-anaknya telah dibesarkan untuk tidak memikirkan siapa pun kecuali diri mereka sendiri, dan sekarang mereka tidak peduli kepada siapa pun. Mereka melihat kesedihan ayah mereka, tetapi hati mereka yang keras tidak tersentuh. Mereka mendengar teguran-tegurannya yang lembut, tetapi mereka tidak terkesan, dan mereka juga tidak mau mengubah perbuatan jahat mereka meskipun telah diperingatkan tentang akibat dosa-dosa mereka. Seandainya Eli berlaku adil terhadap anak-anaknya yang jahat, mereka akan ditolak dari jabatan imam dan dihukum mati. Karena takut akan mendatangkan aib dan kutukan orang banyak atas mereka, ia pun mendukung mereka dalam posisi kepercayaan yang paling suci. Ia masih mengizinkan mereka mencampurkan kebejatan mereka dengan pelayanan suci kepada Allah dan menimpakan kepada kebenaran suatu kerugian yang tidak dapat dihapuskan oleh waktu. Tetapi ketika hakim Israel mengabaikan pekerjaannya, maka Allah mengambil alih penanganannya.” — Patriarchs and Prophets, hlm. 577.
MINGGU
1. Siapakah imam yang melayani di rumah Allah saat Samuel lahir?
1 Samuel 1:9, bag akhir sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN,
“Samuel telah ditempatkan di bawah asuhan Eli, dan kebaikan tabiatnya menarik perhatian hangat dari imam yang sudah tua itu. Ia baik hati, murah hati, patuh, dan penuh hormat. Eli, yang merasa sakit hati oleh kenakalan putra-putranya sendiri, menemukan ketenangan, penghiburan, dan berkat di hadapan anak yang menjadi tanggung jawabnya ini. Samuel suka menolong dan penuh kasih sayang, dan tidak ada ayah yang pernah mengasihi anaknya lebih lembut daripada Eli kepada anak muda ini. Sungguh luar biasa bahwa antara kepala pengadilan negeri dengan anak yang sederhana itu terdapat kasih sayang yang demikian hangat. Ketika kelemahan usia menimpa Eli, dan ia dipenuhi dengan kecemasan dan penyesalan atas perbuatan bejat putra-putranya sendiri, ia berpaling kepada Samuel untuk mendapatkan penghiburan.” —Christian Education, hlm. 216.
SENIN
2. Ketika imam itu mengetahui tentang keinginan dan penderitaan Hana yang besar, berkat apakah yang diucapkannya?
1 Samuel 1:17 Jawab Eli: “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya.”
“Dengan sedih dan terkejut, Hana menjawab dengan lembut, ‘Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN. Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati (keluhan dan kesedihanku) aku berbicara demikian lama.’ (1 Samuel 1:15-16).”
“Imam besar sangat terharu, karena ia adalah abdi Allah; dan sebagai ganti tegurannya ia pun mengucapkan berkat: ‘Pergilah dengan selamat: dan Allah Israel akan mengabulkan permohonanmu yang telah kaumintakan kepada-Nya.’ (1 Samuel 1:17).” —Daughters of God, hlm. 40.
SELASA
3. Berita apakah yang disampaikan Hana kepada Eli saat ia pergi ke Bait Allah pada waktu berikutnya? Berkat apakah yang diucapkan imam itu kepada Elkana dan istrinya?
1 Samuel 1:26-28, 2:20 lalu kata perempuan itu: “Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN. 27Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. 28Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN… 2:20Lalu Eli memberkati Elkana dan isterinya, katanya: “TUHAN kiranya memberikan keturunan kepadamu dari perempuan ini pengganti yang telah diserahkannya kepada TUHAN.” Sesudah itu pulanglah mereka ke tempat kediamannya.
“Hana berdoa dan percaya; dan melalui putranya, Samuel, ia memberikan kepada Israel milik Allah suatu harta yang paling berharga—yakni seorang laki-laki yang berguna, dengan tabiat yang terbentuk dengan baik, seseorang yang teguh seperti batu karang dalam hal prinsip.” —Testimonies for the Church, jilid 5, hlm. 304.
