PELAJARAN SEKOLAH SABAT SEMESTER KEDUA TAHUN 2024 (Juli-Desember 2024)

DAFTAR ISI
Pendahuluan
1. Hikmat Yang Berlimpah
2. Ilmu Pengetahuan Dia Yang Mahakuasa
3. Hikmat Allah dan Hikmat Manusia
4. Permata Surgawi
5. Firman yang Setia
6. Pengetahuan yang Menyelamatkan
7. Hati yang Berhikmat
8. Guru Ilahi
9. Pengertian Rohani
Laporan Misionaris dari Uni Tanzania
10. Komunikasi Ilahi – Penerimaan Manusia
11. Pengertian yang dari Surga
12 Pengetahuan yang Tak Terbatas dengan yang Terbatas
13. Bimbingan Surgawi
14. Melampaui Segala Pengetahuan
15. Pengertian yang Diterangi
16. Kelimpahan Kebenaran
17. Segala Hal yang Berkaitan dengan Kehidupan
Laporan Misionaris dari Republik Dominika
18. Bertumbuh dalam Pengetahuan
19. Pengetahuan yang Menyelamatkan
20. Kemampuan yang Luar Biasa
21. Pengetahuan yang Paling Penting
22. Pengetahuan yang Mengubahkan
23. Ilmu Pengetahuan yang Sejati
24, Pekerjaan Penebusan
25. Pengetahuan yang Diberikan
26. Hikmat yang Kekal
Laporan Misionaris dari Bolivia
***
PENDAHULUAN
“Paulus menulis kepada jemaat di Korintus, ‘Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.’ Ia menyatakan, ‘Sebab Kristus mengutus … untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan.’ (1 Korintus 2:1, 2, 1 Korintus 1:17-19).
Pengetahuan yang agung dan yang terpenting adalah pengetahuan tentang Allah dan firman-Nya. Petrus menasehati saudara-saudaranya untuk “bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Petrus 3:18). Harus ada peningkatan pemahaman dalam hal yang rohani tiap-tiap hari; dan orang Kristen akan bertumbuh dalam kasih karunia, sesuai dengan seberapa besar ia bergantung pada firman Allah dan seberapa besar ia menghargai pengajaran Firman Allah, dan seberapa besar ia membiasakan dirinya untuk merenungkan hal-hal ilahi.
“Semua pendapat yang sombong dan ketergantungan pada hikmat dunia ini tidak akan bermanfaat dan sia-sia. Ketika manusia, gantinya dengan rendah hati menerima kebenaran Allah yang dengan cara apa pun telah disampaikan kepada mereka, malah mulai mengkritik kata-kata dan perilaku sang utusan atau orang yang telah membawakan kebenaran kepada mereka, berarti sedang memperlihatkan kurangnya pandangan rohani mereka, dan kurangnya penghargaan mereka terhadap kebenaran Allah, yang jauh lebih penting daripada cara penyampaian yang paling berbudaya dan paling menyenangkan sekalipun. Satu pembicaraan yang kritis, yang meremehkan utusan Allah, dapat memulai rangkaian ketidakpercayaan dalam pikiran sebagian orang yang akan mengakibatkan firman kebenaran menjadi tidak bernilai. Mereka yang terus-menerus berjuang untuk menghargai kerendahan hati dan iman, akan jauh dari terpengaruh oleh tindakan yang seperti ini. Namun, apapun juga yang sejenis dengan kesombongan dalam belajar, dan ketergantungan pada pengetahuan ilmiah, yang engkau tempatkan di antara jiwamu dengan firman Alkitab, akan secara efektif menutup pintu hatimu terhadap agama yang manis dan rendah hati dari Yesus yang lemah lembut dan rendah hati….
“Roh Allahlah yang menghidupkan kemampuan jiwa yang tak bernyawa untuk dapat menghargai hal-hal surgawi, dan menarik kasih sayang kepada Allah dan kebenaran. Tanpa kehadiran Yesus di dalam hati, pelayanan keagamaan hanya akan menjadi sekedar formalisme yang dingin dan mati. Keinginan yang sangat besar untuk bersekutu dengan Allah akan berhenti ketika Roh Allah didukakan dari kita; tetapi ketika Kristus ada di dalam kita sebagai harapan kemuliaan, maka kita akan terus-menerus diarahkan untuk berpikir dan berbuat seturut dengan kemuliaan Allah. Pertanyaan-pertanyaan akan muncul, ‘Apakah ini akan menghormati Yesus? Apakah ini akan disetujui oleh-Nya? Akankah saya dapat mempertahankan integritas saya jika saya menyetujui perjanjian ini?’ Allah akan dijadikan penasihat jiwa, dan kita akan dituntun ke jalan yang aman, dan kehendak Allah akan dijadikan pemandu utama dalam hidup kita. Inilah hikmat surgawi yang diberikan kepada jiwa oleh Bapa terang, dan menjadikan orang Kristen, betapapun rendahnya ia kelihatannya, akan menjadi terang dunia.” –Ellen G. White, Review and Herald, 17 Agustus 1888.
***