Renungan Pagi 28 Agustus 2025

YANG LEBIH PENTING DAN BERNILAI SAMPAI KEPADA HIDUP YANG KEKAL

Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” Yohanes 6:27.

“… Dia mengajarkan kita bahwa makanan rohani yang Dia sediakan adalah jauh lebih penting bagi kita daripada sekedar makanan jasmani. Dia mengajarkan kita untuk memiliki jauh lebih banyak upaya ataupun kekuatiran untuk mengamankan roti hidup yang bertahan sampai hidup kekal, daripada mengamankan roti yang fana untuk makanan jasmani.” 17MR 254.1.

“Ketika hal-hal duniawi terlalu menyerap ataupun menyibukkan pikiran dan menyita perhatian, maka seluruh kekuatan diri dicurahkan untuk melayani manusia, dan manusia memandang ibadah yang selayaknya kepada Tuhan sebagai hal yang remeh. Kepentingan keagamaan ditundukkan kepada dunia. Namun Yesus, yang telah membayar tebusan bagi jiwa-jiwa umat manusia, menghendaki agar manusia menundukkan kepentingan duniawi di bawah kepentingan surgawi. Ia ingin mereka berhenti menimbun harta duniawi, ataupun menghabiskan uang untuk kemewahan, dan mengelilingi diri mereka dengan hal-hal yang tidak mereka butuhkan. Ia tidak ingin mereka menghancurkan kekuatan kuasa rohani, tetapi mengarahkan perhatian mereka kepada hal-hal surgawi. Ia mendesak agar manusia mencari roti hidup dengan lebih sungguh-sungguh dan terus-menerus daripada sekedar roti yang fana… Barangsiapa yang menjadi pelaku firman Kristus akan mendatangkan surga ke dalam hidup mereka.” RH 7 April 1896, par. 3.

“Jika Alkitab dipelajari dan ditaati; jika kita memiliki Roh Kristus, maka kita pun seharusnya akan berupaya sungguh-sungguh untuk menjadi pekerja bersama Allah. Kita seharusnya lebih menghargai nilai jiwa; karena setiap jiwa yang bertobat kepada Allah berarti senilai bejana yang didedikasikan untuk maksud yang kudus, sebagai tempat perbendaharaan kebenaran, dan pembawa terang bagi orang lain.” RH 24 November 1891, par. 10.

“Maka kita akan memahami dengan benar ajaran firman Allah, dan menghargai kebenaran sebagai harta yang paling berharga untuk kita renung-renungkan dan tanamkan dalam pikiran kita.” RH 24 November 1891, par. 11.

Labour not for the meat which perisheth, but for that meat which endureth unto everlasting life, which the Son of man shall give unto you: for him hath God the Father sealed.” John 6:27.

“… He teaches us that the spiritual food which He provides is of far more consequence to us than is temporal food. He teaches us to have far more anxiety to secure the living bread that endureth unto eternal life, than to secure perishable bread for physical sustenance.” 17MR 254.1.

“When temporal matters absorb the mind and engage the attention, the whole strength of the being is engaged in the service of man, and men look upon the worship due to God as a trifling matter. Religious interests are made subservient to the world. But Jesus, who has paid the ransom for the souls of the human family, requires that men shall subordinate temporal interests to the heavenly interests. He would have them cease to indulge in hoarding up earthly treasures, in spending money upon luxuries, and in surrounding themselves with those things which they do not need. He would not have them destroy spiritual power, but directs their attention to heavenly things. He urges that men should seek more earnestly and continually for the bread of life than for the bread which perishes… Those who are doers of the words of Christ will bring heaven into their life.” RH April 7, 1896, par. 3.

“If the Bible was studied and obeyed; if we had the Spirit of Christ, we should make determined efforts to be laborers together with God. We should better appreciate the worth of the soul; for every soul converted to God means a vessel dedicated to a holy use, a depositary for truth, a bearer of light to others.” RH November 24, 1891, par. 10.

“Then we shall rightly understand the teaching of God’s word, and esteem the truth as the most valuable treasure with which to store the mind.” RH November 24, 1891, par. 11.***