MENGHORMATI SABAT-NYA DAN PERSEKUTUAN-NYA
“Kamu harus memelihara hari-hari sabat-Ku dan menghormati tempat kudus-Ku; Akulah TUHAN.” Imamat 19:30.
“Persoalan besar yang akan datang adalah tentang Sabat hari ketujuh. Hari yang Allah ingin untuk kita hormati.” 12LtMs, Ms 87, 1897, par. 12.
“Dia telah menetapkan Sabat sebagai tanda antara kita (umat-Nya) dengan Dia, turun-temurun, selama-lamanya, dan kita menghormati-Nya ketika kita menghormati Sabat-Nya.” RH 12 April 1898, par. 13.
“Praktikkanlah rasa hormat, sampai itu menjadi bagian yang melekat dari dirimu.” YI 8 Oktober 1896, par. 5.
“Salah satu godaan terbesarmu adalah bersikap tidak hormat. Allah itu tinggi dan kudus; dan bagi jiwa yang rendah hati dan percaya, rumah-Nya di bumi, yakni dimanapun tempat umat-Nya berkumpul untuk beribadah, adalah bagaikan pintu gerbang surga. Nyanyian pujian, kata-kata yang diucapkan oleh para hamba Kristus, adalah sarana yang ditetapkan Allah untuk mempersiapkan umat bagi jemaat di surga, bagi ibadah yang lebih luhur di mana tidak ada yang najis dan tidak kudus yang dapat masuk ke dalamnya.” YI 8 Oktober 1896, par. 2.
“Memang benar bahwa penghormatan terhadap rumah Allah telah hampir punah.” 5T 495.2.
“Merupakan kesalahan serius untuk mengabaikan acara ibadah (persekutuan) umat kepada Allah. Hak istimewa ibadah ilahi hendaknya tidak dianggap remeh. …” MH 511.3.
“Tidak ada yang lebih dibutuhkan dalam pekerjaan kita selain hasil nyata dari persekutuan dengan Allah. Kita hendaknya menunjukkan melalui kehidupan kita sehari-hari bahwa kita memang memiliki kedamaian dan ketenangan di dalam Sang Juruselamat. Kedamaian-Nya di dalam hati akan terpancar di wajah. Kedamaian itu akan memberikan kuasa yang membujuk … Persekutuan dengan Allah akan memuliakan tabiat dan kehidupan. Orang-orang akan mengenal kita, seperti para murid pertama dahulu, bahwa kita telah bersama Yesus. Ini akan memberikan kepada pekerja suatu kuasa yang tidak dapat diberikan oleh apa pun. Ia tidak boleh membiarkan kuasa ini dirampas.” MH 512.1.
“Rumah adalah tempat suci bagi keluarga, dan bilik pribadi atau ruang pribadi adalah tempat paling tersendiri untuk beribadah pribadi; tetapi gereja atau tempat ibadah umat adalah tempat suci bagi jemaat. Hendaknya ada aturan mengenai waktu, tempat, dan cara beribadah. Tidak ada hal yang sakral, tidak ada hal yang berkaitan dengan penyembahan kepada Allah, yang boleh diperlakukan dengan sembrono atau acuh tak acuh. … Berbahagialah mereka yang memiliki tempat suci, baik yang tinggi maupun yang rendah, baik di kota ataupun di antara gua-gua pegunungan yang terjal, di pondok yang kumuh ataupun di padang gurun. Jika itu adalah yang terbaik yang dapat mereka amankan bagi Sang Guru, maka Dia akan menguduskan tempat itu dengan hadirat-Nya, dan tempat itu akan menjadi kudus bagi Tuhan semesta alam. 5T 491.3.
“Hampir semua orang perlu diajar bagaimana berperilaku yang benar di rumah Allah.” 5T 496.1.
“Kita sekarang sedang merayakan hari ketujuh,—hari yang telah Allah perintahkan untuk kita rayakan,—dan berkumpul pada hari ini di tempat ini untuk beribadah.” RH 18 Desember 1888, Pasal A, paragraf 10.
“Ye shall keep my sabbaths, and reverence my sanctuary: I am the LORD.” Leviticus 19:30 (KJV).
“The great issue that is coming will be on the seventh day Sabbath. This day God would have us reverence.” 12LtMs, Ms 87, 1897, par. 12.
“He has set the Sabbath as a sign between us and him throughout all our generations forever, and we honor him when we reverence his Sabbath.” RH April 12, 1898, par. 13.
“Practise reverence until it becomes a part of yourself.” YI October 8, 1896, par. 5.
“One of your strong temptations is to irreverence. God is high and holy; and to the humble, believing soul, his house on earth, the place where his people meet for worship, is as the gate of heaven. The song of praise, the words spoken by Christ’s ministers, are God’s appointed agencies to prepare a people for the church above, for that loftier worship into which there can enter nothing that is impure, unholy.” YI October 8, 1896, par. 2.
“It is too true that reverence for the house of God has become almost extinct.” 5T 495.2.
“It is a serious mistake to neglect the public worship of God. The privileges of divine service should not be lightly regarded. ….” MH 511.3.
“Nothing is more needed in our work than the practical results of communion with God. We should show by our daily lives that we have peace and rest in the Saviour. His peace in the heart will shine forth in the countenance. It will give to the voice a persuasive power. Communion with God will ennoble the character and the life. Men will take knowledge of us, as of the first disciples, that we have been with Jesus. This will impart to the worker a power that nothing else can give. Of this power he must not allow himself to be deprived.” MH 512.1.
“The house is the sanctuary for the family, and the closet or the grove the most retired place for individual worship; but the church is the sanctuary for the congregation. There should be rules in regard to the time, the place, and the manner of worshiping. Nothing that is sacred, nothing that pertains to the worship of God, should be treated with carelessness or indifference. …. Happy are those who have a sanctuary, be it high or low, in the city or among the rugged mountain caves, in the lowly cabin or in the wilderness. If it is the best they can secure for the Master, He will hallow the place with His presence, and it will be holy unto the Lord of hosts.” 5T 491.3.
“Nearly all need to be taught how to conduct themselves in the house of God.” 5T 496.1.
“We are now keeping the seventh day,—the very day God has told us to keep,—and are here assembled on it for religious worship.” RH December 18, 1888, Art. A, par. 10.***