Renungan Pagi 1 September 2025

MENDIDIK LIDAH DAN BIBIR UNTUK MEMUJI-NYA

Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.” 1 Petrus 3:10.

“Ada pekerjaan besar dan penting yang dapat dilakukan setiap orang, melalui kasih karunia Kristus; yaitu, “berhenti berbuat jahat,” dan “belajar berbuat baik.” Janganlah gagal untuk menghargai berkat-berkat sehari-hari yang Allah berikan kepadamu. Bertekadlah untuk tidak mengucapkan sepatah kata pun keluhan terhadap Allah, atau terhadap saudara-saudaramu. Berbicara menentang saudara-saudaramu, berarti berbicara menentang Kristus. Kristus telah mengidentikkan kepentingan-Nya dengan kepentingan umat manusia yang menderita. “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Marilah kita membuat perjanjian dengan Allah bahwa kita tidak akan mengucapkan sepatah kata pun yang mengandung iri hati ataupun ketidakbaikan. Janganlah bibirmu menghina Allah dengan kata-kata yang penuh keluhan dan ketidakpuasan. Didiklah bibirmu untuk memuji Dia yang dari pada-Nya segala berkat mengalir.” RH 1 Mei 1888, par. 9.

“Ucapan yang jahat adalah suatu kutukan ganda, yang lebih berat menimpa si pembicara daripada pendengarnya. Ia yang menabur benih perselisihan dan pertikaian menuai buah maut dalam jiwanya sendiri. Betapa malangnya si pencetus fitnah, si tukang duga kejahatan! Sesungguhnya ia terasing dari kebahagiaan sejati.” 5T 176.2, T31 172.2, ST 8 Februari 1883, par. 10.

“Jika saja bibir senantiasa dijaga agar tak ada tipu daya yang dapat merusaknya, maka betapa banyaknya penderitaan, kemerosotan, dan kesengsaraan yang dapat dicegah. Jika kita tidak mengatakan apa pun untuk melukai atau mendukakan, kecuali dalam maksud teguran yang diperlukan atas dosa, agar Tuhan tidak dihina, maka betapa banyak kesalahpahaman, kepahitan, dan penderitaan yang dapat dicegah. Jika saja kita hanya mengucapkan kata-kata yang menghibur, dan kata-kata harapan dan iman kepada Tuhan, maka betapa banyaknya terang yang dapat kita pancarkan pada jalan orang lain, untuk dipantulkan dalam sinar yang lebih terang lagi pada jiwa kita sendiri.” RH 16 Oktober 1883, par. 5.

For he that will love life, and see good days, let him refrain his tongue from evil, and his lips that they speak no guile.” 1 Peter 3:10.

“There is a great and important work that each one can do, through the grace of Christ; that is, to “cease to do evil,” and to “learn to do well.” Do not fail to appreciate the daily blessings that God bestows upon you. Resolve that you will not utter one word of complaint against God, or against your brethren. To speak against your brethren, is to speak against Christ. Christ identifies his interests with the interests of suffering humanity. “Inasmuch as ye have done it unto one of the least of these my brethren, ye have done it unto me.” Let us make a covenant with God that we will not speak one word of envy or unkindness. Let not your lips dishonor God by fretful words of complaint and dissatisfaction. Educate your lips to praise Him from whom all blessings flow.” RH May 1, 1888, par. 9.

“Evilspeaking is a twofold curse, falling more heavily upon the speaker than upon the hearer. He who scatters the seeds of dissension and strife reaps in his own soul the deadly fruits. How miserable is the talebearer, the surmiser of evil! He is a stranger to true happiness.” 5T 176.2, T31 172.2, ST February 8, 1883, par. 10.

“If the lips were constantly guarded so that no guile could corrupt them, what an amount of suffering, degradation, and misery might be prevented. If we would say nothing to wound or grieve, except in necessary reproof of sin, that God might not be dishonored, how much misunderstanding, bitterness, and anguish would be prevented. If we would speak words of good cheer, words of hope and faith in God, how much light we might shed upon the pathway of others, to be reflected in still brighter beams upon our own souls.” RH October 16, 1883, par. 5.***