Bacaan 5 Minggu Sembahyang 2025 “DARI MESIR KE KANAAN (PERJALANAN BANGSA ISRAEL)“
Dibacakan pada Rabu, 10 Desember 2025
PENGALAMAN DI MARA
(M. Lowe, Kanada)
Sejarah pembebasan bangsa Israel yang mulia dari perbudakan kejam di Mesir dan perjalanan mereka menuju tanah perjanjian penuh dengan pelajaran yang sangat berharga bagi umat Allah saat ini.
“Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.” 1 Korintus 10:11.
Seperti Israel kuno, kita juga sedang mencari tanah perjanjian; bahkan tanah itu adalah tanah air yang lebih baik, yaitu tanah air surgawi. Itulah sebabnya Allah tidak malu disebut Allah kita, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi kita. Ibrani 11:16.
Menjelang akhir tahun penuhlah cobaan yang penuh gejolak dan kekacauan sosial, serta peperangan rohani pribadi, pengalaman bangsa Israel di padang gurun Syur dan di perairan pahit Mara menjadi pelajaran bagi kita yang hidup di hari-hari terakhir sejarah bumi ini.
Roh nubuat telah memperingatkan bahwa “Menjelang akhir sejarah bumi ini, Setan akan bekerja dengan segala kuasanya dengan cara dan godaan yang sama seperti yang ia gunakan untuk mencobai Israel kuno sebelum mereka memasuki tanah perjanjian. Ia akan memasang jerat bagi mereka yang mengaku menaati perintah-perintah Allah, dan yang hampir berada di perbatasan Kanaan surgawi. Ia akan menggunakan kuasanya semaksimal mungkin untuk menjerat jiwa-jiwa, dan untuk menyerang orang-orang yang mengaku umat Allah pada titik-titik terlemah mereka….” –Conflict and Courage, hlm. 115.
“Sekarang adalah tugas umat yang menaati perintah Allah untuk berjaga-jaga dan berdoa, untuk menyelidiki Kitab Suci dengan tekun, untuk menyimpan firman Allah di dalam hati, agar mereka tidak berdosa terhadap-Nya dalam pikiran-pikiran penyembahan berhala dan praktik-praktik hidup yang merendahkan, yang pada akhirnya akan menyebabkan jemaat Allah kehilangan semangat.” —Review and Herald, 17 Mei 1887.
KEMENANGAN YANG GEMILANG!
Tuhan memimpin umat-Nya dari Raamses di Delta Sungai Nil ke Sukot, lalu ke Etam di tepi padang gurun. Setelah itu, sebagai Panglima dan Prajurit yang sangat bijaksana, Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk balik kembali dan berkemah di depan Pi-hahirot, antara Migdol dan Laut Merah, dekat Baal-zefon. Ketika Firaun yang jahat dan pasukan berkuda serta kereta perangnya mengejar pasukan Israel yang tampaknya “terjebak”, Tuhan akan dimuliakan di hadapan segala bangsa dengan membelah air Laut Merah agar mereka dapat menyeberang dan membinasakan orang Mesir saat Dia membuat air itu menyatu kembali. Sungguh suatu kemenangan dan kehormatan bagi-Nya!
Iblis telah bertekad untuk mengembalikan setiap jiwa yang telah ditebus ke dalam perbudakan dan belenggu. Namun Kristus, Sang Panglima dan Penebus Agung, memimpin jalan; Dia adalah tempat perlindungan dan menara jaga bagi manusia. Marilah kita percaya pada jasa-jasa-Nya dan kuasa-Nya yang bekerja secara ajaib; Roh Kudus-Nya yang tinggal di dalam kita akan melawan dan mengalahkan iblis dan segala dosa di dunia ini.
DARI LAUT MERAH KE MARA
Setelah kemenangan gemilang di Laut Merah, pasukan Israel, yang berjumlah sekitar 600.000 orang laki-laki yang berjalan kaki, ditambah perempuan, anak-anak, dan orang-orang dari berbagai bangsa, melanjutkan perjalanan mereka dari Laut Merah menuju ke padang gurun Syur. Kristus membimbing mereka dalam tiang awan dan tiang api, memberikan naungan teduh awan di siang hari dan cahaya terang serta kehangatan api di malam hari.
