Bacaan 7 Minggu Sembahyang 2025 “DARI MESIR KE KANAAN (PERJALANAN BANGSA ISRAEL)“
Dibacakan pada Sabat, 13 Desember 2025
BERSIAP MENYEBERANGI SUNGAI YORDAN
(T. Petkov, Bulgaria/A.S.)
“Jalanilah seluruh perkemahan dan perintahkanlah kepada bangsa itu, demikian “Sediakanlah bekalmu, sebab dalam tiga hari kamu akan menyeberangi sungai Yordan ini untuk pergi menduduki negeri yang akan diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diduduki.”
Yosua 1:11
Setelah empat puluh tahun berjalan di padang gurun dan tinggal di perkemahan, bangsa Israel akhirnya tiba di perbatasan tanah perjanjian. Betapa banyak doa, air mata, dan permohonan yang dipanjatkan kepada Tuhan! Betapa banyak kesabaran dan ketekunan yang dibutuhkan untuk menjalani perjalanan ini, yang penuh tantangan, kesulitan, keraguan, dan kekecewaan, tetapi juga berlimpah mujizat dan kemenangan. Sungai Yordan melambangkan akhir dari babak panjang sejarah umat Allah, tetapi juga awal yang baru di tanah yang berlimpah “susu dan madu”.
Pengalaman menyeberangi Sungai Yordan akan menjadi pengalaman pribadi kita. Hari ini, kita perlu bersiap untuk memasuki “kerajaan surgawi”.
JANJI-NYA
Tuhan tidak pernah melupakan umat-Nya. Ketika Israel berada dalam masa-masa sulit, Dia mengunjungi mereka dan membawakan kepada mereka janji kemerdekaan, kemakmuran, dan kebahagiaan. Selama perbudakan mereka di Mesir, Tuhan menyediakan pembebasan dan menempatkan umat-Nya dalam perjalanan menuju tanah perjanjian. “Sabab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya …” Keluaran 3:8. Ketika Tuhan menyebutkan susu dan madu dalam janji-Nya, Dia tidak memaksudkannya secara harfiah. Itu adalah simbol kemakmuran, kemudahan, dan kebahagiaan yang akan dimiliki umat Allah jika mereka dengan setia mengikuti petunjuk ilahi. “Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya.” (Yosua 24:13). Allah akan berperang dan bekerja keras demi umat-Nya. Jika kita percaya kepada-Nya, Dia akan melakukan bagi kita hal yang mustahil dan akan memberi kita keinginan dan kekuatan untuk menaati perintah-perintah-Nya. Kita perlu mengutamakan Kerajaan-Nya dalam hidup kita, maka segala sesuatu akan diberikan kepada kita (Matius 6:33). Peperangan melawan musuh rohani dihadapi dengan kuasa Tuhan yang dahsyat. “Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Musa, ‘Sekarang engkau akan melihat apa yang akan Kulakukan kepada Firaun: dengan tangan yang kuat ia akan membiarkan mereka pergi, dan dengan tangan yang kuat ia akan mengusir mereka dari negerinya.” Keluaran 6:1.
Pengalaman Israel melintasi padang gurun dan Sungai Yordan merupakan simbol kehidupan kita sehari-hari di bawah bimbingan Tuhan. Tantangan demi tantangan dan kemenangan demi kemenangan menanti para peziarah setia dalam perjalanan menuju kehidupan kekal.
SUATU SIMBOL
Pengalaman menyeberangi Sungai Yordan mengandung banyak pelajaran bagi kita, umat beriman yang hidup di akhir zaman. Israel harus menyeberangi Sungai Yordan sebelum memasuki tanah perjanjian. Demikian pula, umat Allah sebelum memasuki kerajaan surga perlu melewati rintangan dan kesulitan serupa. Sungai Yordan sendiri kaya akan simbol.
