Renungan Pagi 28 Desember 2025

MENGAKUI KRISTUS DALAM KEHIDUPAN DAN TABIAT

Lalu sangat sukacitalah raja dan ia memberi perintah, supaya Daniel ditarik dari dalam gua itu. Maka ditariklah Daniel dari dalam gua itu, dan tidak terdapat luka apa-apa padanya, karena ia percaya kepada Allahnya.” Daniel 6:24.

“Pengakuan akan Kristus berarti lebih dari sekadar memberikan kesaksian dalam pertemuan sosial. Daniel adalah contoh bagi orang percaya tentang arti mengakui Kristus. Ia memegang posisi penting sebagai perdana menteri di kerajaan Babel, dan ada orang-orang yang iri kepada Daniel di antara para tokoh besar di istana, dan mereka ingin menemukan sesuatu yang menentangnya agar mereka dapat mengajukan tuduhan terhadapnya kepada raja. Tetapi ia adalah seorang negarawan yang setia, dan mereka tidak dapat menemukan kekurangan dalam tabiat ataupun hidupnya. “Maka berkatalah orang-orang itu: “Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!” Daniel 6:6. Maka mereka sepakat untuk meminta raja mengeluarkan dekrit bahwa tidak seorang pun boleh mengajukan permohonan kepada Allah atau dewa atau kepada manusia mana pun selama tiga puluh hari kecuali kepada raja, dan jika ada yang melanggar dekrit ini, ia harus dilemparkan ke dalam gua singa. Tetapi apakah Daniel berhenti berdoa karena dekrit ini diberlakukan?—Tidak, justru saat itulah ia perlu berdoa. “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” Daniel 6:11. Daniel tidak berusaha menyembunyikan kesetiaannya kepada Allah. Ia tidak berdoa dalam hatinya, tetapi dengan suaranya lantang, dengan jendela kamarnya terbuka menghadap Yerusalem, ia menyampaikan permohonannya kepada surga. Kemudian musuh-musuhnya mengadu kepada raja, dan Daniel dilemparkan ke dalam gua singa. Tetapi Anak Allah ada di sana. Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling hamba Tuhan itu, dan ketika raja datang pada pagi hari dan memanggil, “Hai Daniel, hamba Allah yang hidup, apakah Allahmu, yang telah engkau sembah dengan tekun, telah sanggupkah ia melepaskan (menyelamatkan) engkau dari singa-singa itu?” Lalu Daniel berkata kepada raja, “Ya raja, hiduplah selama-lamanya! Allahku telah mengutus malaikat-Nya dan telah menutup mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan melukai) aku.” Tidak ada bahaya yang dapat menimpanya, dan ia pun memuji Tuhan Allah di surga. “Kita dapat mengetahui bahwa jika hidup kita tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah,maka ketika kita dihadapkan pada cobaan karena iman kita, Yesus akan bersama kita. Ketika kita dihadapkan pada penguasa dan pejabat tinggi untuk mempertanggungjawabkan iman kita, Roh Tuhan akan menerangi pengertian kita, dan kita akan dapat memberikan kesaksian untuk kemuliaan Allah. Dan jika kita dipanggil untuk menderita demi Kristus, kita akan dapat masuk penjara dengan percaya kepada-Nya seperti seorang anak kecil percaya kepada orang tuanya. Sekaranglah saatnya untuk memupuk iman kepada Allah.” RH 3 Mei 1892, par. 11 – 12.

Then was the king exceeding glad for him, and commanded that they should take Daniel up out of the den. So Daniel was taken up out of the den, and no manner of hurt was found upon him, because he believed in his God.” Daniel 6:23 (KJV).

“A confession of Christ means something more than bearing testimony in social meeting. Daniel is an example to believers as to what it means to confess Christ. He held the responsible position of prime minister in the kingdom of Babylon, and there were those who were envious of Daniel among the great men of the court, and they wanted to find something against him that they might bring an accusation against him to the king. But he was a faithful statesman, and they could find no flaw in his character or life. “Then said these men, we shall not find any occasion against this Daniel, except we find it against him concerning the law of his God.” So they agreed together to ask the king to make a decree that no one should ask any petition of any God or man for thirty days save of the king, and if any disobeyed this decree, he was to be cast into the den of lions. But did Daniel cease to pray because this decree was to go into force!—No, that was just the time when he needed to pray. “When Daniel knew that the writing was signed, he went into his house; and, his window being open in his chamber toward Jerusalem, he kneeled upon his knees three times a day, and prayed, and gave thanks before his God, as he did aforetime.” Daniel did not seek to hide his loyalty to God. He did not pray in his heart, but with his voice, aloud, with his window open toward Jerusalem, he offered up his petition to heaven. Then his enemies made their complaint to the king, and Daniel was thrown into the den of lions. But the Son of God was there. The angel of the Lord encamped round about the servant of the Lord, and when the king came in the morning, and called, “O Daniel, servant of the living God, is thy God, whom thou servest continually, able to deliver thee from the lions? Then said Daniel unto the king, O king, live forever. My God hath sent his angel, and hath shut the lions’ mouths, that they have not hurt me.” No harm had come to him, and he magnified the Lord God of heaven.”

“We may know that if our life is hid with Christ in God, when we are brought into trial because of our faith, Jesus will be with us. When we are brought before rulers and dignitaries to answer for our faith, the Spirit of the Lord will illuminate our understanding, and we shall be able to bear a testimony to the glory of God. And if we are called to suffer for Christ’s sake, we shall be able to go to prison trusting in him as a little child trusts in its parents. Now is the time to cultivate faith in God.” RH May 3, 1892, par. 11 – 12.***