Renungan Pagi 26 Desember 2025

KESALEHAN IMAN YANG TAKUT AKAN ALLAH DAN BERSUKACITA DALAM SEGALA KEADAAN

Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Ayub 1:8.

“Sikap tidak mementingkan diri sendiri, prinsip kerajaan Allah, adalah prinsip yang dibenci Setan; bahkan keberadaannya pun disangkalnya. Sejak awal pertentangan besar ini, ia telah berusaha membuktikan bahwa prinsip-prinsip perbuatan Allah adalah bersifat mementingkan diri sendiri, dan ia memperlakukan semua orang yang melayani Allah dengan cara yang sama. Untuk membantah klaim Setan inilah yang menjadi pekerjaan Kristus dan semua orang yang menyandang nama-Nya.” Ed 154.3.

“Marilah kita menghormati Allah dengan menunjukkan iman yang teguh dan kepercayaan yang tak tergoyahkan. Marilah kita ingat bahwa Ia tidak dimuliakan oleh pernyataan roh yang gelisah dan tidak bahagia. Allah bahkan memelihara bunga-bunga. Ia memberi mereka keindahan dan keharuman. Bukankah Ia pun akan memberi kita keharuman watak yang ceria? Bukankah Ia akan memulihkan citra ilahi dalam diri kita? Maka marilah kita beriman kepada-Nya. Marilah kita sekarang, saat ini juga, menempatkan diri kita di tempat dimana Ia dapat memberi kita Roh Kudus-Nya. Kemudian kita dapat memberikan kepada dunia pernyataan tentang apa yang dapat dilakukan agama sejati bagi pria dan wanita yang memganutnya. Sukacita Juruselamat, yang memenuhi hati kita, memberi kita kedamaian dan keyakinan yang memungkinkan kita untuk berkata, “Aku tahu bahwa Penebusku hidup.” [Ayub 19:25.] Dalam Firman-Nya, Allah telah menjelaskan bahwa umat-Nya adalah umat yang penuh sukacita. Iman sejati mengulurkan tangan dan berpegang teguh pada Dia yang berada di balik janji itu, … Marilah kita berusaha untuk mendidik orang percaya agar bersukacita di dalam Allah. Sukacita rohani adalah hasil dari iman yang aktif. Umat Allah harus penuh dengan iman dan Roh Kudus. Maka Ia akan dimuliakan di dalam mereka.” 17LtMs, Lt 153, 1902, par. 31.

“Sejak awal sejarah dunia, tercatat kehidupan seseorang yang menjadi penyebab pertentangan Setan ini. … Tentang Ayub, bapa leluhur Uz, kesaksian Sang Penyelidik hati adalah, “Tidak ada seorang pun di bumi yang seperti dia, seorang yang sempurna dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Ed 155.1-2.

“Terhadap orang ini, Setan melontarkan tuduhan yang menghina: “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau telah membuat pagar sekeliling dia, rumahnya, serta segala yang dimilikinya? … Ulurkanlah tangan-Mu, dan jamahlah segala yang dipunyainya” “jamahlah tulang dan dagingnya… dan ia akan mengutuki Engkau di hadapan-Mu.” … Tuhan berkata kepada Setan, “Segala yang dimiliknya ada dalam kuasamu.” “hanya janganlah engkau memgulurkan tanganmu terhadap dirinya (nyawanya).” … Dengan izin demikian, Setan merampas semua milik Ayub—kawanan domba dan sapi, hamba laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan perempuan; dan ia “menimpa Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya (ubun-ubunnya).” Ayub 1:8-12; 2:5-7. … Masih ada lagi kepahitan yang ditambahkan ke dalam cawannya. Teman-temannya, yang melihatnya dalam kesulitan hanya menganggapnya sebagai pembalasan dosa, menekan jiwanya yang terluka dan terbebani dengan tuduhan kesalahan yang mereka lontarkan. … Meski tampaknya ditinggalkan oleh surga dan bumi, namun ia tetap teguh dalam imannya kepada Allah dan dalam kesadaran akan integritasnya, …” Ed 155.3 – Ed 155.7.