“Pemandangan di sekitar mereka sangatlah suram—nampak gunung-gunung yang gersang dan tandus, dataran-dataran tandus, dan laut yang membentang jauh, pantai-pantainya dipenuhi mayat-mayat musuh mereka; namun mereka dipenuhi sukacita dalam kesadaran akan kebebasan yang telah mereka alami, dan setiap pikiran persungutan ataupun ketidakpuasan pun ter-redam-lah.” —Patriarchs and Prophets, hlm. 291.
“Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara. Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: “Apakah yang akan kami minum?” Keluaran 15:22-24.
“Perbekalan yang mereka bawa telah habis. Tak ada yang bisa memuaskan dahaga mereka yang membara saat mereka menyeret lelah melintasi dataran yang terbakar matahari. Musa, yang akrab dengan wilayah ini, tahu apa yang tidak diketahui orang lain, bahwa di Mara, tempat terdekat di mana mata air dapat ditemukan, airnya tak layak pakai. Dengan cemas ia memperhatikan awan yang menuntun. Dengan hati yang ciut, ia mendengar teriakan gembira. ‘Air! Air!’ bergema di sepanjang jalur. Pria, wanita, dan anak-anak dengan tergesa-gesa dan riang berbondong-bondong ke mata air, ketika kemudian, lihatlah, teriakan pilu pun meledak dari pasukan—airnya pahit.….
“Dalam kengerian dan keputusasaan mereka, mereka mencela Musa karena telah menuntun mereka sedemikian rupa, tanpa mengingat bahwa kehadiran ilahi dalam awan misterius itulah yang telah menuntunnya juga. Dalam kesedihannya atas kesusahan mereka, Musa melakukan apa yang telah mereka lupakan; ia berseru dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan memohon pertolongan.” —Patriarchs and Prophets, hlm. 291.
Alkitab tidak menjelaskan apa yang menyebabkan air menjadi pahit, namun tingginya kadar mineral seperti natrium klorida atau magnesium bisa jadi merupakan sumber rasa pahit pada air tersebut.
PADANG GURUN SYUR DAN MARA
Padang gurun Syur adalah sebuah wilayah di bagian timur Semenanjung Sinai. Gurun ini adalah tempat malaikat Tuhan menemukan Hagar ketika ia melarikan diri bersama putranya, Ismail, setelah istri Abram, Sarai, menindasnya. Lihat Kejadian 16:6-9. Secara historis, padang gurun ini diperkirakan mencakup area seluas 57-77 mil persegi, dan Mara terletak di pesisir timur Laut Merah. Saat ini, Mara diidentifikasi sebagai Ain Hawarah, sebuah mata air asin yang terletak 47 mil di tenggara Suez.
“Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.” Keluaran 15:23.
“Mereka perlu menghadapi kesulitan dan menanggung kekurangan. Allah sedang membawa mereka dari keterpurukan untuk menempati tempat terhormat di antara bangsa-bangsa dan untuk menerima amanah suci. Seandainya mereka beriman kepada-Nya, dan mengingat segala sesuatu yang telah Dia kerjakan bagi mereka, maka mereka akan dengan senang hati menanggung ketidaknyamanan, kekurangan, dan bahkan penderitaan yang nyata demikian. Namun, mereka malah melupakan kebaikan dan kuasa Allah yang telah ditunjukkan dalam pembebasan mereka dari perbudakan….
Bukannya berkata, ‘Tuhan telah melakukan hal-hal besar bagi kita; sementara kita adalah budak, Dia menjadikan kita bangsa yang besar,’ mereka justru berbicara tentang kerasnya jalan dan bertanya-tanya kapan ziarah mereka yang melelahkan itu akan berakhir….” Bagaimana dengan kita? “Tuhan ingin umat-Nya pada zaman ini meninjau kembali pencobaan yang telah dilalui Israel kuno, agar mereka dapat diajar dalam persiapan mereka untuk Kanaan surgawi. Banyak yang menoleh ke belakang kepada bangsa Israel dan malah mengikuti ketidakpercayaan mereka, merasa bahwa mereka sendiri tidak akan begitu tidak bersyukur; tetapi ketika iman mereka diuji bahkan oleh pencobaan-pencobaan yang kecil, mereka tidak menunjukkan iman atau kesabaran yang lebih besar daripada Israel kuno. Mereka menggerutu tentang proses yang telah dipilih Tuhan untuk menyucikan mereka…. Rintangan-rintangan, bukannya menuntun mereka untuk mencari pertolongan dari Tuhan, justru memisahkan mereka dari-Nya karena hal itu malah membangkitkan keresahan dan keluh kesah.
