TELADAN IMAN ISHAK
“Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.” Kejadian 22:7-8.
“Persembahan Ishak telah dirancang oleh Allah untuk menggambarkan pengorbanan Anak-Nya. Ishak adalah gambaran Anak Allah, yang dipersembahkan sebagai korban untuk dosa-dosa dunia.” YI 1 Maret 1900, par. 3.
“Ishak percaya kepada Allah. Ia telah diajarkan ketaatan mutlak kepada ayahnya, dan ia pun mengasihi serta menghormati Allah ayahnya. Ia bisa saja melawan ayahnya jika ayahnya memilih untuk melakukannya. Namun setelah memeluk ayahnya dengan penuh kasih sayang, ia pasrah untuk diikat dan dibaringkan di atas kayu mezbah.” 1SP 100.2.
“Ishak bukanlah anak kecil lagi; ia adalah seorang pemuda yang telah beranjak dewasa. Ia bisa saja menolak untuk tunduk pada rencana ayahnya, jika ia memilih untuk melakukannya; tetapi ia bahkan tidak sama sekali berusaha mengubah tujuannya. Ia sepenuhnya tunduk. Ia percaya pada kasih ayahnya, dan bahwa ia tidak akan melakukan pengorbanan yang nampak mengerikan ini jika bukan karena Allah yang memerintahkannya. Ishak terikat oleh tangan ayahnya yang gemetar dan penuh kasih, karena Allah yang telah mengatakannya. Sang anak tunduk pada pengorbanan itu karena ia percaya pada integritas ayahnya. Namun ketika semuanya telah siap, dan ketika iman sang ayah dan ketundukan sang anak telah diuji sepenuhnya, malaikat Allah pun menahan tangan Abraham yang terangkat, dan mengatakan kepadanya bahwa itu sudah cukup. “Sekarang Aku tahu bahwa engkau takut akan Allah, karena engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu, anakmu yang tunggal, kepada-Ku.” YI 1 Maret 1900, par. 5.
“Ishak adalah anak perjanjian, lahir dari Roh, melalui iman. … Ishak adalah buah iman … Kelahiran Ishak, adalah seperti kelahiran Tuhan Yesus, merupakan mukjizat. Itu suatu yang ilahi, melampaui akal manusia untuk dapat memahaminya. Keduanya terjadi melalui perantaraan Roh. Dalam keduanya, kita memiliki gambaran tentang kuasa yang dengannya kita akan menjadi anak-anak Allah, dan dengan demikian menjadi ahli waris janji.” PTUK 11 Oktober 1894, halaman 643.5, PTUK 11 Juni 1896, halaman 371.6, 371.9.
“And Isaac spake unto Abraham his father, and said, My father: and he said, Here am I, my son. And he said, Behold the fire and the wood: but where is the lamb for a burnt offering? And Abraham said, My son, God will provide himself a lamb for a burnt offering: so they went both of them together.” Genesis 22:7-8 (KJV).
“The offering of Isaac was designed by God to prefigure the sacrifice of his Son. Isaac was a figure of the Son of God, who was offered a sacrifice for the sins of the world.” YI March 1, 1900, par. 3.
“Isaac believed in God. He had been taught implicit obedience to his father, and he loved and reverenced the God of his father. He could have resisted his father if he had chosen to do so. But after affectionately embracing his father, he submitted to be bound and laid upon the wood.” 1SP 100.2.
“Isaac is not a lad; he is a full-grown young man. He could refuse to submit to his father’s design, should he choose to do so; but he does not even seek to change his purpose. He submits. He believes in the love of his father, and that he would not make this terrible sacrifice if God had not bidden him do so. Isaac is bound by the trembling, loving hands of his pitying father, because God has said it. The son submits to the sacrifice because he believes in the integrity of his father. But when everything is ready, when the faith of the father and the submission of the son are fully tested, the angel of God stays the uplifted hand of Abraham, and tells him that it is enough. “Now I know that thou fearest God, seeing that thou has not withheld thy son, thine only son from me.” YI March 1, 1900, par. 5.
“Isaac was the child of promise, born of the Spirit, through faith. … Isaac was the fruit of faith … The birth of Isaac, like that of the Lord Jesus, was miraculous. It was supernatural. Both were brought about through the agency of the Spirit. In both we have an illustration of the power by which we are to become sons of God, and thus heirs of the promise.” PTUK October 11, 1894, page 643.5, PTUK June 11, 1896, page 371.6, 371.9. ***