PARA NABI BERBICARA (BAGIAN 1: YESAYA & YEREMIA)

PELAJARAN SEKOLAH SABAT SEMESTER KEDUA TAHUN 2025

TEMA SEMESTER: PARA NABI BERBICARA (BAGIAN 1: YESAYA & YEREMIA)

Daftar Isi

Pendahuluan

Buku 1
1. Nabi Yesaya
2. Pelayanan Kenabian
3. Rencana Ilahi dan Kegagalan Manusia
4. Musuh-Musuh yang Ada di Sekitar
5. Kerajaan Mesias
6. Penghakiman bagi Musuh-Musuh Israel
7. Nyanyian Pujian
8. Amaran yang Khidmat
Laporan Misionaris dari Paraguay
9. Pengalaman Hizkia
10. Percaya Kepada Allah
11. Nasihat untuk Melaksanakan Tugas
12. Hamba yang Menderita
13. Panggilan untuk Pembaharuan

Buku 2
14. Hari Besar Allah
15. Yeremia

16. Yehuda dan Yerusalem
17. Konflik di Bait Allah
Laporan Misionaris dari El Salvador
18. Penegasan Perjanjian
19. Bencana-Bencana dan Penghiburan
20. Kepemimpinan Sipil dan Rohani
21. Nubuat-Nubuat tentang Bangsa-Bangsa di Sekitar
22. Gulungan Kitab yang Dibakar
23. Masa Penawanan dan Kehancuran
24. Nubuat-Nubuat tentang Bangsa-Bangsa di Sekitar
25. Pukulan Terakhir bagi Yerusalem

26. Perjanjian Baru
Laporan Misionaris dari Ekuador

Pendahuluan

Kitab Yesaya dan Yeremia, yang merupakan bagian penting dari kanon nubuat Perjanjian Lama, merupakan kesaksian hidup dari suara Allah di tengah masa krisis dan perubahan.

Yesaya, seorang nabi yang bekerja pada abad ke-8 SM, dan Yeremia, yang pelayanannya berlangsung pada abad ke-7 dan awal abad ke-6 SM, telah menyampaikan pekabaran-pekabaran yang dalam dan sering kali membingungkan bagi orang-orang Israel dan Yehuda. Perkataan mereka tidak hanya mencerminkan kenyataan pada zaman mereka, tetapi juga menawarkan pelajaran abadi bagi umat manusia di setiap zaman.

Yesaya, yang dikenal sebagai “nabi pengharapan,” telah menubuatkan tentang kedatangan Mesias dan berbicara tentang penebusan dan pemulihan Israel di masa mendatang, meskipun keadaan saat itu sangat buruk. Yesaya 1:18 berisi undangan untuk adanya perdamaian kembali: “Marilah, baiklah kita berperkara! Firman Tuhan! Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Panggilan untuk kemurnian dan pertobatan ini menggarisbawahi daruratnya kepentingan untuk mendengar dan menanggapi suara nubuatan.

Di sisi lain, Yeremia, yang hidup selama periode akhir kerajaan Yehuda dan pembuangan ke Babel, menghadapi bangsa yang sedang mengalami kemunduran. Pekabarannya, yang sering kali berisi tentang penghakiman dan pekabaran amaran, berfokus pada perlunya ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. Yeremia 7:3, 4 menasihati: “Beginilah firman Tuhan semesta alam, Allah Israel: “Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini. Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN.”

Yeremia menekankan bahwa sekadar penampilan lahiriah keagamaan saja tidaklah cukup; yang dicari Allah adalah perubahan hati dan ketaatan sejati. Roh nubuat menyoroti pentingnya pekabaran yang disampaikan oleh para nabi yang demikian ini, yakni mereka yang telah diutus oleh Allah. “Pada zaman dahulu, Allah berbicara kepada manusia melalui mulut para nabi dan rasul. Pada zaman sekarang, Ia berbicara kepada mereka melalui kesaksian Roh-Nya. Tidak pernah ada saat ketika Allah mengajar umat-Nya dengan lebih sungguh-sungguh daripada saat Ia mengajar mereka sekarang mengenai kehendak-Nya dan jalan yang Ia ingin untuk mereka tempuh.” —Testimonies for the Church, jilid 4, hlm. 147.

Para nabi ini, adalah para pria dan wanita yang telah dipilih Allah sebagai saluran komunikasi, telah berbicara dan menuliskan apa yang telah Allah ungkapkan kepada mereka dalam penglihatan kudus. Firman Allah yang berharga meliputi pekabaran-pekabarannya. Melalui para nabi ini, para anggota keluarga manusia telah dituntun untuk mengerti tentang konflik yang sedang terjadi bagi jiwa manusia, konflik antara Kristus dan para malaikat-Nya melawan Setan dengan para malaikatnya. Kita pun telah dituntun untuk memahami konflik ini di hari-hari terakhir peradaban bumi, dan tentang sarana yang disediakan oleh Allah untuk memelihara pekerjaan-Nya dan menyempurnakan tabiat umat-Nya.” —Counsels for the Church, hlm. 9.

Bagi kita, umat Allah yang hidup di akhir zaman, pekabaran-pekabaran Yesaya dan Yeremia tidak hanya berfungsi sebagai peringatan akan akibat dari ketidaktaatan, tetapi juga sebagai mercusuar pengharapan dan janji pemulihan. Kesaksian mereka memanggil kita untuk mendengarkan dengan saksama suara para nabi, untuk menyadari keseriusan hidup pada zaman kita, dan untuk mengusahakan pembaharuan sejati dari hati dan kehidupan kita. Dalam 2 Tawarikh 20:20, kita dinasihati: “Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!

Panggilan ilahi ini mengundang kita untuk memiliki iman yang tulus dan kepercayaan yang teguh pada firman Allah. Yesaya dan Yeremia, dengan pekabaran peringatan dan pengharapan yang mereka sampaikan, telah memperjelas betapa pentingnya untuk mendengarkan dan juga hidup sesuai dengan ajaran-ajaran yang telah disampaikan oleh para nabi ini.

Pekabarannya jelas: Agar kita mengalami kemakmuran dan kesejahteraan rohani dalam hubungan kita dengan Allah, maka kita harus mendengar dan menaati suara nubuat yang telah disampaikan para nabi ini. Di dunia yang penuh dengan kebingungan dan kesalahan, kebenaran dan bimbingan para nabi ini menjadi kompas kita. Panggilan mereka untuk ketaatan dan pertobatan masih tetap berlaku dan masih berkuasa bagi kita.

Sekarang, saat kita mempelajari pelajaran-pelajaran dari kitab Yesaya dan Yeremia ini, sangat penting bagi kita untuk memperbarui komitmen kita kepada Allah dan para nabi-Nya. Dengan melakukannya, kita tidak hanya akan menyelaraskan diri kita dengan kehendak ilahi tetapi juga akan menerima janji-Nya tentang bimbingan dan kemakmuran dalam kehidupan rohani kita. Semoga iman kita diteguhkan dan kiranya ketaatan kita tetap kokoh sehingga, sebagaimana di zaman dahulu, kita pun dapat memperoleh berkat dan bimbingan yang datang dari kesetiaan kepada suara Allah dan para utusan-Nya. Semoga ini menjadi panggilan untuk iman dan ketaatan yang mengilhami kita setiap hari dan menuntun kita menuju hubungan yang lebih mendalam dan lebih berkhasiat dengan Sang Pencipta yang agung.

—Departemen Penginjilan GC