Akhirnya, umat Allah menghadapi rintangan alami terakhir sebelum memasuki Kanaan. Penyeberangan ini bukanlah tugas yang mudah. Ini adalah mujizat yang akan tetap menjadi pilar dalam sejarah Israel. Namun, semua orang tahu bahwa tanpa bantuan ilahi, mereka tak mungkin bisa menyeberang. Saat ini—di musim semi—salju yang mencair di pegunungan telah menaikkan debit Sungai Yordan sedemikian rupa sehingga sungai itu meluap, membuatnya mustahil untuk menyeberang di tempat-tempat penyeberangan yang biasa. “Tuhan menghendaki agar perjalanan bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan menjadi suatu mujizat.” —Patriarchs and Prophets, hal.483.
Demikian pula, orang-orang percaya di akhir zaman akan mengalami tangan Allah yang kuat dan menyadari bahwa keselamatan mereka tak lain adalah karena mujizat yang disediakan oleh kuasa Allah yang melampaui kuasa manusiawi. Untuk melewati masa kesukaran akan membutuhkan kualitas dan dedikasi rohani yang sama seperti yang dibutuhkan umat Allah dahulu ketika menyeberangi Sungai Yordan. Mari kita renungkan kesaksian yang terilhami ilahi ini: “Semua orang yang mau masuk ke surga harus diuji dan diuji seperti emas dalam api, sejak semasih di dunia ini. Bahaya terbesar kita adalah rasa aman yang duniawi. Semoga Allah menolong kalian, anak-anakku, untuk tidak pernah menyombongkan diri. Jika kalian tidak berjaga-jaga dalam doa, maka kalian akhirnya akan gagal. Jangan pernah membayangkan hidup yang tenang dan tenteram sebagai hidup yang berani….” —The Upward Look, hlm. 208.
Selain itu, penyeberangan Sungai Yordan ini adalah melambangkan baptisan bagi umat Allah seperti penyeberangan Laut Merah setelah meninggalkan Mesir. “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut …” 1 Korintus 10:1, 2.
Simbol ini juga muncul dalam Perjanjian Baru di mana Yohanes Pembaptis, yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus, membaptis di Sungai Yordan. “Yohanes mewartakan kedatangan Mesias, dan memanggil orang-orang untuk bertobat. Sebagai simbol penyucian dari dosa, ia membaptis mereka di Sungai Yordan. Dengan demikian, melalui pelajaran penting ini, ia menyatakan bahwa mereka yang mengaku sebagai umat pilihan Allah telah dicemarkan oleh dosa, dan bahwa tanpa penyucian hati dan hidup, maka mereka tidak dapat memperoleh bagian dalam kerajaan Mesias.” —The Desire of Ages, hlm. 104. Baptisan dianggap sangat penting bagi semua orang percaya di masa sekarang dan masa mendatang sehingga, sebagai contoh, bahkan Juruselamat kita Yesus Kristus pun menerima baptisan di Sungai Yordan.
Demikian pula, untuk memasuki Kanaan surgawi, kita perlu mengalami baptisan, sebagai suatu perjanjian dengan Allah untuk keselamatan dan hidup kekal. Penyeberangan fisik Sungai Yordan melambangkan perubahan rohani dan peralihan dari kematian menuju kehidupan. “Kepada mereka yang besok akan turun ke dalam air dengan iman penuh kepada Yesus Kristus, untuk dibaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, saya ingin berkata: Ketiga kuasa surgawi yang agung ini telah dijanjikan bagimu.
Serahkanlah dirimu sepenuhnya kepada Allah. Engkau dikuburkan dalam rupa kematian Kristus dan dibangkitkan dalam rupa kebangkitan-Nya. Kuasa surgawi akan menyertaimu jika engkau mau mengikuti langkah demi langkah untuk mengenal Tuhan. Bertindaklah seolah-olah engkau memang telah dibangkitkan dari kematian—menjadi ciptaan baru. Nyatakanlah bahwa pikiranmu telah diubahkan menjadi serupa dengan pikiran Kristus.” —Letters and Manuscripts, vol. 21, Ms 147, 1906.
Janji Tuhan memang agung, tetapi persiapan diperlukan untuk memenuhi harapan ilahi. Ini bukan berarti janji Tuhan diperoleh melalui perbuatan, pendidikan, atau pelatihan semata. Ini adalah tentang iman dan perbuatan kasih karunia ilahi.