Mengapa kita harus menjadi tidak bersyukur dan tidak percaya? Yesus adalah sahabat kita; segenap surga peduli pada kesejahteraan kita. Kecemasan dan ketakutan adalah mendukakan Roh Kudus Allah. Bukanlah kehendak Allah bahwa umat-Nya harus dibebani dengan kekhawatiran.
“Tuhan kita tidak memberi tahu kita bahwa tidak ada bahaya di jalan kita, tetapi Dia menunjukkan kita kepada tempat perlindungan yang tak pernah gagal. Dia mengundang barangsiapa yang sedang lelah dan terbebani, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Lepaskanlah kuk kecemasan dan kekhawatiran yang telah engkau bebankan pada dirimu sendiri, dan “pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Matius 11:28, 29. Gantinya bersungut-sungut dan mengeluh, bahasa hati kita seharusnya adalah, “Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya.” Mazmur 103:2.” —From Eternity Past, hlm. 201, 202.
PARA PEMIMPIN HARUS TAHU JALANNYA
Sebagai pemimpin pilihan Allah, Musa mengenal wilayah padang gurun ini, dan ia tahu apa yang tidak diketahui orang lain—bahwa di Mara, tempat terdekat di mana terdapat mata air, airnya tidak layak pakai. Demikian pula, para pemimpin jemaat Allah bertanggung jawab untuk mengenal hakikat padang gurun dunia ini—mengenai cobaan, godaan, kekecewaan, dan ujian pahit yang akan dihadapi umat Allah saat mereka menempuh perjalanan melalui padang gurun Syur mereka sendiri.
Kita juga harus menjelaskan kepada jiwa-jiwa sebelum pembaptisan dan pemuridan mereka bahwa jalan dan perjalanan menuju Kanaan surgawi tidaklah mudah! Namun Yesus Kristus, Pemimpin dan Penebus kita, adalah yang memimpin jalan menuju kota Allah. Sang Juruselamat telah berjanji: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Di dunia kamu akan menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” Yohanes 16:33.
“… Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.”
Kisah 14:22
POHON PENYEMBUHAN
“Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis’ (Keluaran 15:25). Disinilah janji itu diberikan kepada Israel melalui Musa, ‘Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau.’ (Keluaran 15:26).” —Patriarchs and Prophets, hlm. 291.
Sungguh, Kristus adalah pohon kesembuhan kita. Ia dengan sukarela mengorbankan hidup-Nya yang berharga di kayu salib Kalvari yang kejam untuk menyediakan kesembuhan dan penebusan dari kutukan dan hukuman dosa. “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”. Hal ini terjadi supaya di dalam Yesus Kristus berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” Galatia 3:13, 14.
“Kristus adalah Tabib Agung, bukan hanya bagi tubuh, tetapi juga bagi jiwa. Dia memulihkan manusia kepada Allahnya. Allah mengizinkan Anak tunggal-Nya untuk diremukkan, agar kuasa penyembuhan dapat mengalir dari pada-Nya untuk menyembuhkan segala penyakit kita.” —Manuscript Releases, vol. 15, hlm. 31.
Dosa telah menyebabkan kesengsaraan dan kepahitan yang tak terkira bagi umat manusia. Hidup seringkali diwarnai dengan kepahitan dan duka, termasuk kemiskinan, hubungan yang hancur, pernikahan yang tidak bahagia, perceraian, penyakit, dan kehilangan orang-orang terkasih. Kehilangan anak, pasangan, orang tua, atau anggota keluarga lainnya menyebabkan duka yang mendalam di hati manusia.
Beban fisik dan psikologis akibat usia lanjut dan akibat ditinggalkan oleh anggota keluarga adalah bagaikan air Sungai Mara bagi banyak lansia. Pencobaan di jemaat Allah pun dapat menyebabkan beberapa anggota menjadi begitu putus asa sehingga mereka meninggalkan gereja dan meninggalkan iman yang pernah mereka junjung tinggi. Orang-orang ini akhirnya menyerah. Namun, saudara-saudari, betapa pun beratnya pencobaan itu, kita tidak boleh membiarkan Setan mengalahkan kita.
SIAPA YANG MENYERAH TAK PERNAH MENANG, DAN PEMENANG TAK PERNAH MENYERAH!