“Semua orang diberi kesempatan untuk mengembangkan tabiatnya. Semua orang dapat mengisi tempat yang telah ditetapkan bagi mereka dalam rencana Allah yang agung. Allah menerima Samuel sejak masa kanak-kanaknya, karena hatinya murni. Ia diberikan kepada Allah, sebagai persembahan yang disucikan, dan Allah pun menjadikan dia sebagai saluran terang. Jika kaum muda zaman sekarang mau menyucikan diri mereka seperti yang dilakukan Samuel, maka Allah akan menerima mereka dan menggunakan mereka dalam pekerjaan-Nya. Tentang kehidupan mereka, mereka mungkin dapat berkata bersama pemazmur, ‘Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.’ Mazmur 71:17.” —Counsels to Parents, Teachers, and Students, hlm. 537.
RABU
ELI DAN ANAK-ANAKNYA
4. Sayangnya, apa yang dicatat Alkitab tentang putra-putra-nya Eli? Teguran apakah yang ia berikan kepada mereka ketika ia mengetahui perbuatan jahat mereka?
1 Samuel 2:22-25 Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan, 23berkatalah ia kepada mereka: “Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? 24Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. 25Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?” Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka.
“Anak-anak Eli, bukannya menyadari kekhidmatan upacara simbolis ini, malah hanya berpikir bagaimana mereka dapat menjadikannya sebagai sarana pemanjaan diri. Tidak puas dengan bagian persembahan perdamaian yang diberikan kepada mereka, mereka menuntut bagian tambahan; dan banyaknya korban yang dipersembahkan pada perayaan tahunan memberi para imam kesempatan untuk memperkaya diri mereka sendiri dengan mengorbankan rakyat. Mereka tidak hanya menuntut lebih dari hak mereka, tetapi bahkan menolak untuk menunggu sampai lemaknya terbakar sebagai persembahan kepada Tuhan. Mereka bersikeras menuntut bagian apa pun yang mereka sukai, dan, jika ditolak, mengancam akan mengambilnya dengan kekerasan.” —Patriarchs and Prophets, hlm. 576.
KAMIS
5. Seberapa berhasilkah Eli dalam mengendalikan putra-putranya dan memperbaiki perilaku mereka?
1 Samuel 3:13 Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi (mengendalikan) mereka!
“Imam dan hakim Israel tidak dibiarkan dalam kegelapan mengenai tugas untuk mengendalikan dan mengatur anak-anak yang telah dipercayakan Allah untuk dipeliharanya. Tetapi Eli menghindar dari tugas ini, karena tugas ini melibatkan pelanggaran terhadap keinginan anak-anaknya, dan akan membuatnya perlu untuk menghukum dan menolak mereka. Tanpa mempertimbangkan konsekuensi mengerikan yang akan mengikuti tindakannya, ia malah menuruti keinginan anak-anaknya dan mengabaikan pekerjaan untuk mempersiapkan mereka bagi pelayanan kepada Allah dan tugas-tugas kehidupan…. Tetapi Eli membiarkan anak-anaknya mengendalikannya. Sang ayah menjadi tunduk kepada anak-anaknya. Kutukan pelanggaran tampak jelas dalam kerusakan dan kejahatan yang menandai perbuatan anak-anaknya. Mereka tidak memiliki penghargaan yang tepat terhadap tabiat Allah ataupun pada kesucian hukum-Nya. Pelayanan-Nya bagi mereka adalah hal yang dipandang biasa. Sejak kecil mereka telah terbiasa dengan tempat kudus dan pelayanannya; tetapi bukannya menjadi lebih hormat, mereka justru telah kehilangan semua rasa akan kekudusan dan nilai pentingnya. Sang ayah pun tidak mengoreksi kurangnya rasa hormat mereka terhadap otoritasnya, tidak menghentikan rasa tidak hormat mereka terhadap pelayanan kudus yang khidmat; dan ketika mereka mencapai usia dewasa, mereka dipenuhi dengan buah-buah mematikan dari skeptisisme atau ketidakpercayaan dan pemberontakan.” —Patriarchs and Prophets, hlm. 575-576.
JUMAT
6. Karena anak-anak Eli menolak teguran ayah mereka dan ia pun tidak mampu untuk mempengaruhi dan mengoreksi mereka, maka nubuat apakah yang diberikan Allah kepada imam yang sudah tua itu?
1 Samuel 2:30-34 Sebab itu–demikianlah firman TUHAN, Allah Israel–sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapan-Ku selamanya, tetapi sekarang–demikianlah firman TUHAN–:Jauhlah hal itu dari pada-Ku! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah. 31Sesungguhnya akan datang waktunya, bahwa Aku akan mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan kekuatan kaummu, sehingga tidak ada seorang kakek dalam keluargamu. 32Maka engkau akan memandang dengan mata bermusuhan kepada segala kebaikan yang akan Kulakukan kepada Israel dan dalam keluargamu takkan ada seorang kakek untuk selamanya. 33Tetapi seorang dari padamu yang tidak Kulenyapkan dari lingkungan mezbah-Ku akan membuat matamu rusak dan jiwamu merana; segala tambahan keluargamu akan mati oleh pedang lawan. 34Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang sama keduanya akan mati.