TIGA HARI PERSIAPAN – KUDUSKANLAH DIRIMU
“Berjalanlah melintasi perkemahan dan perintahkanlah kepada bangsa itu, demikian: Sediakanlah (persiapkanlah) bekal, sebab dalam tiga hari ini kamu akan menyeberangi sungai Yordan ini untuk pergi menduduki negeri yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu untuk diduduki.” (Yosua 1:11) Tuhan memerintahkan Musa dan Yosua bahwa sebelum dapat bertemu dengan hadirat Tuhan dan menjadi bagian dari campur tangan-Nya yang ajaib, maka perlu persiapan.

Seringkali, dalam doa-doa mereka, orang percaya memohon campur tangan ajaib berupa penyembuhan, pembebasan, atau pengabulan permohonan mereka. Tuhan menyatakan bahwa kehadiran-Nya bukanlah hal yang sepele. Dia secara jelas menyebutkan bahwa Israel harus menguduskan diri sebelum pertemuan itu berlangsung. “Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya. Menjelang hari ketiga mereka harus bersiap, sebab pada hari ketiga TUHAN akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di gunung Sinai.… Maka kata Musa kepada bangsa itu: “Bersiaplah menjelang hari yang ketiga; janganlah kamu bersetubuh dengan istrimu.” (Keluaran 19:10, 11, 15). Persiapan untuk bertemu Tuhan ini tidaklah jauh berbeda dengan persiapan yang dibutuhkan dalam pengudusan hari Sabat.
Tiga hari itu juga diulang dalam beberapa pengalaman rohani di dalam Alkitab. “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Matius 12:40). “Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Yohanes 2:19. “Ketiga malaikat dalam Wahyu empat belas digambarkan sedang terbang di tengah langit, mewartakan firman kebenaran kepada dunia yang sedang binasa.
Mereka melambangkan pekerjaan untuk zaman ini yang harus dilakukan oleh semua orang yang telah percaya kepada pekabaran-pekabaran ini. Pesan ketiga malaikat ini saling terkait.” —22LtMs, Lt 390, 1907.
“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba akhir zaman.” Matius 24:14.
Dalam kehidupan rohani kita, kita pun perlu menjaga kesiapan untuk bersama Tuhan dan hadirat-Nya tiap-tiap hari dengan menerima baptisan Roh Kudus, mendengarkan suara-Nya, dan mengikuti bimbingan-Nya. Rasul Paulus menyatakan, “Tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut.” 1 Korintus 15:31.
KETERATURAN (ORGANISASI) SANGATLAH PENTING
Proses penyeberangan Sungai Yordan membutuhkan keteraturan dan tindakan yang terorganisir. ” dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: “Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya–” (Yosua 3:3). Melalui ini, Tuhan sedang mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran, yang menunjukkan pentingnya keteraturan (organisasi). “Ada keteraturan di surga. Ada juga keteraturan di jemaat ketika Kristus berada di bumi, dan setelah kenaikan-Nya, tata tertib ini tetap dipatuhi dengan ketat di antara para rasulnya.
Dan sekarang, di akhir zaman ini, sementara Allah sedang membawa anak-anak-Nya ke dalam kesatuan iman, ada kebutuhan nyata akan keteraturan yang lebih besar daripada sebelumnya; karena, ketika Allah menyatukan anak-anak-Nya, Setan dan malaikat-malaikat jahatnya sangat sibuk untuk mencegah kesatuan ini dan justru hendak menghancurkannya.” —Early Writings, hlm. 97. Urutan pertama, para imam yang membawa tabut perjanjian, yang melambangkan kehadiran Tuhan. Berikutnya adalah para imam dan orang Lewi, yang dipilih oleh Tuhan dan melambangkan organisasi yang ditetapkan oleh Tuhan sendiri. Umat diharapkan untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan ini. “Dan kepada para imam itu Yosua berkata, demikian: “Angkatlah tabut perjanjian dan menyeberanglah di depan bangsa itu.” Maka mereka mengangkat tabut perjanjian dan berjalan di depan bangsa itu.” Yosua 3:6.
Demikian pula, dalam Perjanjian Baru, Tuhan menetapkan prioritas jabatan-jabatan yang diungkapkan melalui kehadiran Roh Kudus. “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.” 1 Korintus 12:27, 28.
