PELAJARAN TENTANG KETERGANTUNGAN PADA ALLAH
“Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka.” Markus 6:41.
“Mukjizat roti ini merupakan pelajaran bagi para pengikut Kristus sepanjang masa. Sambil mengenakan kodrat manusia kita, Kristus senantiasa memberikan, melalui ajaran dan teladan, pelajaran tentang ketergantungan kepada Allah. Ketika Ia memberi makan lima ribu orang, makanan belum tersedia. Kelihatannya Ia pun tidak memiliki sarana yang dapat Ia gunakan saat itu. Di sinilah Ia, bersama lima ribu pria, selain wanita dan anak-anak, di padang gurun. Ia tidak mengundang orang banyak ini untuk mengikuti-Nya; mereka datang sendiri tanpa undangan ataupun perintah; tetapi Ia tahu bahwa setelah mereka mendengarkan pengajaran-Nya begitu lama, mereka akan merasa lapar dan lemah; karena Ia menyatu dengan mereka sehingga merasakan kebutuhan mereka akan makanan. Pemeliharaan Allah telah menempatkan-Nya, Anak Allah, di mana Ia berada; dan Ia senantiasa bergantung pada Bapa surgawi-Nya untuk sarana yang dapat meringankan kebutuhan-Nya. ST 19 Agustus 1897, par. 1.
“Demikian juga ketika kita dibawa ke tempat-tempat yang sulit, kita harus bergantung pada Allah. Kita harus menerapkan hikmat dan pertimbangan dalam setiap perbuatan hidup, agar kita tidak, dengan tindakan yang ceroboh dan gegabah, menempatkan diri kita dalam pencobaan. Kita tidak boleh terjerumus ke dalam kesulitan, akibat mengabaikan sarana yang telah Allah sediakan, dan menyalahgunakan kemampuan yang telah Dia berikan kepada kita. Jika kita melakukan ini, maka Allah akan membiarkan kita melakukan kesalahan kita sendiri. Namun, ketika, setelah mengikuti pengetahuan terbaik yang kita miliki, kita ternyata dibawa ke tempat-tempat yang sulit, dan dikelilingi oleh kesulitan, maka Allah akan menyelamatkan kita. Kita tidak boleh menyerah dalam keputusasaan, tetapi dalam setiap keadaan darurat kita harus mencari hikmat dari Dia yang memiliki sumber daya tak terbatas yang dapat Dia perintahkan. Seringkali kita akan dikelilingi oleh keadaan-keadaan yang sulit, dan kemudian, dengan keyakinan penuh, kita harus bergantung sepenuhnya kepada Allah, dan tidak perlu gagal maupun putus asa. Dia akan menjaga setiap jiwa yang mengalami kebingungan karena berusaha menjaga jalan Tuhan.” ST 19 Agustus 1897, par. 2.
“And when he had taken the five loaves and the two fishes, he looked up to heaven, and blessed, and brake the loaves, and gave them to his disciples to set before them; and the two fishes divided he among them all.” Mark 6:41.
“The miracle of the loaves is a lesson for Christ’s followers in all time. While bearing our human nature, Christ was constantly giving, by precept and example, lessons of dependence upon God. When he fed the five thousand, the food was not nigh at hand. Apparently he had no means at his command. Here he was, with five thousand men, besides women and children, in the wilderness. He did not invite this large multitude to follow him; they came without invitation or command; but he knew that after they had listened so long to his instruction, they would feel hungry and faint; for he was one with them in their need of food. The providence of God had placed him, the Son of God, where he was; and he depended on his heavenly Father for the means to relieve his necessity.” ST August 19, 1897, par. 1.
“And when we are brought into strait places, we are to depend on God. We are to exercise wisdom and judgment in every action of life, that we may not, by careless, reckless movements, place ourselves in trial. We are not to plunge into difficulties, neglecting the means God has provided, and misusing the faculties he has given us. If we do this, the Lord will leave us to our own mistakes. But when, after following the best knowledge that we have, we are brought into strait places, and compassed with difficulties, God will deliver us. We are not to give up in discouragement, but in every emergency we are to seek wisdom from Him who has infinite resources at his command. Often we shall be surrounded with trying circumstances, and then, in the fullest confidence, we must depend wholly upon God, and neither fail nor be discouraged. He will keep every soul that is brought into perplexity through trying to keep the way of the Lord.” ST August 19, 1897, par. 2.***