“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, karena kamu turut mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga bergembira dan bersukacita apabila kemuliaan-Nya dinyatakan.” “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu—yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api—sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” 1 Petrus 4:12, 13; 1:7.
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” Yakobus 1:2, 3.
Saudara-saudaraku yang terkasih, betapa pun sulit dan pahitnya ujian dan cobaan yang Allah, dalam pemeliharaan-Nya yang bijak dan penuh belas kasihan, izinkan menimpa kita, kita tidak boleh mundur. Sebab yang menyerah tidak akan pernah menang, dan yang menang tidak pernah menyerah!
“Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. “Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.” Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.” Ibrani 10:35-39. Ya, meskipun Tuhan mengizinkanmu minum air pahit Mara, masih banyak sumur dan pohon palem yang menantimu di Elim!
MAKSUD ALLAH MENGIZINKAN PENCOBAAN
Mengapa Kristus memimpin umat-Nya melewati padang gurun Syur dan perairan Mara? Mengapa Dia mengizinkan ujian, pencobaan, godaan, dan penganiayaan menimpa anak-anak-Nya? Itu adalah karena Dia mengasihi kita dan ingin kita percaya kepada-Nya dan mengambil bagian dalam kekudusan-Nya.
“Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” “Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” Ibrani 12:6, 9, 10.
“Bukanlah suatu kebetulan bahwa dalam perjalanan mereka, anak-anak Israel sampai di Mara…. Kejahatan yang mereka temui dan lalui adalah bagian dari rencana besar Allah, yang dengannya Dia ingin menguji mereka.” —Medical Ministry, hlm. 120. Ia ingin menunjukkan kepada mereka bahwa dengan kuasa-Nya yang besar, Ia dapat menyembuhkan kejahatan hati manusia.
“Pengalaman-pengalaman ini berat untuk ditanggung bangsa Israel. Namun, pencobaan-pencobaan ini merupakan tujuan Allah untuk menguji mereka, untuk melihat apakah mereka telah belajar tentang kepercayaan dan ketaatan dari pembebasan yang telah Allah kerjakan bagi mereka di Mesir dan di Laut Merah. Kadang kala Tuhan membawa umat-Nya ke tempat yang sulit agar Dia dapat menyatakan kuasa-Nya dan kemuliaan-Nya dalam mengerjakan pembebasan mereka.” —Manuscript 64, 1903.
“Sejarah kehidupan Israel di padang gurun telah dicatat untuk kebaikan Israel milik Allah kini hingga akhir zaman. Catatan tentang perlakuan Allah terhadap para pengembara di padang gurun dalam segala perjalanan mereka ke sana kemari, dalam menghadapi rasa lapar, haus, dan lelah, serta dalam pernyataan kuasa-Nya yang luar biasa untuk kelegaan mereka, sarat dengan peringatan dan pengajaran bagi umat-Nya di segala zaman. Pengalaman bangsa Ibrani yang beragam merupakan sekolah persiapan bagi rumah perjanjian mereka di Kanaan. Allah ingin umat-Nya pada masa itu meninjau kembali dengan kerendahan hati dan semangat yang mau diajar pencobaan-pencobaan yang telah dilalui Israel kuno, agar mereka dapat diajar dalam persiapan mereka untuk Kanaan surgawi.” —Patriarchs and Prophets, hlm. 293.
WADAH YANG RUSAK DAN SUMBER AIR HIDUP
Saudara-saudari yang terkasih, menjelang akhir tahun, marilah kita memuji dan bersyukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus atas kasih, belas kasihan, dan bimbingan-Nya. Marilah kita menghindari kesalahan Israel kuno, yang melakukan dua kejahatan besar terhadap Allah: ” Tertegunlah atas hal itu, hai langit, menggigil dan gemetarlah dengan sangat, demikianlah firman TUHAN. Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.” Yeremia 2:12-13.
Marilah kita tinggalkan tangki yang rusak akibat dosa dan pembenaran diri, dan sebagai gantinya, perhatikan panggilan Kristus yang penuh belas kasihan: “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!
Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.” Yesaya 55:1-3. Marilah kita kembali mempersembahkan hati dan hidup kita kepada Allah, dan dengan keyakinan yang rendah hati menyatakan: “Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.” Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.” “Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” Yesaya 12:2, 3; Wahyu 22:17. Amin!
| Bacaan Minggu Sembahyang 2025 “DARI MESIR KE KANAAN (PERJALANAN BANGSA ISRAEL)” |