Allah tidak mengizinkan orang-orang yang suka ceroboh atau tergesa-gesa dan tidak terorganisir untuk memasuki Tanah Perjanjian. Ia berulang kali menegaskan bahwa keteraturan, organisasi, rasa hormat, dan ketaatan adalah bagian dari kasih karunia ilahi-Nya, dan semua orang yang dipimpin oleh Roh-Nya secara alami akan mengikuti prinsip-prinsip yang sama ini. Sepanjang sejarah, Allah telah menggunakan berbagai bentuk organisasi, dimulai dengan para bapa bangsa, kemudian para hakim, para nabi, dan raja, atau pendirian jemaat-Nya. Dengan kata lain, Ia selalu memiliki suatu entitas yang mewakili-Nya di bumi.
“Sang Penebus dunia tidak membenarkan pengalaman dan praktik keagamaan yang terlepas dari jemaat-Nya yang terorganisir dan diakui. Banyak orang beranggapan bahwa mereka bertanggung jawab kepada Kristus semata atas terang dan pengalaman mereka, terlepas dari para pengikut-Nya yang diakui di bumi.” —Sketches from the Life of Paul, hlm. 31.
MELANGKAH KE DALAM AIR
“Para imam menaati perintah pemimpin mereka dan berjalan di depan umat, membawa tabut perjanjian. Pasukan Ibrani berbaris dan mengikuti simbol kehadiran ilahi ini. Rombongan yang lebar itu menyusuri tepi Sungai Yordan, dan, saat kaki para imam dicelupkan ke tepi sungai, air terputus dari atas, dan bagian bawah terguling, meninggalkan dasar sungai kering. Para imam berjalan terus, membawa tabut Allah, dan Israel mengikuti di belakang. Di tengah Sungai Yordan, para imam diperintahkan untuk tetap berdiri di alur sungai sampai seluruh pasukan Ibrani menyeberang.” —Testimonies for the Church, vol. 4, hlm. 157.
Perintah yang diberikan Tuhan kepada para imam sudah jelas – untuk menjejakkan kaki mereka sampai mereka “berhenti di dalam air sungai Yordan, maka air sungai Yordan itu akan terputus; air yang turun dari hulu akan berhenti mengalir menjadi bendungan.” Yosua 3:13.
Keselamatan dan segala janji Tuhan hanya akan diterima dengan iman, dan percaya pada hikmat dan bimbingan-Nya yang tak terbatas. Seringkali, kita tidak melihat bagaimana rencana Tuhan akan terungkap, dan ketaatan mutlak pada perintah-Nya lah yang diperlukan. Mirip dengan penyeberangan Sungai Yordan akan menjadi pengalaman orang percaya pada akhir zaman, di mana penebusan dan pertolongan Tuhan tidak akan terlihat sampai kita meletakkan kaki kita di dalam air ketaatan, mengikuti petunjuk yang diberikan dalam Firman Tuhan. Setiap doa harus disertai dengan iman yang tak tergoyahkan, mengikuti teladan orang Israel dalam menyeberangi Sungai Yordan. “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.” Yakobus 1:6, 7.
PARA IMAM DAN ORANG LEWI BERDIRI DI TENGAH-TENGAH
Fungsi para imam dan orang Lewi tidak berakhir hanya dengan memimpin prosesi dan menetapkan urutan yang benar dalam proses penyeberangan Sungai Yordan. Mari kita bayangkan sejumlah besar air yang terkumpul di satu sisi dan ketakutan di hati orang-orang yang mengambil bagian dalam peristiwa ajaib yang luar biasa ini. Juga dalam situasi ini, Tuhan memberikan solusi dan memerintahkan agar para imam berdiri di antara air dan orang-orang selama diperlukan, memastikan jalan yang aman sampai orang terakhir menyeberang. “Di tengah-tengah Sungai Yordan, para imam diperintahkan untuk berdiri diam di saluran sungai sampai seluruh pasukan Ibrani telah menyeberang. Ini dimaksudkan untuk menanamkan dalam pikiran mereka dengan lebih kuat fakta bahwa kekuatan yang menahan air Sungai Yordan adalah kuasa yang sama yang telah menjadikan mungkin bagi nenek moyang mereka untuk menyeberangi Laut Merah empat puluh tahun sebelumnya.” —Testimonies for the Church, vol. 4, hlm. 157.