“Allah menyalahkan Eli karena menghormati anak-anaknya melebihi Allah. Eli telah mengizinkan persembahan yang ditetapkan oleh Allah sebagai berkat bagi Israel untuk dijadikan sesuatu yang menjijikkan, daripada mempermalukan anak-anaknya karena praktik-praktik mereka yang tidak saleh dan keji. Barangsiapa yang menuruti keinginan mereka sendiri, dengan kasih sayang yang membabi buta kepada anak-anak mereka, dan memanjakan mereka dalam pemuasan keinginan-keinginan egois mereka, dan tidak menggunakan wewenang Allah untuk menegur dosa dan memperbaiki kejahatan, berarti sedang memperlihatkan bahwa mereka lebih menghormati anak-anak mereka yang jahat daripada menghormati Allah. Mereka lebih ingin melindungi reputasi mereka daripada memuliakan Allah; lebih berhasrat untuk menyenangkan anak-anak mereka daripada menyenangkan Allah dan menjaga pelayanan-Nya dari segala jenis perbuatan kejahatan.” —Patriarchs and Prophets, hlm. 578.
SABAT
IMAM DAN HAKIM
7. Selain tugas keimamatan, jabatan apakah yang dipegang Eli? Berapa tahun ia mengemban tanggung jawab ini?
1 Samuel 4:16-18 Kata orang itu kepada Eli: “Aku datang dari medan pertempuran; baru hari ini aku melarikan diri dari medan pertempuran.” Kata Eli: “Bagaimana keadaannya, anakku?” 17Jawab pembawa kabar itu: “Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas.” 18Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel.
“Eli adalah seorang imam dan hakim di Israel. Ia memegang posisi tertinggi dan paling bertanggung jawab di antara umat Allah. Sebagai seorang pria yang dipilih secara ilahi untuk tugas-tugas suci keimamatan, dan ditetapkan sebagai otoritas peradilan tertinggi di negeri itu, ia dipandang sebagai teladan, dan ia memiliki pengaruh yang besar atas suku-suku Israel. Namun, meskipun ia telah ditunjuk untuk memerintah umat, ia tidak memerintah rumah tangganya sendiri. Eli adalah seorang ayah yang memanjakan. Karena mencintai kedamaian dan kemudahan, ia tidak menggunakan wewenangnya untuk mengoreksi kebiasaan dan nafsu jahat anak-anaknya. Daripada menentang atau menghukum mereka, ia justru tunduk pada keinginan mereka dan membiarkan mereka mengikuti jalan mereka sendiri. Bukannya menganggap pendidikan anak-anaknya sebagai salah satu tanggung jawabnya yang terpenting, ia malah menganggap masalah itu tidak penting.” —Patriarchs and Prophets, hlm. 575.
UNTUK PELAJARAN TAMBAHAN
“Allah meminta Eli, sebagai seorang imam dan hakim Israel, untuk bertanggung jawab atas kedudukan moral dan keagamaan umat-Nya, dan khususnya atas tabiat anak-anaknya. Ia seharusnya terlebih dahulu berusaha untuk mengekang kejahatan dengan cara-cara yang lembut; tetapi jika cara-cara ini tidak berhasil, ia seharusnya menundukkan kesalahan dengan cara-cara yang paling tegas. Ia mendatangkan murka Allah dengan tidak menegur dosa dan tidak menegakkan keadilan atas orang berdosa. Ia tidak dapat diandalkan untuk menjaga Israel tetap murni. Barangsiapa yang kurang berani untuk menegur kesalahan, atau yang karena kemalasan atau kurangnya minat tidak melakukan upaya sungguh-sungguh untuk memurnikan keluarga atau jemaat Allah, akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan yang mungkin timbul sebagai akibat dari kelalaian mereka terhadap tugas. Kita akan dinilai sama bertanggung jawabnya atas kejahatan yang seharusnya dapat kita hentikan pada orang lain dengan menjalankan wewenang sebagai orang tua atau kewenangan kependetaan, seolah-olah perbuatan itu adalah perbuatan kita sendiri.” —Patriarchs and Prophets, hlm. 578.