Renungan Pagi 7 November 2025

MENJADI SAHABAT ALLAH

Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” Yakobus 2:23.

“Kehidupan Abraham, sahabat Allah, ditandai dengan penghormatan yang taat terhadap firman Allah.” OFC 198.2.

“… Persahabatan antara dua pihak berarti saling percaya. Dalam persahabatan yang sempurna, masing-masing mengungkapkan dirinya kepada yang lain dengan cara yang tidak dilakukannya kepada dunia luar. Tidak mungkin ada persahabatan yang sempurna jika terdapat ketidakpercayaan dan pengekangan ataupun keterpaksaan. Di antara sahabat yang sempurna terdapat pemahaman yang sempurna. Maka Allah menyebut Abraham sahabat-Nya, karena mereka saling memahami dengan sempurnanya. Pengorbanan yang dilakukannya (ketika rela mengorbankan Ishak) adalah sepenuhnya menyingkapkan tabiat Abraham. Allah telah berfirman sebelumnya, “Aku mengenalnya;” dan sekarang Ia berfirman lagi, “Sekarang Aku tahu bahwa engkau takut akan Allah.” Dan Abraham sendiri menjadi memahami Allah. Kerelaan mengorbankan anak tunggalnya menunjukkan bahwa ia mengenal tabiat Allah yang penuh kasih, yang demi manusia telah memberikan Anak tunggal-Nya. Mereka pun bersatu dalam pengorbanan bersama dan simpati bersama. Tak seorang pun dapat menghargai perasaan Allah sebaik Abraham.” EVCO 104.1.

“Tak seorang pun pernah dipanggil untuk menjalani ujian yang sama seperti yang dialami Abraham, karena keadaannya tak akan pernah persis sama lagi. … Namun, setiap anak Abraham akan diuji, karena hanya mereka yang memiliki iman Abraham saja yang merupakan anak-anak Abraham. Setiap orang dapat menjadi sahabat Allah, dan harus demikian jika ia adalah anak Abraham. Allah hanya akan menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya sedemikiano, tetapi tidak kepada dunia.” EVCO 105.1.

“Namun, kita tidak boleh lupa bahwa persahabatan adalah didasarkan pada rasa saling percaya. Jika kita ingin Allah menjaga kita, maka kita pun harus menjadikan-Nya kepercayaan kita. Jika kita mengakui dosa-dosa kita, dan mengungkapkan kepada-Nya secara rahasia segala kelemahan dan kesulitan kita, maka Dia pun akan menunjukkan diri-Nya sebagai sahabat yang setia, dan akan menyatakan kepada kita kasih-Nya, serta kuasa-Nya untuk melepaskan kita dari pencobaan. Dia akan menunjukkan kepada kita bagaimana Dia telah dicobai dengan cara yang sama, menanggung derita kelemahan yang sama, dan akan menunjukkan kepada kita cara untuk menang mengatasinya. Dengan demikian, dalam saling percaya yang penuh kasih ini, kita akan duduk bersama di surga di dalam Kristus Yesus, dan dapat makan bersama. Dia pun akan menunjukkan kepada kita hal-hal yang ajaib; karena “rahasia Allah ada bersama orang-orang yang takut akan Dia; dan Dia akan menunjukkan kepada mereka perjanjian-Nya.” (Mazmur 25:14 KJV).” EVCO 105.2.

“Lebih dari itu, Allah akan menyatakan diri-Nya sebagai sahabat yang sejati dan setia. Dia tidak akan mengkhianati kepercayaan kita. … Dia akan membuang dosa-dosa (yang kita bawa pada-Nya) di belakang-Nya, menguburnya di kedalaman laut, sehingga ketika dicari, dosa-dosa yang lalu itu tidak dapat ditemukan lagi; dan Dia sendiri “tidak akan mengingatnya lagi.” Ini lebih dari yang dapat atau akan dilakukan oleh teman duniawi mana pun. Kita sungguh membutuhkan pihak yang dapat dipercaya seperti ini. Jangan takut untuk percaya kepada Allah. … Berbahagialah orang yang memiliki Allah Abraham sebagai sahabatnya!” EVCO 105.3.

And the scripture was fulfilled which saith, Abraham believed God, and it was imputed unto him for righteousness: and he was called the Friend of God.” James 2:23 (KJV).

“The life of Abraham, the friend of God, was signalized by a strict regard for the word of the Lord.” OFC 198.2.

“… Friendship between two means mutual confidence. In perfect friendship each one reveals himself to the other in a way that he does not to the outside world. There can be no perfect friendship where there is distrust and restraint. Between perfect friends there is a perfect understanding. So God called Abraham his friend, because they perfectly understood each other. This sacrifice fully revealed the character of Abraham. God had said before, “I know him;” and now again He said, “Now I know that thou fearest God.” And Abraham on his part understood the Lord. The sacrifice of his only begotten son indicated that he knew the loving character of God, who for man’s sake had already given His only begotten Son. They were united in a mutual sacrifice and a mutual sympathy. No one could appreciate the feelings of God so well as Abraham could.” EVCO 104.1.

“No other person can ever be called upon to undergo the same test that Abraham endured, because the circumstances can never again be the same. …. Yet each child of Abraham will be tested, because only they who have the faith of Abraham are the children of Abraham. Each one may be the friend of God, and must be such if he is a child of Abraham. God will manifest Himself unto His people as He does not unto the world.” EVCO 105.1.

“But we must not forget that friendship is based upon mutual confidence. If we wish the Lord to be confidential with us, we must make Him our confidant. If we confess our sins, laying out before Him in secret all our weaknesses and difficulties, then He will show Himself a faithful friend, and will reveal to us His love, and His power to deliver from temptation. He will show us how He has been tempted in the same way, suffering the same infirmities, and will show us how to overcome. Thus in loving interchange of confidences, we shall sit together in heavenly places in Christ Jesus, and may sup together. He will show to us wonderful things; for “the secret of the Lord is with them that fear Him; and He will show them His covenant.” EVCO 105.2.

“Moreover, God will show Himself to be a true and faithful friend. He will not betray our confidence. … He will cast our sins behind His back, burying them in the depths of the sea, so that when sought for they cannot be found; and He Himself will “remember them no more.” This is more than any earthly friend will or can do. You need a confidant. Don’t be afraid to trust the Lord. … Happy is the man that has the God of Abraham for his friend!” EVCO 105.3.***