Dengan cara yang sama, Tuhan kita Yesus akan berdiri di hadapan penghakiman surgawi sebagai Pengganti dan Pembela kita sampai orang percaya terakhir menerima pembenaran dan penebusan.

SUNGAI YORDAN ADA DI DEPAN KITA
Dalam nubuatan air berarti melambangkan orang-orang, dan tantangan di akhir zaman adalah untuk menyeberangi banyak orang yang mencoba menghentikan perjalanan umat pilihan menuju keselamatan. Di depan kita terbentang pengalaman untuk masuk ke Kanaan surgawi. “Saya melihat orang-orang kita dalam kesusahan besar, sedang menangis, dan berdoa, memohon janji-janji Allah yang pasti, sementara orang jahat ada di sekitar kita, mengejek kita, dan mengancam untuk menghancurkan kita. Mereka mengejek kelemahan kita, mereka mengejek sedikitnya jumlah kita, dan menghina kita dengan kata-kata yang diperhitungkan untuk memotong dalam-dalam. Mereka menuduh kita mengambil posisi independen dari seluruh dunia. Mereka telah memotong sumber daya kita sehingga kita tidak dapat membeli atau menjual, dan menunjuk-nunjuk pada kemiskinan kita yang hina dan kondisi yang dianggap menyedihkan. Mereka tidak dapat melihat bagaimana kita dapat hidup tanpa dunia; kita memang tidak bergantung pada dunia, dan kita diminta untuk mengalah pada adat istiadat, kebiasaan, dan hukum dunia, jika tidak maka kita akan disingkirkan.
Jika kita satu-satunya bangsa di dunia yang disukai Tuhan, maka penampakan kita memang nampak seolah sangat menentang kita. Mereka menyatakan bahwa mereka memiliki kebenaran, bahwa mujizat ada di antara mereka, bahwa malaikat dari surga berbicara dengan mereka, dan berjalan bersama mereka, bahwa kuasa besar, tanda-tanda, dan mujizat terjadi di antara mereka, dan inilah Milenium Duniawi, yang telah lama mereka nanti-nantikan. Seluruh dunia dianggap telah bertobat dan selaras dengan hukum Minggu, namun ada sekelompok kecil umat yang lemah ini malah berani menentang hukum negara, dan hukum Tuhan, dan mengklaim sebagai satu-satunya yang benar di bumi.” —Maranatha, hlm. 209.
Sebagaimana Allah telah menahan air Sungai Yordan, demikian Ia juga akan menahan pertentangan orang-orang kafir dan penganiayaan melalui mujizat kuasa-Nya. Hukum hari Minggu yang adalah sebagai tanda binatang, dengan sanksi keuangan yang dijatuhkan, dan penganiayaan, tidak akan mampu menghentikan langkah kemenangan umat Allah, dan kepemilikan akhir mereka atas tanah perjanjian.
Meskipun bahaya dan cobaan tampaknya mustahil untuk diatasi, namun tangan Tuhan yang perkasa akan melindungi umat-Nya dan membawa mereka untuk sampai kepada kemenangan akhir. “Seluruh alam semesta berada di bawah kendali Sang Raja Kehidupan. … Ia akan membela para pengikut pilihan-Nya untuk melawan kuasa Setan, dan akan menaklukkan semua musuh mereka. Melalui Dia, mereka akan menjadi pemenang, dan bahkan lebih dari sekadar pemenang.” —The Home Missionary, July 1, 1897. Hari ini, Tuhan sedang memerintahkan umat-Nya untuk bangun dan bersiap menyeberangi Sungai Yordan. “Dengarlah, hai orang Israel! Engkau akan menyeberangi sungai Yordan pada hari ini untuk memasuki serta menduduki daerah bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari padamu, yakni kota-kota besar yang kubu-kubunya sampai ke langit-…” (Ulangan 9:1) Marilah kita bersiap! Amin.
| Bacaan Minggu Sembahyang 2025 “DARI MESIR KE KANAAN (PERJALANAN BANGSA ISRAEL)” |