“Sesuai dengan imannya, demikianlah yang terjadi pada Ayub. “Seandainya Ia menguji aku,” katanya, “aku akan timbul seperti emas.” Ayub 23:10. Demikianlah yang terjadi. Dengan ketabahan dan kesabarannya, ia membuktikan tabiatnya sendiri, dan dengan demikian menyatakan tabiat Dia yang diwakilinya. Dan “TUHAN memulihkan keadaan Ayub … juga TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu …. Demikianlah TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya selanjutnya lebih daripada hidupnya yang sebelumnya …” Ayub 42:10-12. Ed 156.5.

And the LORD said unto Satan, Hast thou considered my servant Job, that there is none like him in the earth, a perfect and an upright man, one that feareth God, and escheweth evil?” Job 1:8 (KJV).

“Unselfishness, the principle of God’s kingdom, is the principle that Satan hates; its very existence he denies. From the beginning of the great controversy he has endeavored to prove God’s principles of action to be selfish, and he deals in the same way with all who serve God. To disprove Satan’s claim is the work of Christ and of all who bear His name.” Ed 154.3.

“Let us honor God by showing firm faith and unswerving trust. Let us remember that He is not glorified by the manifestation of a fretful, unhappy spirit. The Lord cares for the flowers. He gives them beauty and fragrance. Will He not much more give us the fragrance of a cheerful disposition? Will He not restore in us the divine image? Then let us have faith in Him. Let us now, just now, place ourselves where He can give us His Holy Spirit. Then we can give to the world a revelation of what true religion does for men and women. The joy of the Saviour, filling our hearts, gives us that peace and confidence which enables us to say, “I know that my Redeemer liveth.” [Job 19:25.] In His Word the Lord has made it plain that His people are a joyful people. True faith reaches up the hand and lays hold upon the One who is behind the promise, … Let us strive to educate the believers to rejoice in the Lord. Spiritual joy is the result of active faith. God’s people are to be full of faith and of the Holy Spirit. Then He will be glorified in them.” 17LtMs, Lt 153, 1902, par. 31.

“Very early in the history of the world is given the life record of one over whom this controversy of Satan’s was waged. … Of Job, the patriarch of Uz, the testimony of the Searcher of hearts was, “There is none like him in the earth, a perfect and an upright man, one that feareth God, and escheweth evil.” Ed 155.1-2.

“Against this man, Satan brought scornful charge: “Doth Job fear God for nought? Hast Thou not made an hedge about him, and about his house, and about all that he hath on every side? … Put forth Thine hand now, and touch all that he hath;” “touch his bone and his flesh, and he will curse Thee to Thy face.” … The Lord said unto Satan, “All that he hath is in thy power.” “Behold, he is in thine hand; but save his life.” … Thus permitted, Satan swept away all that Job possessed—flocks and herds, menservants and maidens, sons and daughters; and he “smote Job with sore boils from the sole of his foot unto his crown.” Job 1:8-12; 2:5-7. … Still another element of bitterness was added to his cup. His friends, seeing in adversity but the retribution of sin, pressed on his bruised and burdened spirit their accusations of wrongdoing. … Seemingly forsaken of heaven and earth, yet holding fast his faith in God and his consciousness of integrity, Ed 155.3 – Ed 155.7.

“According to his faith, so was it unto Job. “When He hath tried me,” he said, “I shall come forth as gold.” Job 23:10. So it came to pass. By his patient endurance he vindicated his own character, and thus the character of Him whose representative he was. And “the Lord turned the captivity of Job: … also the Lord gave Job twice as much as he had before…. So the Lord blessed the latter end of Job more than his beginning.” Job 42:10-12. Ed 156.5.***